POV Author"Papa kemana, Ma?" tanya Shanum yang baru saja turun dan tidak mendapati sang ayah di meja makan."Papa lagi ada urusan, Sayang," jawab Kanaya, ia tidak berbohong. Suaminya itu memang memiliki urusan untuk menjaga Trisha."Ma, nanti siang Abang mau jemput Kak Anna di bandara," tutur Arga, ia pulang dari rumah sakit setelah sholat subuh itu pun atas permintaan sang ayah."Katanya nggak bisa pulang karena banyak tugas," sahut Kanaya."Aduh … gimana ya. Abang lupa, harusnya nggak ngasih tahu Mama. Kak Anna 'kan mau bikin kejutan," ujar Arga sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sudah terbiasa jika pergi kemanapun akan memberitahu orang tuanya, bahkan di usia yang sudah dewasa Arga masih tetap pamit untuk menghargai keberadaan ayah dan ibunya."Abang emang nggak pernah bisa bohong, udah tenang aja. Kita pura-pura nggak tahu aja," timpal Shanum.Mereka semua memang akan berkumpul untuk merayakan hari jadi pernikahan Lukman dan Kanaya. Tapi kebahagiaan mereka belum sem
POV Author"Non, temen-temennya ada di bawah," tutur Lilis pada Shanum."Suruh mereka langsung naik aja, Bi," balasnya sambil rebahan dan sibuk dengan ponselnya.Tiga serangkai itu datang dengan gembiranya karena sudah dijanjikan oleh Shanum untuk berbelanja dan ditraktir oleh gadis itu. Siapa yang bisa menolak jika ditawari seperti itu, Shanum melakukan itu bukan tanpa alasan, ia akan meminta bantuan bantuan teman-temannya itu agar ia bisa keluar dari rumah bersama Melanie. Shanum memutuskan untuk tidak memakai mobil, mereka akan pergi menggunakan taksi online."Gue udah coba chat Bang Arga tapi nggak dibaca. Gue telepon langsung malah dimatiin, dikiranya gue mau hubungin lo," gerutu Melanie lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa."Sabar aja, semuanya butuh proses. Lo juga kayaknya salah kostum deh, Lan!" seru Shanum."Emang baju gue kenapa?" tanya Melanie lalu bangkit dan berdiri dihadapan cermin, memperhatikan dirinya yang memakai celana jeans pendek sepuluh senti diatas lutut dip
POV AuthorKanaya dan Lukman akhirnya membawa Indah untuk bertemu dengan Trisha, sebelum pergi Kanaya mengajak Indah untuk masuk sekedar untuk membersihkan tubuhnya dan juga mengganti pakaian. Setelah mandi Indah terlihat lebih segar, sudah minggu tidak membersihkan diri. Indah bahkan hanya makan seadanya, ia tidak membawa uang sama sekali. Hanya makan dari hasilnya meminta-minta di pinggir jalan."Abang, Mama sama Papa pergi dulu sebentar ya. Tolong jaga Zian," pesan Kanaya pada Arga."Iya, Ma," jawab Arga tanpa banyak bertanya.Kanaya hanya akan menemani suaminya sebentar setelah itu ia akan pulang karena tidak mungkin meninggalkan rumah saat Anna kembali setelah sekian lama tidak pulang. Selama perjalanan tidak ada satupun yang buka suara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Indah menatap keluar jendela mobil sambil sesekali mengusap air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir, ia sebisa mungkin menahan suara isakannya agar tidak membuat yang lain terganggu.Suasana jal
POV Author"Mama."Mendengar Trisha memanggilnya, hati Indah bergetar hebat. Setitik cairan bening terjun membasahi pipinya, kini ia melihat seutas senyum tulus di wajah putrinya. Dalam pikirannya Indah mengira jika Trisha akan membencinya karena telah meninggalkan anak itu selama belasan tahun."I–iya ini Mama," ujar Indah sambil terisak, ia duduk di kursi menciumi tangan anaknya itu dengan sayang.Lukman dan Kanaya saling menatap dan keluar dari ruangan karena ingin memberi waktu berdua untuk Indah dan juga Trisha. Indah terus saja mengucapkan kata maaf, rasa penyesalan dalam hatinya sungguh tidak bisa digambarkan. Tapi disisi lain ia merasa bahagia karena ternyata Trisha menerima kehadirannya."Maafkan, Mama," sesal Indah."Mama jangan nangis, Mama nggak perlu minta maaf. Mama pasti punya alasan kenapa nggak pulang dan nemuin aku, jangan merasa bersalah," tutur Trisha dengan senyum yang tidak luntur."Kenapa kamu bisa baik seperti ini dan menerima Mama?" tanya Indah."Mama Kanaya s
POV AuthorKeysha menyenggol lengan Shanum. “Tuh … si Johan,” bisiknya.Shanum langsung melihat arah tatapan mata Keysha, sosok Johan terlihat tampan menggunakan kemeja hitam yang lengan bajunya digulung hingga siku. Tatanan rambut yang rapi membuat pesona lelaki itu semakin terpancar hingga membuat Shanum tidak bisa berkedip. Johan sedang berbincang bersama teman-temannya yang lain, Shanum memang belum menemui temannya yang lain untuk sekedar menyapa.“Udah, samperin sana!” seru Nayla.“Tapi gue jadi gugup, gue nggak tahu harus ngomong apa nantinya,” cicit Shanum.“Soal ngomong gampang, nanti juga kalau udah di depan mata ada bahan obrolan kok. Ayo cepet sana!” Melanie mendorong tubuh Shanum agar gadis itu segera melangkan mendekati Johan yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri.Baru saja dua langkah, tubuh Shanum membeku saat melihat seorang gadis datang dan memeluk Johan. Yang membuat dada Shanum semakin sesak adalah Johan yang membalas pelukan gadis itu bahkan tersenyu
POV AuthorHari ini Trisha diperbolehkan pulang, Kanaya dan Lukman berencana akan menemui anak itu di apartemennya. Menurut informasi dari Marni, Indah sedang mencari pekerjaan wanita itu mengatakan tidak ingin merepotkan Kanaya dan Lukman karena keberadaannya. Saat ini Indah sudah mendapatkan pekerjaan meskipun sebagai petugas kebersihan di restoran yang tidak jauh dari apartemen yang ditinggalinya saat ini. Kanaya dan Lukman tidak mungkin melarang karena itu memang urusan pribadi Indah, lagi pula Trisha akan dirawat oleh Marni."Badan kamu udah enakan?" tanya Kanaya, tangannya mengusap puncak kepala Trisha dengan sayang."Alhamdulillah, Ma. Cuman masih sedikit lemas aja," ungkap Trisha."Inget ya, jangan lakuin kegiatan yang buat kamu capek. Istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur," pesan Lukman."Iya, Pa.""Jam berapa Mama kamu pulang kerja?" tanya Kanaya."Biasa pulangnya sore, paling jam empat," terang Trisha.Kanaya mengangguk mengerti, dalam hatinya ia merasa senang
POV Author"Pak, yang tadi itu istrinya Pak Lukman?" tanya Sandra penasaran."Iya, kenapa? Kamu denger ya, jangan sampai kamu bikin onar di sini apalagi mau goda Pak Lukman. Kamu nggak bakalan bisa," ujar Seno."Kenapa nggak bisa?" Sandra terlihat penasaran."Nggak perlu tahu, sana lanjutkan kerjaan kamu!" titah Seno lalu pergi.Sandra adalah sepupu Seno, ia merekomendasikan bukan karena ada hubungan saudara dengan Sandra tapi karena memang Sandra adalah wanita berkompeten. Kebetulan saat Rania memutuskan untuk cuti, Sandra meminta bantuan untuk dicarikan pekerjaan. Sebelum diberikan pada orang lain lebih baik Seno membantu sepupunya itu. Menurutnya itu tidak salah karena memang ia tahu pekerjaan Sandra tidak akan mengecewakan."Aku juga ogah sama om-om, meskipun banyak duit. Mending cari brondong," gumam Sandra.Ia kini fokus untuk mengerjakan tugas pertamanya, memeriksa dan menyusun kembali jadwal sang CEO. Sandra juga memeriksa beberapa berkas yang akan ditandatangani oleh Lukman s
POV Author"Kenapa keluar dari kamar? Sebentar lagi makanannya mateng kok," seru Indah saat melihat putrinya keluar dari kamar."Trisha bosen di kamar terus, Ma. Lagian Trisha juga udah nggak sakit kok," balasnya dengan senyuman. Kondisi Trisha memang semakin membaik, kemarin dokter baru saja memeriksanya dan mengatakan semakin banyak kemajuan."Ya udah, duduk aja di kursi," titah Indah sambil memindahkan makanan itu dari wajan ke piring saji. Ia memasak ayam kecap kesukaan Trisha. Indah mengetahui banyak hal mengenai Trisha dari Kanaya, wanita itu bahkan sangat teliti mengatakan apa yang tidak boleh dimakan oleh Trisha. Indah merasa sangat beruntung akrena Trisha pernah dirawat oleh wanita sebaik Kanaya."Mbak Mirnanya kemana, Ma?" tanya Trisha saat tidak melihat asisten rumah tangga yang dipekerjakan disana."Ke supermarket, soalnya stok sayuran udah mulai abis," terang Indah. Ia menyendokkan nasi dan juga lauknya untuk Trisha."Mama juga harus makan yang banyak biar sehat terus." K
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera