POV Author“Kenapa malem-malem di luar, Nak?” tanya Kanaya.“Cuman cari angin aja, Ma,” jawab Trisha berbohong.“Cari angin segar itu pagi, ayo masuk,” ajak Lukman.“Dimana Zian?” Kanaya mengedarkan pandangan untuk mencari anak bungsunya itu.“Udah tidur, Ma. Tadi agak rewel karena cariin Mama terus,” terang Trisha.Kanaya mengusap puncak kepala Trisha, ia bangga pada anak itu. Ia tahu jika seharian ini pasti Trisha yang menjaga Zian karena Jumi dan Lilis memiliki pekerjaan masing-masing dan Ayyman sedang pergi bertemu dengan teman-temannya. Jangan tanyakan dimana Shanum, gadis itu tidak akan pernah mau keluar kamar jika ada Trisha di rumahnya. Itu kenapa Trisha berdiam diri di luar, ia merasa tidak pantas berada di rumah itu dan membuat Shanum selalu kesal.Kanaya dan Lukman sama-sama iba melihat Trisha yang selalu mencoba mengakrabkan diri dengan Shanum tapi adiknya itu tidak pernah peduli dan selalu mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Trisha, tapi gadis itu tidak pernah mengadu
POV Author“Nggak, Mas. Aku nggak bermaskud buat ngungkit masa lalu,” sesal Kanaya saat menyadari apa yang telah diucapkannya.“Mas ngerti kok, waktu nggak akan bisa membuat kamu lupa sama pengkhianatan Mas di masa lalu,” tutur Lukman dengan nada suara rendah.“Mas ….”“Tidur yuk, udah malem. Kamu juga pasti capek seharian ini bantuin Mas di kantor,” ajak Lukman.Lelaki itu beranjak dan membaringkan tubuhnya di ranjang membiarkan Kanaya yang masih duduk diam di sofa. Setelah beberapa saat terdiam wanita itu masuk ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi lalu menyusul sang suami yang sudah memejamkan mata. Lukman bisa merasakan ranjang itu bergerak saat Kanaya naik tapi ia masih tidak bergerak, tidak seperti biasanya yang akan langsung mendekap sang istri dalam tidurnya. Kanaya menarik lengan Lukman untuk dijadikan bantal, ia melingkarkan tangannya di perut sang suami yang masih kokoh meskipun usianya tidak muda lagi karena Lukman memang rajin berolahraga.Tangan Kanaya merayap be
POV Author“Tumben lo pagi-pagi gini udah ke rumah gue?” tanya Melanie.“Gue lagi males aja ada di rumah,” jawab Shanum seadanya tapi ia tidak ingin mengatakan jika tidak suka berada di rumah karena ada saudara tirinya.“Balik sekolah nanti gue mau cari kado buat si Nayla, dia kan ultah,” tutur Melanie.“Ya jelas ikut dong, tapi lo jangan keceplosan nanti. Kalau Nayla ikutan juga bukan kado lagi namanya,” seru Shanum.Shanum menunggu Melanie yang baru saja akan mandi, mereka memang sudah biasa berangkat sekolah bersama tapi biasa Shanum datang agak siang hingga membua Melanie yang harus menunggu tuan putri itu datang. Jarak ke sekolah dari rumah Melanie hanya dua puluh menit, sampai di sekolah mereka bertemu dengan Nayla dan juga Keysha. Shanum mengajak Keysha untuk ikut pergi mencari kado dengan cara berbisik membuat Nayla penasaran.“Lo nggak usah kepo, ini masalah gebetan barunya si Keysha,” seru Shanum yang mendorong Nayla menjauh.“Pangeran lo dateng tuh.” Keysha menyenggol lenga
POV Author"Cukup, Pa!" Kanaya mencoba menghentikan suaminya yang semakin marah karena terpancing perkataan Shanum."Mama nggak us–""Udah ya, Pa. Mama nggak mau ada keributan malam-malam begini." Kanaya memotong pembicaraan Lukman. Ia sangat cemas apalagi melihat Shanum kini menangis dan lari menaiki tangga menuju kamarnya. Ayyman langsung mengejar adiknya itu dan berusaha menenangkannya."Kamu jangan terlalu manjain anak!" tuding Lukman."Aku nggak manjain, emang kamunya aja yang keterlaluan. Kamu jangan bandingin Shanum sama Trisha, apa kamu nggak mikir kalau Shanum sakit hati saat dibandingkan dengan saudaranya yang lain, Mas!""Aku nggak membandingkan, aku berbicara kenyataan. Shanum harusnya mencontoh Trisha yang–""Cukup, Mas. Jangan pernah kamu bandingkan anak kamu sama anak aku, aku sebagai ibunya juga sakit hati denger ucapan kamu. Aku tahu Shanum memang bukan anak yang penurut kaya Trisha tapi dia anak aku, Mas … anak aku! Apa iya yang dibilang Shanum itu, kamu lebih sayang
Status WhatsApp Ibu MertuaPOV Author“Ma, kenapa kakak Trisha nggak ikut pulang?” tanya gadis kecil berumur delapan tahun itu. Ia merasa heran karena mereka setiap bulan selalu datang menemui Trisha tapi tidak pernah membawa gadis itu ikut ke kota. Kanaya juga memberikan penjelasan jika Trisha adalah kakak Shanum juga sama seperti Anna, Arga dan Ayyman.“Shanum, Kakak Trsiha nemenin nenek sama kakeknya di sini, Kakak Trisha juga nungguin Mamanya pulang,”“Mama ‘kan ada di sini. Shanum mau ajakin Kakak Trisha pulang ke rumah biar ada temen buat main,” ungkapnya dengan jari telunjuk yang mengarah pada Kanaya. Shanum masih belum mengerti, ia menganggap jika ibunya adalah ibunya Trisha juga.“Dengerin Mama, Nak. Kakak Trisha punya Mama lain, Mama yang mengandung dan melahirkannya dan Mama Kanaya ini hanya merawat Kakak Trisha saja,” jelas Kanaya perlahan, ia tidak tahu apakah Shanum mengerti atau tiddak ucapannya. Kanaya merasa bingung harus seperti apa menjelaskan pada Shanum tapi denga
POV AuthorLukman dan Kanaya menunggu pintu kamar hotel itu terbuka, beberapa kali diketuk kembali tapi tidak ada sahutan sama sekali. Tapi saat di lobby Kanaya sudah menelpon dan Trisha mengatakan ada di kamarnya, kini mereka cemas karena Trisha tidak kunjung keluar. Lukman mencoba menghubungi putrinya itu, tersambung dan menunggu lama lalu telepon itu diangkat.“Sa, kamu dimana? Papa sama Mama udah di depan kamar kamu,” ujar Lukman.“Pa … sakit ….” Terdenngar suara Trisha meringis kesakitan membuat Lukman semakin cemas apalagi kamar itu dikunci dari dalam, Lukman langsung meminta petugas hotel itu untuk membukakan pintu kamar.Mereka kaget saat melihat Trisha terbaring di lantai sambil memegangi dada sebelah kirinya, ia meringis kesakitan dan menangis pilu karena rasa sakit di bagian jantungnya sangat menyiksa. Lukman langsung membopong anaknya itu agar bisa segera di bawa ke rumah sakit. Kanaya di kursi belakang mobil tidak hentinya berdoa dan mengelus kepala Trisha mencoba menenan
POV Author“Pulangah, biar Mas yang jaga Trisha di sini. Jangan sampai Shanum merajuk lagi, bilang aja kalau Mas ada urursan jadi nggak bisa pulang,” ujar Lukman.“Tapi, Mas-”“Sayang, nurut ya.” Lukman memotong perkataan sang istri.Kanaya mengangguk dan keluar dari ruangan, membiarkan Arga dan Ayyman bergantian untuk melihat. Setelah itu mereka langsung pulang, Lukman melakukan ini karena tidak ingin Shanum kembali marah karena hal ini. Sepanjang jalan Kanaya diam, ia memangku Zian yang masih tidur lelap. Mobil putih itu kini sudah terparkir di halaman mansion bergaya eropa itu. Ayyman mengambil alih Zian dari gendongan sang ibu, anak itu kini sudah semakin berat. Kanaya mencoba mentralkan raut wajahnya agar tidak membuat orang rumah cemas.“Tolong jangan kasih tahu siapapun ya, Nak,” pesan Kanaya pada kedua anaknya itu.“Iya, Ma.” Mereka menjawab bersaman lalu masuk ke rumah.Rumah itu sepi, hanya ada Lilis yang sedang membersihkan kolam. Jumi sedang menemani Husna yang ingin jalan
POV AuthorDengan langkan pelan, Arga mendekati sang ibu yang tengah menyuapi Zian di ruang tengah. Jika tidak sekarang nanti Kanaya juga pasti melihat kondisi mobil yang sudah penyok bagian depannya, Arga memilih memberitahunya sekarang. Ia melarang Shanum untuk mengatakannya karena Argasendiri yang akan berbicara langsung.“Makan dulu, Bang,” seru Kanaya sambil menyuapi Zian.“Iya, Ma,” jawabnya pelan. Kanaya yang sadar dengan sikap aneh Arga langsung menoleh dan menatap anaknya itu dan meminta penjelasan tapi Arga masih diam.“Ada aap? Cerita sama Mama,” ujar Kanaya.“Maaf, Ma. Mobil bagian depan penyok karena nabrak tembok sekolah,” ungkap Arga.“Kenapa bisa? Abang nggak apa-apa ‘kan?” tanya Kanaya cemas, ia bukan memikirkan mobil yang harganya tidak seberapa yang terpenting untuk Kanaya sekarang adalah kondisi Arga. Jantung wanita itu bahkan berdetak tidak karuan saat mendengar perkataan Arga,ia sudah olahraga jantung saat Trisha dilarikan ke rumah sakit dan sekarang Arga.“Nggak
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera