POV Author"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?""Istri anda baik-baik saja, ini cuman demam biasa. Kondisi kandungannya juga sehat, tidak ada masalah," jelas dokter itu."Alhamdulillah.""Tolong jangan biarkan istri anda terlalu stres dan tertekan, Pak. Itu akan berpengaruh pada kondisi kandungannya, sebisa mungkin buat perasaan ibu hamil itu selalu bahagia," terangnya.Lukman tidak sepertinya akan meminta izin untuk melakukan pekerjaan dari rumah, ia tidak mungkin meninggalkan Kanaya sendirian saat kondisinya seperti ini. Berharap jika atasannya mengizinkan.Sebelum pulang Lukman menyempatkan membeli makanan kesukaan istrinya itu sedangkan Kanaya tertidur saat di perjalanan pulang. Ia memang diberikan suntikan saat di rumah sakit tadi dan efeknya terasa mengantuk. Sampai di rumah, Lukman langsung mengambil alih semua pekerjaan rumah yang belum selesai. Ia membiarkan istrinya itu untuk istirahat.Menjadi suami memang harus siaga, saat kondisi istri tidak sehat tentu ia yang harus meng
POV AuthorHusna berkali-kali mengucapkan syukur dalam hatinya saat ia bisa berbicara meskipun hanya satu dua kata meskipun belum terdengar jelas. Tapi ia memiliki kesempatan untuk mengatakan pada Lana mengenai keberadaan ayahnya. Lana pasti akan bahagia jika saat menikah nanti ayahnya langsung yang menjadi wali."Ya Allah … izinkan aku untuk bisa kembali berbicara," batin Husna dengan tangis haru."Besok jadwal terapi Ibu, semoga aja semakin hari Ibu semakin membaik ya," ujar suster itu yang langsung mendapat anggukan dari Husna.Suster itu mengatakan pada Lana jika Husna sudah bisa mengucapkan satu dua kata meskipun masih terbata dan kesulitan. Lana yang mendengar tentu bahagia dan langsung mengabari kakaknya."Sus, tolong rawat ibu saya dengan baik ya. Akhir-akhir ini saya sibuk buat ngurusin acara nikahan nanti soalnya," tutur Lana."Baik, Mbak. Saya akan sebaik mungkin mengurus Bu Husna."Lana dan Aditya memang mengambil cuti secara bersamaan untuk mempersiapkan pernikahan. Lana
POV Author"Kenapa nasib anak kita seperti ini, Pak?" Siti menangis tersedu setelah mendatangi Indah yang berada dipenjara."Sabar, Bu. Ini semua hasil dari perbuatannya sendiri, kalau nggak dihukum dia nggak akan bisa sadar akan kesalahannya," ujar Dani.Mereka mendapatkan kabar langsung dari Lukman, tapi baru bisa melihat Indah sekarang karena kondisi kesehatan Siti yang menurun. Ia terlalu lelah mengurus cucunya, seharusnya di usia seperti ini ia lebih banyak beristirahat dan jangan terlalu lelah.Trisha sengaja dititipkan pada tetangga karena tidak mungkin di bawa jauh. Kecewa mereka bertambah karena Indah terlihat tidak antusias saat orang tuanya datang, Indah bahkan menyuruh kedua orangtuanya agar tidak berlama-lama dan langsung pulang."Pak, emang nggak bisa minta Lukman buat narik tuntutannya?""Nggak bisa, Bu. Indah sudah ditetapkan kurungan empat tahun," jelas Dani. Ia sebagai seorang ayah juga terluka melihat putri satu-satunya seperti ini, tapi Dani ingin Indah sadar dan m
POV AuthorLukman beralih menatap Lana, meminta penjelasan pada wanita itu. Lana mengusap air matanya dan menenangkan perasaannya sebelum membuka suara."Mbak Kanaya ada di rumah sakit, Mas. Anak kalian juga sudah lahir," terang Lana dengan suara lirih.Lukman mengisyaratkan Lana untuk mengikutinya, ia berjalan ke arah dapur untuk berbicara pada Lana. Semua yang didengarnya dari suster itu berarti tidak benar, pasalnya tadi pagi saat ia menelpon Husna seorang suster yang mengangkat telepon dan mengatakan Husna pingsan juga memberitahu jika istrinya meninggal. Tapi suster itu tidak mengatakan namanya, mungkin ia salah paham dan ia tidak tahu apa yang dikatakannya itu tidak benar.Sedangkan Lana menceritakan jika kemarin sore ada orang yang tidak dikenal menusuk Laila hingga ia meregang nyawa. Sedangkan Kanaya merasakan kontraksi yang sangat kuat setelah melihat kejadian mengerikan itu secara langsung, Kanaya melahirkan diluar hari perkiraan lahir. Lana belum tahu kejadian sebenarnya ka
POV AuthorKeesokan harinya orangtua Laila pamit, mereka merasa tidak nyaman jika terlalu lama berada di rumah orang lain. Lukman yang baru saja pulang dari rumah sakit mencoba menahannya dan meminta agar mereka tinggal lebih lama."Maaf, Nak. Kami tidak bisa lama-lama di sini," ujar Bapaknya Laila."Pak, jika Bapak dan Ibu tidak keberatan izinkan saya untuk merawat ketiga anak Mbak Laila," tutur Lukman, mereka yang berada di sana tentu tidak menyangka Lukman akan menanyakan ini.Kedua orang tua Laila saling berpandangan, mereka sebenarnya ingin merawat cucu mereka tapi karena kondisi mereka yang sudah renta tidak sanggup jika mengurus ketiga anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apalagi mereka juga hidup dari hasil berkebun tentu tidak akan cukup untuk menghidupi dan menyekolahkan tiga orang anak. Akhirnya mereka sepakat untuk memperbolehkan Lukman merawat anak-anak itu. Mereka percaya jika Lukman dan keluarganya adalah orang baik, seperti yang biasa diceritakan oleh Laila. Biasa
POV Author"Pa, harusnya Papa malu. Udah tau tapi masih suka sama daun muda, lagian cewek murahan itu cuman mau harta Papa doang!" seru Stevan yang langsung dihadiahi tamparan keras oleh ayahnya."Jaga bicaramu, Stev! Dia istriku, hormati dia!" bentak Leo."Hormati? Aku tidak sudi mengormati wanita rendahan kayak dia, cuman modal selangkangan aja dia bangga!" cibir Stevan, ia seolah tidak peduli jika sang ayah kembali akan mendaratkan tangannya di pipi yang kini sudah memerah."Kalau kedatanganmu hanya untuk menghinanya lebih baik kamu pergi!" usir Leo."Oke, aku pergi. Tapi ingat, Pa. Suatu saat Papa pasti menyesal telah menyakiti Mama!"Stevan keluar dari rumah itu dengan perasaan marah yang memuncak, meskipun ia baru berada di Indonesia namun kabar sang ayah yang sudah menikah lagi tentu sampai di telinganya. Ia tidak bisa kembali dengan cepat saat itu karena ingin menyelesaikan studinya yang hanya tinggal beberapa bulan selesai."Ikuti jal*ng itu kemanapun dia pergi!" titah Stevan
POV Author"Wanita itu terlihat mengintai sebuah rumah dari jauh, dia bahkan hampir setengah jam berada di sana," jelas orang suruhan Stevan."Cari tahu orang yang dia intai itu siapa!" titah Stevan."Dari orang-orang kantor, terdengar desas-desus jika dulu dia mengincar seorang lelaki yang bekerja di sana, Tuan. Dan saat ini dia mengintai lelaki yang sama," Joni."Siapa lelaki itu?" tanya Stevan penasaran. Mendengar semua itu memang bukanlah hal aneh bagi Stevan, ia tahu karakter wanita seperti Marcella itu seperti apa. Marcella akan pergi mencari lelaki idamannya setelah habis menguras harta milik Leo."Namanya Lukman, dia keluar dari perusahaan setelah wanita itu menggodanya. Lukman memiliki istri dan seorang anak yang baru saja lahir," ungkap Joni."Jangan biarkan jal*ng itu menyentuh atau menghancurkan keluarga orang lain. Kekalahannya adalah saat dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya."Stevan akan membuat hidup Marcella hancur, sehancur hancurnya. Bahkan Marcella tid
POV AuthorMalam itu Leo tiba-tiba harus pergi ke Hongkong karena ada masalah besar di perusahaan yang tidak bisa di tangani oleh orang lain selain lelaki itu. Perusahaan itu baru saja didirikannya disana, jelas Leo tidak akan memberikannya hancur begitu saja."Kamu beneran harus pergi, ya?" tanya Marcella dengan raut sedih."Iya, sayang. Nggak lama kok paling seminggu," jelas Leo."Seminggu itu lama, aku nggak bisa jauh dari kamu," tuturnya dengan nada manja."Kalau gitu kamu ikut aja," ajaknya."Nggak bisa, aku punya tanggung jawab di perusahaan, sayang."Akhirnya Leo berangkat diiringi drama Marcella yang memagis seolah benar-benar tidak ingin ditinggalkan. Dari balik kamarnya di lantai dua, Stevan memantau. Ia tersenyum kemenangan melihat ayahnya pergi.Setelah memastikan mobil yang membawa Leo sudah keluar dari pekarangan, Marcella langsung mengusap bibirnya yang tadi dicium oleh Leo, wanita itu bahkan meludah."Cuih … kalau bukan karena duit, gue ogah disentuh bandot tua kayak d
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera