POV Author"Yaelah, lo ada-ada aja." Nayla memutar bola matanya mendengar pengakuan Shanum."Ada bagusnya, soalnya kalau gue di kelas kalian nggak bakalan bisa ketemu gue," tutur Shanum."Pokoknya lo harus bertahan di sini, lo harus lebih baik dari Melanie," ujar Keysha.Shanum menautkan alisnya tidak mengerti. "Apa hubungannya sama Melanie?"Keysha tersenyum kecut dan menceritakan semuanya. Saat Shanum tidak masuk sekolah, Melanie menyebarkan isu tidak benar mengenai Shanum. Gadis itu bahkan memfitnah Shanum sudah menggoda Jodi tapi pada kenyataannya Melanie-lah yang mendekati Jodi karena ingin membalas Shanum. Melanie masih tidak terima karena Arga menikah dengan orang lain, Nayla dan Keysha bahkan tidak menyangka jika Melanie adalah sosok yang ambisius. Melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya sendiri puas. Baik Nayla maupun Keysha sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Melanie bahkan saat ada di kelas saja mereka tidak pernah tegur sapa. Setelah mengetahui sikap asli Me
POV Author"Kamu harus jaga baik-baik kehamilan kamu, makan yang teratur karena berat badan kamu harus stabil soalnya kandungan kamu lemah," jelas Kanaya panjang lebar."Iya, Mbak. Mbak ini lebih cerewet dari dokter," omel Lana sambil terkekeh, ia bahagia karena orang-orang terdekatnya sangat memperhatikan dirinya."Belasan tahun kamu nunggu kehadirannya, kamu lebih sabar daripada Mbak. Mungkin kalau Mbak ada di posisi kamu nggak bakalan setegar kamu, kamu emang kuat, Lan!" Kanaya bangga pada adik iparnya itu, meskipun usia mereka beda jauh tapi terkadang Lana bisa bersikap lebih dewasa."Lana itu hanya belajar dari Mbak. Kalau bukan karena kalian Lana juga nggak bakalan sekuat ini." Lama tersenyum sambil menggenggam tangan sang kakak ipar. Karena dukungan dari keluarga besar hingga membuat Lana bisa menjalani kehidupannya sampai saat ini."Udah, jangan cengeng gitu. Nanti anaknya ikutan cengeng lagi," ejek Kanaya.Lana cemberut. "Jangan dong, anak ibu harus kuat ya!" Lana mengelus pe
POV Author"Mas mau beliin kamu lingerie buat nanti pas kita honeymoon," jelas Lukman.Mata Kanaya menyipit. "Kamu serius? Sadar, Mas! Kita udah nggak muda lagi, ngapain pake honeymoon segala? Harusnya Arga sama Zahra yang pergi," sahut Kanaya sambil tertawa."Nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu! Lagian honeymoon itu bukan cuman buat pasangan baru aja." Lukman terlihat tidak peduli, ia memang sudah merencanakan ini. Tentu akan mengajak Zian ikut serta dan juga akan membawa Siti. Lukman juga sudah menyiapkan tiket untuk bulan madu Arga dan Zahra yang sempat tertunda."Ya lagian pake mau honeymoon segala! Emang masih kuat begadang semalaman?" cibir Kanaya.Lukman menaikan sebelah alisnya menatap sang istri, dengan gerakan cepat ia mendorong tubuh Kanaya dan menindihnya."Mau mas buktikan sekarang?" tanyanya dengan senyum menggoda, tanpa dibuktikan pun Kanaya sudah tahu jika stamina lelakinya selalu kuat. Mereka rutin olahraga jadi tidak ada kendala jika masalah stamina di ranjang."M
POV AuthorAditya terpaksa harus meninggalkan istri dan juga anaknya yang baru lahir karena urusan pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan orang lain. Meskipun berat tapi ia harus lakukan karena ini tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan. Lana juga tidak pernah melarang karena tahu konsekuensinya menjadi istri seorang pengusaha harus rela sering ditinggal karena urusan pekerjaan. Aditya pergi dengan tenang karena ketiga anaknya selalu ada di rumah, Aditya mempekerjakan seorang baby sitter untuk membantu Lana karena wanita itu sedang masa pemulihan pasca operasi. Sampai di tempat tujuan Aditya langsung membuka laptop dan memeriksa laporan yang belum sempat dilihatnya."Mengenai kasus penggelapan dana perusahaan sudah kami kumpulkan buktinya dan diserahkan pada pihak yang berwajib," papar Anika."Kalau sampai aku tau siapa dalang dari semua ini, mereka akan habis!" geram Aditya, ia paling benci dengan pengkhianatan. Orang yang melakukannya tentu kurang bersyukur karena sudah diberika
POV AuthorLelaki itu menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, tangannya mengepal kuat. Terbangun dengan keadaan tidak tertutup sehelai benangpun dan seorang wanita dalam pelukannya membuat hati lelaki itu meronta.Bugh!Pyaarrr!Dengan sekali tinjuan, cermin itu pecah berkeping-keping. Di sela-sela jarinya mengeluarkan darah dan ada serpihan kaca yang menancap di sana."Bangs*t lo, Dit!" Aditya memakai dirinya sendiri, tadi malam ia tidak bisa mengontrol dan berakhir meniduri sekretarisnya. Anika masih menunggu Aditya di ruangannya dengan sorot mata kosong, penyesalan pasti dirasakannya. Tidak berpikir panjang, bagaimana jika Aditya tidak mau mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya tadi malam.Saat Aditya keluar dari kamar mandi, Anika langsung berdiri. Wanita itu menunduk dan melihat darah menetes dari tangan Aditya, dengan cepat ia menghampiri lelaki itu dan memegang tangannya."Kenapa bisa terluka, Pak?" tanya Anika cemas."Jangan pedulikan. Ayo, aku akan mengantarmu
POV Author"Bu, in buahnya kok belum dimakan?" tegur Rania saat kembali ke kamar Lana, ia tadi keluar sebentar untuk membawa laptop di kamarnya."Nanti aja, perut ibu rasanya masih begah abis makan sepiring penuh gitu," balas Lana sambil melihat piring yang sudah habis isinya."Ya udah, Rania ke kampus bentar ya, Bu. Kalau ada apa-apa panggil aja Bik Yayu." Lana mencium punggung tangan ibunya lalu beralih melihat Asha yang tertidur, Rania sangat gemas bahkan ingin menggigit pipi tembem adiknya itu."Berangkat sama siapa?" tanya Lana."Dianterin Mang Tatang," jawab Rania.Lana mengangguk dan tersenyum, menatap punggung Rania yang sudah hilang di balik pintu. Lana meraih ponselnya, entah kenapa ia rasanya ingin terus menghubungi Aditya. Berbulan-bulan Aditya selalu ada disampingnya dan kemarin lelaki itu harus kembali bekerja, jika bisa Lana ingin melarang tapi tidak mungkin. Ia tidak mau menghambat pekerjaan suaminya hanya karena keegoisannya semata."Iya, Sayang." Dari layar ponsel Ad
POV Author"Beneran nih lo nggak mau cerita?" Raya menatap lekat Anika yang pura-pura sibuk dengan makanan untuk menutupi kegugupannya."Cerita apaan sih, gue nggak ngapa-ngapain kok," sahut Anika, sebisa mungkin mengatur nada suaranya agar santai tapi sorot matanya tetap tidak bisa berbohong."Ya udah, kalau udah mau cerita gue siap dengerin kok," tutur Raya."Hm."Meskipun ingin tapi Anika sebisa mungkin menahan diri untuk tidak mengatakan apapun, selain dirinya nanti akan malu ia juga akan merusak nama baik perusahaan. Ia akan berusaha untuk bicara pada Aditya nanti, tidak mungkin membiarkan begitu saja setelah kesuciannya direnggut oleh lelaki yang bukan suaminya. Disini Anika juga bersalah karena dia dan menerima perlakuan Aditya yang berada di bawah pengaruh alkohol.Selesai makan siang mereka langsung kembali karena jam istirahat sebentar lagi akan habis. Sepanjang jalan Anika hanya menanggapi sewajarnya apa yang diceritakan oleh Raya mengenai kekasih barunya. Mungkin jika Anik
POV Author"Masuklah!"Setelah menunggu lumayan lama akhirnya pintu itu terbuka, terlihat dari wajahnya jika Aditya baru bangun tidur. Sebenarnya ia tidak sengaja tertidur saat sedang berbicara dengan Lana lewat telepon tadi. Rambut berantakan dan hanya menggunakan celana santai pendek, tubuh bagian atasnya terekspos menampakkan otot-otot yang begitu kekar di bagian perut dan dada lelaki itu. Bagian rahangnya yang tegas ditumbuhi bulu-bulu halus hingga membuat pesona lelaki itu semakin terpancar bahkan di usianya yang sudah masuk kepala lima. Anika bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya."Aku akan mandi dulu!" seru Aditya lalu masuk ke kamarnya."Kenapa suami orang itu selalu lebih menggoda," gumam Anika tanpa sadar. Ia tidak tahu jika ponsel Aditya masih tersambung pada Lana. Di ujung telepon Lana bisa mendengar suara Anika meskipun tidak terlalu jelas. Lana memang belum sempat memutuskan sambungan telepon karena sedang menyusui Asha. Setelah mendengar suara Anika membuat Lana me
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera