Yuni berlarian menuju Kantor Agencynya, dia ingin menemui Jennifer untuk menanyakan masalh kontrakan yang letaknya berdekatan dengan Gedung tempat Yuni bekerja. Yuni pernah mendengar kalau Jennifer tinggal di sebuah Kontrakan dan Yuni ingin meminta informasi tentang masih ada tidak kontrakan yang kosong.Yuni tengah menengok kanan dan kiri, mencari keberadaan Jennifer. Yuni akhirnya menyerah setelah bertanya ke sesama Model dan mencari keberadaan Jennifer di Ruangannya."Kemana sebenarnya Jenni." Ucap Yuni menghampiri tempat duduk yang ada di Lobi.Dia menghela nafas, setelah berlarian mencari keberadaan Jenni dia merasa lelah dan memesan minuman untuk menghilangkan dahaganya."Yunii....." Teriak seseorang tiba - tiba, dan seketika itupun Yuni mencari sumber suara, siapa yang barusan berteriak memanggilnya.Ternyata Jenni sedang berlari ke arahnya dengan wajah yang sangat ceria."Ada apa Jen, kamu bikin orang jantungan saja." Ucap Yuni seraya mencubit pinggang Jenni yang sudah berada
Andrew melangkahkan kaki dengan gagahnya ketika dia sudah berada di Bandara Terbesar di Uni Emirate Arab, dia berencana terbang ke Indonesia dengan ditemani dengan Asistennya Rio."Rio, aku ingin kamu atur jadwal kerjaku disini karena aku ingin lebih lama tinggal di Indonesia." Ucap Andrew yang tengah memainkan ponselnya."Baik Tuan, Private Jetnya sedang di cek dulu. Bagaimana sembari menunggu kita jalan - jalan dulu di sekitar sini biar Tuan tidak bosan." Ujar Rio memberikan pilihan pada Tuannya agar mau pergi dengannya menghilangkan suntuk menunggu Pesawat Jet miliknya yang sedang di cek kelengkapannya."Cih... Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau Pesawatnya belum selesai malah menyuruhku untuk cepat datang di Bandara. Menjengkelkan saja." Timpal Andrew yang sudah tidak sabar menuju ke Indonesia, dia ingin segera menemukan wanita yang bernama Yuni."Maafkan saya Tuan, lagipula saya tahu Tuan sangat bersemangat kalau masalah pergi ke Indonesia akhir - akhir ini." Goda Rio pada Tuan
Yuni tengah bersiap hendak pergi ke Kantornya, hari ini dia ada kegiatan fitting baju yang akan digunakan ke Fashion Show New york.Diapun sudah membelikan sarapan untuk Ayah, dirinya dan Suster Diana yang biasanya datang pukul 07.00 pagi."Ayah, maaf Yuni cuma belikan nasi pecel saja. Karena hari ini Yuni berangkat pagi, Ayah tidak apa - apa kan ditinggal sendiri? Suster Diana sebentar lagi sampai kesini." Ucap Yuni seraya menghampiri Ayahnya yang sedang menonton televisi."Tidak apa - apa, Nak. Kamu berangkat saja sekarang, hati - hati di jalan." Titah Sang Ayah dengan tersenyum ke arah anak kesayangannya.Yuni hanya mengangguk sekali, dan dia pun mencium punggung tangan Ayahnya yang sudah keriput.Yuni tampak menyeka air matanya, Ayahnya sudah dua minggu pulang dari Rumah Sakit namun Ibunya tidak pernah menanyakan kabarnya bahkan menanyakan Yuni juga tidak pernah.Dengan langkah setengah berlari Yuni berjalan ke arah Tempat Kerjanya, dia tidak ingin terlambat hari ini. Terlebih Pak
Yuni melotot kaget saat dirinya merasakan sesuatu benda kenyal dan basah membasahi bibirnya. Dengan sekuat tenaga Yuni melepaskan pagutan bibir Andrew, dan dia pun mengusapnya dengan kasar."Apa yang kamu lakukan, kamu sudah berbuat kurang ajar." Teriak Yuni tidak terima dirinya diicium paksa oleh Andrew, apalagi itu adalah ciuman pertama untuknya."Aku merindukanmu, Yun. Maafkan aku, aku kelepasan." Ujar Andrew seraya menyetuh bibirnya, masih terasa manis yang tertinggal disana. Andrew tidak menyangka Yuni memiliki bibir yang begitu manis meskipun Andrew hanya menciumnya beberapa detik saja berbeda dengan wanita lainnya yang pernah Andrew cium."Tolong buka pintunya, aku ingin pulang." Hardik Yuni dengan memutar knop pintu mobil berulang kali, namun tetap saja tak berhasil karena pintunya telah dikunci oleh Andrew."Dengarkan aku Yun, tolong sebentar saja." Pinta Andrew yang tidak ingin dirinya kehilangan Yuni lagi, dia harus mendapatkan Yuni apapun yang terjadi."Aku tidak mau, apal
Andrew dan Yuni telah sampai di rumah Yuni setelah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.Yuni turun dari mobil Andrew dengan terburu - buru dan dia berlari kedalam rumahnya.Tok...Tok...Tok...Yuni mengetuk rumahnya berkali - kali namun tidak ada sahutan sama sekali dari dalam rumahnya.Namun tiba - tiba.Ceklek...Pintu rumah akhirnya terbuka, dan seorang pria yang Yuni sama sekali tidak kenal."Kamu siapa?" Tanya Yuni setengah berteriak, dia kaget ada orang asing yang bisa masuk ke dalam rumahnya."Justru saya yang harusnya bertanya, kamu ini siapa? Datang - datang kok langsung marah sama saya?" Ucap Jaka dengan nada sewot."Hei, kamu yang sopan ini rumah saya. Kamu yang harusnya tau diri ada urusan apa kamu ada disini?" Sentak Yuni tidak terima dengan perkataan pria itu yang tidak ada sopan santunnya justru memarahinya."Ini rumah istri saya, ya sudah pasti rumah saja juga." Jawab Pria itu dengan berkacak pinggang.Andrew yang tidak terima wanitanya di bentak oleh lelaki lain
Yuni telah selesai makan walaupun dia tidak bisa memakan dengan porsi yang banyak. Dia masih menunggu seseorang yang dia tahu akan membantunya dalam menemukan Ayahnya."Maaf ya saya sudah berburuk sangka selama ini, terima kasih sudah mau membantu." Ucap Yuni sambil menatap ke arah Andrew yang tengah sibuk dengan makanannya, dia memang paling menyukai makanan Indonesia karena menurutnya kaya akan bumbu.Andrew langsung tersenyum ke arah Yuni, dia merasa senang akhirnya Yuni sudah mulai terbiasa untuk menerima kehadirannya."Iya sama - sama cantik, aku senang karena sudah membantu orang yang paling aku cintai." Jawab Andrew seraya meneguk air putih yang berada di hadapannya.Yuni sebenarnya merasa tak enak hati, karena sebelumnya sikapnya pada Andrew sangat kasar namun sekarang dirinya merasa membutuhkan Andrew.Tak berselang lama tiba - tiba pria yang pernah bertemu dengan Yuni saat insiden tabrakan dengan Andrew sudah berada di hadapan mereka berdua."Tuan, maaf kendaraan saya tadi t
Hari-hari yang di lalui oleh Yuni terasa hambar, tanpa kabar dari Ayah yang sangat di sayanginya.Pagi itu Suster Diana sedang menemani Yuni yang tengah bersedih."Mbak, saya sudah belikan sarapan untuk kita makan bersama. Ayok kita makan yuk." Ajak Suster Diana seraya menarik tangan Yuni.Yuni mengikuti Suster Diana ke meja makan karena tak enak menolak sarapan yang sudah dibeli."Aku kangen ayah Sus. Sekarang Ayah sudah makan apa belum?" Yuni menanyakan tentang Ayahnya pada Suster Diana, untuk mengurangi kegelisahan hatinya selama ini.Suster Diana mencoba maklum dengan keadaan Yuni, meski Ayahnya Yuni sekarang entah ada dimana Suster Diana kerap mengunjungi Yuni sebagai bentuk memberikan semangat untuknya."Mbak, sekarang makan dulu. Setelah ini kita berdoa bersama-sama untuk keselamatan Pak Doni." Ucap Suster Diana seraya mengenggam tangan Yuni yang dingin.Yuni tidak menjawab dia hanya mengangguk pelan.Tiba-tiba saja Ponsel Yuni berdering dengan sangat kencang.Yuni bergegas men
Tiba di saat yang ditunggu hari dimana Yuni harus menyerahkan uang untuk penebusan Ayahnya."Ini gak apa-apa kita begini, aku takut kalau Radit mengetahui rencana kita." Ucap Yuni dengan takut, dia tidak mau membuat Radit bertambah marah dan akhirnya Yuni tidak dapat bertemu dengan Ayahnya lagi."Sudahlah yakin saja denganku. Jika Radit mengingkari janjinya tidak membawa Ayahmu, aku sudah menyiapkan anak buahku yang berpura-pura sebagai pengunjung taman dia pasti akan tertangkap. Tapi kalau dia menepati janji, sudahlah uang itu untuk Radit barangkali dia sedang membutuhkan uang." Timpal Andrew dengan merangkul bahu Yuni.Dalam beberapa hari ini Yuni tidak fokus dalam bekerja, namun karena Fashion Show itu akan dilaksanakan tidak lama lagi jadi Yuni harus tetap profesional."Tapi, bagaimana aku akan mengembalikan uangmu?" Tanya Yuni dengan menatap Andrew.Andrew hanya mengulas senyum tipis, Yuni belum mengetahui kalau bagi Andrew uang sebesar seratus juta tidak ada apa-apanya.Yuni mem
Setelah semua prosesi pernikahan telah selesai, Rio dan Diana melaksanakan bulan madunya di sebuah hotel mewah. Mereka berdua sedang membuka kado dari relasi mereka."Sayang, ini kira-kira hadiah dari siapa?" tanya Diana pada Rio yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang.Rio nampak menghampiri istrinya untuk melihat dari siapa kado yang di maksud oleh istrinya itu."Oh ini dari Rafael, coba lihat apa yang berinya?" jawab Rio dengan duduk di samping istrinya.Diana tampak membuka kado yang diberi oleh Andrew dengan perasaan bahagia, momen membuka kado adalah hal yang paling disenangi setiap orang."Wah, dia kasih kita jam tangan couple yang bermerk ini sayang." Ucap Diana dengan mata berbinar."Ini pasti mahal loh, dek. Ya Allah ternyata dia orangnya baik meskipun terkadang ketus." Timpal Rio memperhatikan jam tangan yang ada di hadapannya dengan padangan takjub.Diana lalu meletakkan jam tangan mahal itu di sebuah lemari oerhiasan, lalu dia kembali ingin membuka kado yang lainnya."
Pagi ini seakan hari yang paling indah untuk Rio dia merasa bahagia karena saat ini dirinya akan menikahi sang pujaan hati yaitu Diana, wanita yang mau menerima kekurangannya karena Diana tahu masa lalu Rio yang dahulu tidak bahagia karena harus menjadi yatim piatu sejak kecil, kedua orang tua Rio mengalami kecelakaan tunggal dan mereka meninggal dunia di tempat kejadian.Maka dari itu dia hidup sebatang kara di sebuah panti asuhan, karena kegigihannya dan kepintarannya akhirnya Rio bisa menyelesaikan sekolahnya dan dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Dan disana dia bertemu dengan Andrew dengan tidak sengaja menabraknya, karena kejujuran Rio yang mengembalikan dompet milik Andrew yang berisi kartu debit puluhan miliar jadi membuat Andrew merasa bahagia bisa bertemu dengan orang yang jujur, karena selama ini orang-orang yang berada di sekita Andrew kebanyakan tidak jujur dan munafik.Setelah Andrew lama mengenal Rio, akhirnya dia menjadikan Rio bekerja di perusahaanya sekaligu
Setelah kedua keluarga selesai menyantap makan malamnya, lalu mereka beranjak ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang lebih serius.Mereka duduk dengan perasaan gelisah dan perasaan gugup, terlebih lagi bagi Yuni dan juga Andrew."Terima kasih atas jamuan makan malam yang begitu lezatnya, saya baru pertama kali memakan masakan Indonesia yang ternyata sangat enak." Ucap Pak Ali dengan senyum berkembang karena perasaan bahagiannya.Ibu Tari yang berkali-kali masakannya dipuji langsung membalasnya dengan senyuman."Makanan kampung saja kok, pak. Tidak ada masakan western yang biasa Pak Ali dan Ibu Agnes makan karena jujur saja saya dan Yuni tidak bisa membuatnya," Jawab Ibu Tari dengan perasaan bahagia karena bisa bertemu dengan kedua orang tua Andrew."Itu saja sudah sangat enak kok, Bu. Justru kalau makanan seperti itu saya bosan karena setiap hari makan, tapi kalau makanan Indonesia rasanya sangat enak dan membuat aku ketagihan." Ujar Agnes seraya mengenggam tangan Ibu Tari deng
Agnes dan Ali telah sampai di kediaman Ibu Tari dan juga Pak Andi, mereka tampak takjub dengan rumah Yuni yang begitu asri dan sejuk karena banyak di tumbuhi tumbuhan yang sangat indah."Andrew benarkah ini rumahnya?" tanya Agnes seraya mencolek lengan anaknya, dirinya heran karena rumah Yuni terlihat lenggang dan sepi. Agnes juga tampak terkejut dengan rumah Yuni yang disangka sederhana tetapi pas mereka sampai dirumahnya begitu terpesona dengan suasana rumah Yuni."Bener, kok mom. Memangnya kenapa?" tanya Andrew dengan memandang lekat ke arah mommynya."Tidak apa-apa, rumah keluarga Yuni begitu asri dan sejuk. Nanti kalau pulang ke Dubai aku ingin merubah taman di belakang rumah seperti ini." Jawab Agnes dengan menunjuk ke arah tumbuhan yang bunganya sedang bermekaran warna-warni.Andrew tersenyum lebar ke arah mommynya, kesan pertama tentang keluarga Yuni tergambar jelas pada Agnes dia sangat menyukai rumah Yuni yang begitu nyaman dan membuat orang betah berlama-lama di rumahnya."
Malam itu Agnes dan Ali tampak rapih dengan pakaian terbaiknya, Ali dengan jas kebesarannya dan Agnes dengan gaun mahalnya yang memperlihatkan lengannya yang terbuka. Andrew yang sedang dalam perjalanan hendak menjemput kedua orang tuanya untuk datang ke rumah Yuni.Tok...tok...tokAndrew mengetuk pintu apartemen orang tuanya.Ceklek..Ali membukakan pintu untuk Andrew, dia sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan besannya itu."Hai, nak. Kamu dengan siapa kesini? Apa dengan Rio?" tanya Ali menoleh ke arah belakang badan Andrew mencari keberadaan Rio."Rio sedang sibuk, dad." Jawab Andrew melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen mencari keberadaan mommynya."Tumben dia sibuk, biasanya dia tidak akan pergi kemana-mana selalu berada di samping kamu." Timpal Ali dengan mengeryitkan keningnya, dia heran Rio tak berada di samping Rio karena dia biasanya adalah asisten yang sangat setia."Dia besok akan menikah, dad. Oh ya jangan lupa besok kita semua akan menghadiri acara ijab kobulnya
Siang itu Agnes dan Ali sedang mempersiapkan berbagai barang untuk di bawa ke Indonesia, baju-baju mereka dan juga barang belanjaan yang akan diberikan untuk Andrew sudah dipersiapkan oleh Agnes dan telah dimasukkan ke dalam koper mereka."Sayang, apa ini tidak terlalu banyak koper yang akan kita bawa?" Tanya Ali memandang pening ke arah lima koper yang akan mereka bawa.Agnes yang tengah sibuk memasukan bajunya ke dalam koper seketika menghentikan aktifitasnya, dia memandang ke arah suaminya yang berdiri tak jauh dari dirinya."Tentu saja tidak banyak sayang, justru ini masih kurang barang yang mommy beli." Jawab Agnes dengan singkat, lalu dirinya menyibukkan kembali kegiatannya memasukkan barang ke dalam kopernya.Ali tampak tersentak mendengar jawaban dari istirnya, bagaimana bisa dia membawa koper sebanyak ini tanpa asisten seperti Rio.Dia pun duduk di atas kursi tamunya dengan memijat pelipisnya, kalau istrinya memiliki keinginan sulit untuk di bantah apalagi di tolak.Dering po
Setelah mendengar permintaan Andrew untuk datang ke Indonesia untuk melamar Yuni. Agnes tampak termenung sambil berpikir, apakah dia akan menerima Yuni yang seorang wanita Indonesia yang entah seperti apa wajahnya ataukah dia akan menolak mentah-mentah keinginan Andrew.Agnes tampak berpikir alasan apa yang akan dia lakukan untuk mengurungkan niatnya Andrew untuk menyuruhnya datang ke Indonesia."Honey kenapa kamu melamun saja dari tadi?" Tanya Ali tampak keheranan melihat istrinya sedang melamun di atas meja makan.Agnes tampak terkejut meliha kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba, dia hampir terjatuh dari tempat duduknya."Ya ampun, sayang. Kenapa buat aku kaget aja sih, kamu ingin aku jantungan apa," ucap Agnes dengan nada marah.Ali langsung memeluk istrinya itu dengan sayang, karena dia tidak ingin membuat istrinya itu marah."Jangan marah dong sayang," ujar Ali dengan nada merajuk."Ih, daddy. Kan yang marah aku kok sekarang yang manja kok kamu?" tanya Agnes dengan mencubit
Setelah Ibu Tari, Pak Andi, Rafael, Yuni dan Andrew telah menyelesaikan sarapannya. Mereka melanjutkan obrolan serius mereka di ruangan keluarga."Terima kasih sekali, Bu. Sudah mengundangku untuk datang sarapan disini, makananya begitu enak dan aku sampai nambah berkali-kali.Ibu Tari senang Andrew menyukai masakannya, dia pun merasa bahagia memiliki calon menantu yang sopan pada orang tua seperti Andrew."Rasanya tentu saja enak, karena Ibu membuatnya dengan perasaan bahagia." Ujar Ibu Tari dengan tersenyum lebar ke arah Andrew.Andrew hanya tersenyum menganggukkan kepalanya berulang kali, lalu dia pun menghembuskan nafasanya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius."Bagaimana bisnis kamu, Andrew? Kudengar akan mmbangun pabrik lagi di Amerika?" tanya Pak Andi berbasa-basi, dia ingin terlihat antara dirinya dan Andrew tidak kaku saat awal mereka bertemu."Ya lumayan saja, Pak. Saya lagi ingin mencoba melebarkan sayap ke sana." Jawab Andrew dengan tersenyum tipis ke arah Pak Andi.
Pagi ini Andrew tampak ceria, dia sudah mandi setelah dirinya selesai shalat subuh. Dirinya memohon ampun atas kesalahannya meminum alkohol semalam serta bersyukur pada Tuhan dengan diterimanya lamarannya oleh Yuni dan keluarganya.Rio yang sedang berada di ruang tamu nampak heran dengan apa yang di lakukan oleh Andrew, karena sebelumnya Andrew sedih dan terpuruk sekarang dia sudah kembali ceria dengan wajah berbinar.Andrew sudah memakai pakaian terbaiknya celana berwarna hitam dan kemeja berwarna putih membuatnya tampak terlihat tampan dan gagah. Setelah selesai merapihkan diri Andrew lalu berjalan ke arah ruang tamu dengan senyum yang merekah."Rio, menurutmu bagaimana penampilanku hari ini? Apakah ada yang kurang?" tanya Andrew sambil berkacak pinggang di depan Rio.Rio yang tengah membaca koran langsung terpana melihat penampilan Andrew yang terlihat tampan dan tampak berwibawa."Tuan mau kemana? Kok sudah rapi tumben," Rio balik bertanya pada Andrew, karena heran sepagi ini suda