"Maaf, Pak, Ibu Lena dengan sengaja menjambak rambut saya," adu karyawati itu.
"Benar, Pak, saya saksinya. Dia tidak berbuat apa-apa, tetapi Ibu Lena tiba-tiba menjambak rambutnya tadi saat akan pergi ke toilet," timpal yang lain.
"Atas nama Lena saya minta maaf. Silakan kembali ke tempat masing-masing," tutup Khair. "Mas kecewa sama kamu, Len," imbuhnya pelan sambil menatap Lena.
Khair yang buru-buru akan mengadakan meeting itu tidak bisa berpikir lebih jernih. Karena kliennya yang cukup sibuk hanya memiliki waktu sebentar pada pertemuan mereka kali ini.
"Mari masuk ke dalam, Pak. Maaf, atas insiden yang kurang enak untuk dilihat ini," ajak Khair pada kedua kliennya yang terlihat memasang wajah heran, tetapi tetap berjalan membuntutinya.
Lena yang merasa kecewa segera meninggalkan kantor Khair. Perempuan itu tak peduli dengan cibiran dan senyum kemenangan dari para karyawati Khair tersebut.
Bagaimana bisa Khair yang selama ini terlihat begi
Dengan segera lelaki itu menyambar ponsel milik istrinya dan membawanya keluar ruangan. Hatinya diliputi rasa cemas kala akan melewati tempat di mana staf perempuan duduk. Karena sepertinya di sana sedang terdengar kasak-kusuk oleh beberapa orang yang sengaja membicarakan tentang Lena."Aktingmu bagus banget, Say. Pak Khair sampai lebih belain kamu loh dibanding istrinya," ungkap seorang staff."Haha, siapa dulu dong. Duhh, senang banget rasanya melihat seorang pela*ur kaya dia dipermalukan di depan umum sama suaminya sendiri pula. Lagipun siapa suruh dia mengambil Pak Khair dari saya. Rasain deh akibatnya," timpal gadis yang menjadi pemeran utama tadi pagi."Kamu nggak kasihan apa lihat wajahnya yang kecewa gitu?" tanya yang lain."Kenapa harus kasihan? Yang harus dikasihani di sini itu saya. Karena ulah dia cinta saya dengan Pak Khair bertepuk sebelah tangan," imbuhnya."Dihh,
Kadang seseorang mengulang kegiatan di masa lalu bukan sebab dia ingin kembali pada masa itu, tetapi lebih kepada mencari cara untuk kuat setidaknya seperti dulu.***Khair hampir saja frustasi saat panas matahari sudah terasa berada tepat di atas kepalanya. Meskipun menggunakan mobil untuk mencari Lena, tapi tetap saja kegiatan seperti ini cukup menguras tenaganya.Bahkan Khair rela meninggalkan pekerjaan kantor demi menemukan keberadaan perempuan yang sangat dia cintai itu. Namun, hati Khair langsung berdenyar saat mendapat kabar kalau perempuan itu pergi bersama lelaki lain. Meskipun dia sendiri ragu kalau Lena telah menduakan hatinya.Sebagai manusia biasa dengan status yang bergelar suami wajar kalau dia cemburu. Saat ini dadanya sedang diliputi rasa gelisah juga kecewa yang hadir secara bersamaan.Setelah sekian lama berpikir akhirnya Khair memutuskan pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim
Khair reflek memukul pria paruh baya itu hingga tubuhnya tersungkur ke lantai."Jangan coba-coba menyentuh istri saya atau Anda akan merasakan yang lebih parah dari ini," geram Khair.Pria paruh baya itu bukannya takut, tapi malah menaikkan sedikit sudut bibirnya lalu mulai bangkit. "Jangan berlagak layaknya suami yang baik kalau kamu sendiri belum mampu mencegah istrimu datang ke tempat ini!"Khair merasa tertampar dengan kata-kata yang baru saja lelaki itu lontarkan padanya. "Jangan ikut campur! Anda tidak tahu apa-apa!" balas Khair kesal."Ya, tentu saja. Kalau tadi kamu tidak datang ke sini. Saya pasti sudah menikmati tubuhnya!""Pergi dari sini atau saya akan membunuhmu!" ujar Khair dengan berapi-api. Bahkan orang-orang di ruangan itu sampai bergidik ngeri. Saat ini kondisi hati Khair sedang tidak stabil hingga dia sulit mengendalikan amarahnya."Astaghf
Sesampainya di rumah, Khair segera membaringkan Lena ke tempat tidur. Beruntung Mama Reta dan Bik Inah sudah beristirahat di kamar, sehingga tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat lelaki itu terpaksa membuka aib istrinya. Karena bagi Khair aib Lena adalah aibnya. Dia tidak sedikitpun punya niat untuk menyalahkan Lena atas kejadian hari ini. Khair justru menyesal, sebagai suami dia merasa telah gagal membahagiakan perempuan yang dicintainya. "Sayang, Maafkan Mas, ya," ujar Khair sambil melepas kaos kaki Lena setelah melonggarkan pakaian perempuan itu. Sementara Lena yang tak sadarkan diri itu hanya bergeming. Khair merasa bersalah sebab Lena masih mau menaatinya meski hatinya sudah terluka parah. Lelaki itu membalut tubuh istrinya dengan selimut sebatas dada. Kemudian, dia membiarkan perempuan itu beristirahat. *** Azzam duduk termenung di lantai paling atas rumahnya. Dia tidak pernah menyangka kalau Lena akan melupak
Maaf, untuk perubahan sebutan tokoh dari kata 'saya' menjadi 'aku.' Tujuan author hanya satu supaya cerita mantap dibaca. Happy Reading! "Untuk apa kamu di sini? Sudah puaskah mempermalukanku di depan umum?" tanya Lena dengan napas tersengal dan menggebu. Khair langsung mendekat lalu mengusap kepala Lena. "Maaf," sesalnya. Lena menepis tangan Khair dengan kasar lalu bergerak merubah posisi membelakangi lelaki itu. "Aku memang bukan istri idaman kamu," balasnya. Nada bicaranya terdengar datar, tapi siapa pun pasti tahu kalau diperlakukan seperti tadi sangatlah sakit. "Astaghfirullah ... tidak, Sayang. Sampai kapan pun kamu adalah istriku yang paling shalihah. Maaf, kalau kemarin kata-kata Mas membuat kamu tersinggung," rayu Khair seraya duduk di samping Lena. Dia tidak akan patah arang untuk membuat Lena bisa mema
Lena buru-buru ingin mengambilnya, tetapi sang mertua telah lebih dulu memegang surat itu. "Dari rumah sakit?" Perempuan paruh baya itu mengerutkan keningnya."Balikin, Ma!" ucap Lena seraya berusaha merebut surat itu."Nggak akan Mama kembalikan sebelum kamu kasih tahu surat apa ini? Oh, jangan-jangan ini hasil cek kesuburan kemarin?" tanya Mama Reta sambil menatap Lena curiga."Kamu sudah tahu, Khair?" tanyanya.Lelaki itu menggeleng perlahan. "Tidak, Ma," ucapnya singkat. "Lena kemarin sudah bilang kalau dia baik-baik saja," sambung lelaki itu seraya mengusap kepala istrinya."Kamu tidak tahu? Hmm, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan istrimu ini, Khair," ceplos Mama Reta. "Kamu menyembunyikan sesuatu dari kami?" tuduhnya."Mama ngomong apaan, untuk apa aku menyembunyikan sesuatu dari Mas Khair," sanggah Lena."Ba
Khair segera melepaskan pelukan Lena dan berlari menuju kamarnya. Begitu pun Lena yang juga terkejut mendengar teriakan dari mertua yang selalu membencinya itu."Ma, Mama nggak apa-apa?" tanya Khar seraya menopang tubuh sang Mama yang hampir terjatuh."Kepala Mama sakit," ucap perempuan itu dengan kedua tangan memegangi kepalanya. "Stop! Kamu nggak usah dekat-dekat," teriak perempuan itu dengan jari menuding ke wajah Lena.Lena yang semula begitu antusias untuk membantu mertuanya, seketika langsung diam di tempat. Dia tak menyangka dalam kondisi darurat pun mertuanya itu masih saja tak mau menerima bantuannya."Sudah, Ma, jangan marah-marah lagi. Nanti darah tingginya kumat," ucap Khair sambil mengusap-usap punggung Mama Reta."Ini semua gara-gara istrimu. Kalau aja kamu nggak nikah sama perempuan kaya dia, pasti keluarga kita nggak akan kena sial seperti sekarang," balas perempu
"Apa rencanamu?" Lelaki yang selalu berpenampilan bak aktor papan atas itu menoleh lalu menatap seorang wanita muda berhijab di sampingnya.Sejenak wanita itu menarik punggung dari sandaran kursi lalu menyilangkan kakinya. "Bagaimana kalau kita fitnah saja dia, dan kamu yang akan menjadi pemeran utama dalam mensukseskan permainan ini?" cetusnya.Kerutan di kening Azzam menandakan kalau dirinya masih ragu dengan ide dari lawan bicaranya. Mereka adalah dua orang yang bersatu lantaran alasan ambisi atas rasa cinta yang salah dan enggan pergi dari hati."Tidak, Aida! Aku tidak mau menyakiti hati perempuan yang aku cintai. Bagaimana kalau dia tahu ini rencana kita dan akan semakin membenciku." Lelaki itu menembak kedua bola mata Aida dengan perasaan sedikit cemas."Ck, persetan akan rasa sakit. Bukankah dengan kamu ingin memilikinya saja itu merupakan alasan menyakiti dengan cara yang paling disengaja."
Khair yang sedang berpelukan dengan istri pertamanya sontak segera melepaskan tautan mereka. Khair berjalan menghampiri Melody dan diikuti Lena di belakangnya."Mel, lain kali kalau kamu mau masuk ke kamarku bisa tolong mengetuk pintu lebih dulu?" tanya Khair dengan lembut meski dia merasa risih dengan kehadiran Melody disaat dirinya tengah bermesraan dengan Lena."Mas, aku juga istrimu. Apa aku salah memasuki kamar suamiku tanpa izin?" tanya Melody dengan tatapan nanar."Tidak salah kalau itu kamarku sendiri! Tapi ini adalah kamar Lena, yang harus dijaga privasinya. Seperti Lena tak memasuki kamarmu sembarangan, begitu pun kamu harus menjaga privasinya!""Baik, maaf kalau aku lancang!" Melody menekuk wajahnya dan menunduk sedih. Khair yang melihat itu merasa kasihan dan mengelus kepala Melody."Tak masalah, lain kali jangan seperti itu lagi, ya," ucap lelaki itu.
Wajah Khair yang semula berbinar langsung berubah masam. Dia sangat terkejut mengapa rekan kerjanya bisa bersama Lena seperti itu. Apa lelaki itu mencoba menusuknya dari belakang?"Bohong, Mas. Ini nggak seperti yang dia ucapkan. Aku sama sekali nggak pernah janjian apalagi barengan belanja sama Azam," papar Lena yang seketika merasa lemas."Kamu ini bicara apa, Lena? Bukankah semalam kita teleponan gara-gara kamu kesepian. Karena Khair melakukan malam pertama dengan istri keduanya." Azam menyunggingkan senyum bahagia saat dia sedang berdiri di belakang Lena dan melihat Khair mengepalkan tangan."Kamu jangan bicara sembarangan lagi! Mas, dengarkan aku jangan percaya sama ucapannya. Dia sengaja ingin merusak rumah tangga kita," sahut Lena dengan tampang memelas."Sayang, udahlah jujur aja!" Azam merangkul pundak Lena.Seketika emosi Khair langsung meledak. Dia menggebrak mej
Pagi itu setelah Khair dipuaskan Lena dia pergi ke kantor dengan wajah semringah. Sementara Melody sengaja mengambil cuti dan berharap bisa berduaan dengan Khair. Karena mereka adalah pengantin baru yang masih hangat-hangatnya."Mbak, di mana Mas Khair?" tanya Melody setelah menghampiri Lena yang baru saja akan keluar untuk belanja keperluannya dengan Khair yang kebetulan ada beberapa yang telah habis."Mas Khair berangkat ke kantor sejak tadi pagi!" jawab Lena dengan tangan masih sibuk memasukkan ponsel juga dompet ke dalam tas.Rencananya dia akan belanja diantar sopir. Karena Khair sedang sibuk. Sebenarnya Lena sudah bisa mengemudikan mobil, dia beberapa kali diajari Khair dan sudah lumayan mahir. Sayangnya, Lena masih kurang percaya diri."Kerja? Kenapa nggak Mbak Lena larang, sih? Aku sama dia kan pengantin baru," protes Melody ketus.Lena mengembuskan napas kasar mena
Khair mengacak rambutnya frustasi, semua yang dikatakan Melody benar adanya. Namun, dia tak mungkin tega mengatakan semua itu padanya. Karena akan terlalu menyakitkan, tetapi bagi Khair dia memang butuh waktu setidaknya untuk menyentuh Melody.Rasa cinta untuk seseorang bisa saja hadir sebab terbiasa. Namun, ada juga yang bersama sekian lama, tetapi tak punya perasaan apa-apa.Cinta lebih mudah hadir kala hati masih kosong tanpa penghuni dan lebih susah untuk menggantikan nama seseorang yang telah lama bertahta.Khair menoleh menatap Melody yang menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut tebal. Bahu perempuan itu terlihat berguncang, isaknya terdengar keras di telinga Khair.Dia merasa kasihan, tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Jika bukan karena permintaan sang mama juga persetujuan dari Melody dan Lena tentu dirinya tak mungkin menikahi perempuan itu.Khair tak akan m
Lena menelan saliva saat mendengar perkataan Aida, tidak bisa dipungkiri kalau dirinya juga merasa takut akan hal itu."Aku permisi dulu, Ai. Mau ngobrol sama tamu-tamu di luar," pamit Lena akhirnya. Dia tak ingin larut dalam pembahasan yang membuat hatinya semakin was-was.Sementara Aida merasa lega melihat ekspresi Lena yang berubah seperti itu. Artinya perempuan itu pasti memikirkan kalimatnya barusan.***Lena keluar dari kamar untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di ruang tamu. Hari telah berganti malam, dia tidak tahu saat ini Khair berada di mana. Padahal sebentar lagi azan maghrib akan segera berkumandang.Ceklek!Saat Lena membuka pintu dia berpapasan dengan Melody yang keluar dari kamar tamu. Perempuan itu tak sungkan mengenakan lingerie seksi di hadapannya."Mbak, gimana penampilanku cantik bukan?" tanya Melody yang sengaj
Hari berlalu begitu cepat, malam berganti dengan sangat singkat. Ujian sebenarnya telah di depan mata, Lena harus mulai melangkah menapaki pahitnya rumah tangga dengan hadirnya orang ketiga pun madu yang menemani kegiatannya."Saya terima nikah dan kawinnya Melody Fauziah binti Muhammad Mas'ud dengan mas kawin tersebut. Tunai.""Sah?" tanya penghulu kemudian."Saaah ...," jawab mereka serempak."Barakallahu laka wabaaraka alaika wajam'a bainakuma fii khair, aamiin yaa rabbal'alamin."Tes!Sebulir air mata meluncur cepat dari kelopak yang rasanya sedang tak mampu berkedip. Bibir yang mengatup rapat dengan serangkaian pandangan kosong, juga rintihan keras yang tak terdengar di dalam sana membingkai sebuah ijab qabul kecil yang hanya dihadiri saksi, tetangga dan keluarga.Sebuah ikatan yang seharusnya menjadikan dua insan bahagia, tetapi tid
"Kamu harus mengerti Mel, kalau nggak semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan," tutur Bunda Soraya pada putrinya saat Khair dan keluarganya telah pulang."Kamu harus menghargai keputusan Abah juga belajar mengerti perasaan istri pertamanya. Bagaimana seandainya suami yang begitu kamu cintai dan mencintaimu akan menikah dengan orang lain?" tanya Bunda Soraya.Melody mengerungkan wajahnya. "Aku tidak peduli apa pun lagi, Bun. Kalau keputusan Abah sudah bulat, aku juga sama. Aku tak akan menikah dengan lelaki mana pun selain Mas Khair," jawab perempuan itu."Cinta itu bisa datang setelah ikatan kalian halal. Lihatlah Abah dan Bunda, kami dijodohkan tapi cinta itu bersemi justru setelah akad terlaksana," papar Bunda Soraya berharap putrinya mengerti akan keadaan."Mudah saja karena waktu itu Bunda tak mencintai siapa pun. Sementara aku sudah memiliki Mas Khair dalam hatiku," sahut Melody.&nbs
Pagi jatuh lagi di kota ini. Dengan angin bertiup semilir juga sinar mentari yang begitu cerah. Burung-burung berkicau riang, pepohonan melambai dengan santai menandakan begitu luasnya ciptaan Yang Mahakuasa di bumi pertiwi ini.Beberapa hadiah yang telah dibungkus cantik duduk rapi di atas meja. Hari ini akan menjadi awal kisah dan perjuangan Lena yang baru."Nak Lena, boleh Abah bertanya sesuatu?" Suara bariton milik Abah Mas'ud terdengar begitu menggelegar di telinga Lena.Tentu saja dia sudah tahu apa yang akan ditanyakan lelaki paruh baya yang dipenuhi wibawa itu."Silakan, Bah," jawab Lena seraya menunduk sopan.Berhari-hari dia telah menyiapkan diri untuk melakukan acara peminangan ini. Melewati ribuan detik melawan sepinya hati. Lena sangat terluka, tetapi tak akan membiarkan siapa pun melihat luka itu."Begini, terus terang
Katanya cinta bisa membuat yang sulit menjadi mudah. Lalu, mengapa kisah cinta Lena begitu menyesakkan?Rasa yang luluh lantak masih terus dia perjuangkan pada malam-malam senyap. Rindu-rindu yang sebentar lagi terbagi masih tetap dia semai.Mengalah bukanlah hal mudah saat dia baru saja mereda dari rasa dahaga bernama kasih sayang. Merelakan adalah hal yang menyakitkan, apalagi merelakan suami yang begitu mencintainya.Tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu saat tubuhnya memerlukan selimut hangat, dan kini mertuanya justru membencinya.Bukankah ini terlalu pedih bagi perempuan yang ingin berubah menjadi lebih baik, perempuan yang pernah terjebak pada dosa kelam dari masa lalu yang hitam."Sepertinya wajah istrimu tak asing," ucap Azzam sambil melirik Lena yang sedari tadi tak berani menatapnya."Oh, ya? Mungkin karena aku sering mengajaknya keluar, Ba