Hanya satu kalimat itu sudah cukup membuat wajah Harlan seketika pucat. Tubuhnya gemetar hebat sebelum akhirnya jatuh terduduk di tanah. Mata yang cekung itu dipenuhi keputusasaan dan penyesalan.Seperti orang yang kehilangan akal, dia mulai mencabik-cabik bibirnya yang kering, terus mengulitinya hingga berdarah.Aku malas berurusan dengannya lebih lama. Namun, dari belakang, terdengar suaranya yang teguh. "Nggak apa-apa, Kak. Kamu satu-satunya keluargaku sekarang. Kamu boleh nggak memaafkanku, tapi aku akan selalu menjagamu, sekalipun harus mati."Nada suaranya begitu yakin. Sama seperti dulu, ketika dia berjanji akan selalu melindungi June.Namun, aku tidak peduli lagi.Setelah kembali ke apartemen sewaanku, aku merapikan tempat tinggalku seadanya. Keesokan harinya, aku keluar untuk menghadiri pernikahan sahabatku.Dia adalah teman baikku sejak SMA. Saat itu, hampir seluruh kelas dicuci otak oleh June hingga mengucilkanku. Hanya dia yang tetap berteman denganku.Dua hari sejak aku ke
Selama ini, ibu June hanyalah burung kenari dalam sangkar emas yang dipelihara oleh ayahku. Dia sama sekali tidak memiliki kemampuan.Sementara itu, biaya pengobatan June membutuhkan ratusan juta. Tidak punya pilihan lain, ibu June terpaksa meminta bantuan dari para pria yang dulu pernah menjadi kekasihnya.Namun, saat masih muda, dia terlalu percaya diri dengan kecantikannya dan merusak banyak rumah tangga orang. Sekarang setelah jatuh miskin, bahkan sebelum dia sempat meminta pertolongan, dia sudah lebih dulu menerima hinaan dan penyiksaan dari mereka.Akhirnya, bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman uang, tetapi dia juga nyaris diculik oleh jaringan perdagangan manusia.Karena terdesak, ibu June mencoba memeras Gavin. Namun, Gavin telah bertekad menyeret seluruh keluarga ke dalam kehancuran.Pada hari kejadian, dia lebih dulu mengalihkan semua asetnya kepadaku. Saat polisi menangkapnya, Gavin sudah tidak memiliki apa-apa.Sementara itu, ibu June yang buntu pun menjadi gila. Sejujurn
Lampu hijau menyala. Bunyi klakson dari mobil belakang membuatku tersadar dari lamunan.Aku mengenyahkan emosi terakhir dalam hatiku untuk Gavin, lalu menginjak pedal gas dan melaju ke depan.Di depan sana, matahari bersinar cerah, sama seperti masa depanku.Tiga tahun kemudian, sebagai peraih penghargaan emas, aku menghadiri kompetisi dokumenter global.Setelah kompetisi berakhir, aku meluangkan waktu untuk memberikan tanda tangan bagi para penggemar yang datang memberikan selamat.Selama tiga tahun ini, aku terus mendedikasikan diriku untuk pekerjaan amal dan dokumenter.Bersama rekan-rekanku, aku hampir mengelilingi seluruh dunia. Kami merekam jejak berbagai spesies langka yang hampir punah.Setelah semua pekerjaan selesai, malam sudah larut. Saat aku kembali ke vila di pusat kota, rasa kantuk membuat mataku hampir tertutup.Namun, saat melihat seseorang berdiri di depan gerbang rumah, tanganku refleks menggenggam erat alat kejut listrik yang selalu kubawa.Pengalaman berbahaya sela
Aku berdiri di bawah hujan dengan keadaan basah kuyup, di anak tangga yang berjarak 50 meter dari desa itu.Dengan diam, aku menatap tunanganku, Gavin. Melihatnya menaruh liontin giok berbentuk simpul cinta di mulut, lalu hendak memberikannya ke June yang mengenakan gaun pengantin merah dan tampak begitu memesona.Wajah June memerah malu saat menerima liontin itu dengan mulutnya. Namun, sebelum sempat mengambilnya dengan tangan, Gavin sudah tidak sabar menariknya ke dalam pelukan.Di tengah sorakan teman-teman mereka, keduanya berciuman dengan penuh gairah. Ciuman itu berlangsung hampir sepuluh menit, hingga akhirnya June hampir tidak bisa berdiri karena kakinya melemas. Saat itu, Gavin terengah-engah menghentikan ciuman mereka.Angin musim gugur berembus, menyibakkan tirai tipis di desa. Saat itulah, aku akhirnya menyadari sesuatu. Di bawah cahaya lampu yang redup, ternyata semua keluarga dan teman-temanku ada di sana.Bahkan Harlan, adik kandung yang dulu kulindungi dengan nyawaku, k
Gavin tampaknya baru mengingat hal itu. Tidak ada suara di ujung telepon untuk sesaat. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Harlan tiba-tiba merebut ponselnya."Mayra, apa kamu bisa berhenti bertingkah rendahan seperti ini? Kamu pikir semua orang sepertimu yang suka bersaing?""Aku sarankan kamu berhenti membuat drama! Kalau sampai mengganggu pekerjaan Kak Gavin, apa kamu bisa tanggung jawab? Berhenti bertingkah bodoh dan membuat orang lain membereskan kekacauanmu!"Setelah mengatakan itu, Harlan langsung mengakhiri panggilan.June yang bersandar di pelukan Gavin, tersenyum lembut sambil mengusap kepala Harlan. Setelah itu, dia membujuk dengan suara lembut, "Sudahlah, kalian tahu seperti apa sikap Mayra. Hari ini adalah hari terpenting dalam hidupku. Jangan marah ya? Senyum dong."Hanya dengan satu kalimat, Harlan langsung luluh.Mereka semua berjalan dengan riang menuju kamar pengantin.Saat keramaian menghilang, aku sendirian di bawah gelapnya malam, seperti badut yang tidak dipeduli
Aku mengalihkan pandanganku dari tangan Gavin dan June yang bertautan, lalu menggeleng dengan tenang. "Nggak perlu."Reaksiku yang begitu datar membuat ketiga orang di hadapanku terkejut. Harlan yang baru saja menyusul, malah tertawa sinis. "Mayra, drama apa lagi yang kamu mainkan? Berhenti berakting.""Kamu sudah mengejar Gavin sampai hamil, sekarang masih mau pakai trik tarik-ulur? Lucu sekali. Dengar, meskipun kamu hamil, kamu tetap nggak pantas bersaing dengan Kak June!"Harlan masih sama seperti dulu, tidak bisa melihat kebenaran.Saat melihat ekspresiku tetap dingin, Gavin pun mulai kesal. Dengan wajah serius, dia menegurku sambil mengernyit, "Mayra, kamu sudah cukup mengganggu pekerjaanku, sekarang masih ingin bertingkah kekanak-kanakan?""Kesabaranku ada batasnya. June sedang sakit dan butuh ketenangan, kehadiranmu hanya akan mengganggu perasaannya. Sekarang juga, pergi dari sini!"Sambil berkata begitu, dia meraih tanganku dan hendak menyeretku pergi dari lokasi. Namun, saat b
Sampai aku menyelesaikan operasi dan kembali ke ibu kota, Gavin tidak pernah menelepon. Dia mungkin berpikir aku hanya sedang ngambek.Dia bahkan terus mengunggah beberapa postingan di media sosial. Foto saat dia menemani June mencoba gaun pengantin, foto prewedding mereka, bahkan momen mereka memilih perhiasan pernikahan.Aku mengabaikan semua itu. Sesampainya di stasiun TV, aku langsung mengajukan diri bergabung dengan tim ekspedisi geologi untuk syuting dokumenter di Antartika.Sebelum berangkat, aku juga menyerahkan dokumen yang diam-diam diselipkan oleh kepala desa ke tasku pada hari itu. Itu adalah laporan mengenai kebenaran di balik gempa bumi.Setelah membaca fakta yang sesungguhnya, sisa cintaku untuk Gavin benar-benar lenyap. Yang tersisa hanya rasa jijik.Setelah menyelesaikan semuanya, aku kembali ke apartemen kecil tempat aku tinggal setelah lulus kuliah.Aku mengumpulkan semua hadiah murahan yang telah diberikan Gavin selama 15 tahun terakhir, juga memasukkan USB yang ber
Nama June langsung mengembalikan kesadaran Gavin. Dia memaksakan senyuman dan mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya dari kotak paket itu. Kemudian, dia mengikuti Harlan menuju kamar hotel tempat June beristirahat.Sebelum itu, Harlan bahkan menyuruh Gavin membeli sebuket bunga tanpa memberi tahu siapa pun. Mereka berencana memberikan kejutan untuk June.Namun, saat keduanya sampai di depan pintu kamar, suara pemantik api terdengar. Pintu kamar sedikit terbuka. Di dalamnya, June yang dalam ingatan Gavin adalah gadis lemah lembut yang menderita kanker paru-paru, kini sedang merokok.Di hadapannya, ayah Harlan dan ibu June duduk di sofa dengan ekspresi penuh kemenangan. Terutama ibu June yang sedang menghitung uang mahar yang diberikan Gavin."Memang anakku yang paling cerdas. Berpura-pura mengidap kanker paru-paru dan si tolol Gavin tertipu habis-habisan. Hahaha! Dia profesor, tapi nggak bisa membedakan diagnosis asli dan palsu!" Suara ibu June tajam dan sarkastis. Dia melirik ayah H
Lampu hijau menyala. Bunyi klakson dari mobil belakang membuatku tersadar dari lamunan.Aku mengenyahkan emosi terakhir dalam hatiku untuk Gavin, lalu menginjak pedal gas dan melaju ke depan.Di depan sana, matahari bersinar cerah, sama seperti masa depanku.Tiga tahun kemudian, sebagai peraih penghargaan emas, aku menghadiri kompetisi dokumenter global.Setelah kompetisi berakhir, aku meluangkan waktu untuk memberikan tanda tangan bagi para penggemar yang datang memberikan selamat.Selama tiga tahun ini, aku terus mendedikasikan diriku untuk pekerjaan amal dan dokumenter.Bersama rekan-rekanku, aku hampir mengelilingi seluruh dunia. Kami merekam jejak berbagai spesies langka yang hampir punah.Setelah semua pekerjaan selesai, malam sudah larut. Saat aku kembali ke vila di pusat kota, rasa kantuk membuat mataku hampir tertutup.Namun, saat melihat seseorang berdiri di depan gerbang rumah, tanganku refleks menggenggam erat alat kejut listrik yang selalu kubawa.Pengalaman berbahaya sela
Selama ini, ibu June hanyalah burung kenari dalam sangkar emas yang dipelihara oleh ayahku. Dia sama sekali tidak memiliki kemampuan.Sementara itu, biaya pengobatan June membutuhkan ratusan juta. Tidak punya pilihan lain, ibu June terpaksa meminta bantuan dari para pria yang dulu pernah menjadi kekasihnya.Namun, saat masih muda, dia terlalu percaya diri dengan kecantikannya dan merusak banyak rumah tangga orang. Sekarang setelah jatuh miskin, bahkan sebelum dia sempat meminta pertolongan, dia sudah lebih dulu menerima hinaan dan penyiksaan dari mereka.Akhirnya, bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman uang, tetapi dia juga nyaris diculik oleh jaringan perdagangan manusia.Karena terdesak, ibu June mencoba memeras Gavin. Namun, Gavin telah bertekad menyeret seluruh keluarga ke dalam kehancuran.Pada hari kejadian, dia lebih dulu mengalihkan semua asetnya kepadaku. Saat polisi menangkapnya, Gavin sudah tidak memiliki apa-apa.Sementara itu, ibu June yang buntu pun menjadi gila. Sejujurn
Hanya satu kalimat itu sudah cukup membuat wajah Harlan seketika pucat. Tubuhnya gemetar hebat sebelum akhirnya jatuh terduduk di tanah. Mata yang cekung itu dipenuhi keputusasaan dan penyesalan.Seperti orang yang kehilangan akal, dia mulai mencabik-cabik bibirnya yang kering, terus mengulitinya hingga berdarah.Aku malas berurusan dengannya lebih lama. Namun, dari belakang, terdengar suaranya yang teguh. "Nggak apa-apa, Kak. Kamu satu-satunya keluargaku sekarang. Kamu boleh nggak memaafkanku, tapi aku akan selalu menjagamu, sekalipun harus mati."Nada suaranya begitu yakin. Sama seperti dulu, ketika dia berjanji akan selalu melindungi June.Namun, aku tidak peduli lagi.Setelah kembali ke apartemen sewaanku, aku merapikan tempat tinggalku seadanya. Keesokan harinya, aku keluar untuk menghadiri pernikahan sahabatku.Dia adalah teman baikku sejak SMA. Saat itu, hampir seluruh kelas dicuci otak oleh June hingga mengucilkanku. Hanya dia yang tetap berteman denganku.Dua hari sejak aku ke
Gavin gemetar mendengar itu. Dia tertawa pahit dan mengangguk. "Benar, yang menyakiti Mayra selama ini memang kami berdua. Kami memang berengsek. Tapi ...."Tatapannya tiba-tiba dipenuhi kebengisan. "Kami tetap akan menyeret kalian ke neraka!"Pada saat yang sama, Harlan yang terengah-engah, kembali dengan membawa kotak kardus yang sebelumnya telah dibuang.Melihat ibu June dan ayahnya masih bersikeras mengaku tak bersalah, Harlan mengangkat sebuah USB, lalu berkata dengan sedih, "Aku akhirnya ingat semuanya. Ternyata, dari awal hingga akhir, kakakku selalu berusaha melindungiku."Saat nama sekolah di USB itu terlihat jelas, wajah June dan keluarganya langsung pucat pasi.....Setengah tahun kemudian, aku berdiri di daratan es Antartika. Aku mengikuti fotografer untuk mendokumentasikan jalur migrasi penguin kaisar.Setelah menyelesaikan tugas hari ini, aku kembali ke markas. Masuk panggilan video dari atasan."Mayra, proyek di Antartika hampir selesai. Kapan kamu akan pulang?"Aku mele
Nama June langsung mengembalikan kesadaran Gavin. Dia memaksakan senyuman dan mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya dari kotak paket itu. Kemudian, dia mengikuti Harlan menuju kamar hotel tempat June beristirahat.Sebelum itu, Harlan bahkan menyuruh Gavin membeli sebuket bunga tanpa memberi tahu siapa pun. Mereka berencana memberikan kejutan untuk June.Namun, saat keduanya sampai di depan pintu kamar, suara pemantik api terdengar. Pintu kamar sedikit terbuka. Di dalamnya, June yang dalam ingatan Gavin adalah gadis lemah lembut yang menderita kanker paru-paru, kini sedang merokok.Di hadapannya, ayah Harlan dan ibu June duduk di sofa dengan ekspresi penuh kemenangan. Terutama ibu June yang sedang menghitung uang mahar yang diberikan Gavin."Memang anakku yang paling cerdas. Berpura-pura mengidap kanker paru-paru dan si tolol Gavin tertipu habis-habisan. Hahaha! Dia profesor, tapi nggak bisa membedakan diagnosis asli dan palsu!" Suara ibu June tajam dan sarkastis. Dia melirik ayah H
Sampai aku menyelesaikan operasi dan kembali ke ibu kota, Gavin tidak pernah menelepon. Dia mungkin berpikir aku hanya sedang ngambek.Dia bahkan terus mengunggah beberapa postingan di media sosial. Foto saat dia menemani June mencoba gaun pengantin, foto prewedding mereka, bahkan momen mereka memilih perhiasan pernikahan.Aku mengabaikan semua itu. Sesampainya di stasiun TV, aku langsung mengajukan diri bergabung dengan tim ekspedisi geologi untuk syuting dokumenter di Antartika.Sebelum berangkat, aku juga menyerahkan dokumen yang diam-diam diselipkan oleh kepala desa ke tasku pada hari itu. Itu adalah laporan mengenai kebenaran di balik gempa bumi.Setelah membaca fakta yang sesungguhnya, sisa cintaku untuk Gavin benar-benar lenyap. Yang tersisa hanya rasa jijik.Setelah menyelesaikan semuanya, aku kembali ke apartemen kecil tempat aku tinggal setelah lulus kuliah.Aku mengumpulkan semua hadiah murahan yang telah diberikan Gavin selama 15 tahun terakhir, juga memasukkan USB yang ber
Aku mengalihkan pandanganku dari tangan Gavin dan June yang bertautan, lalu menggeleng dengan tenang. "Nggak perlu."Reaksiku yang begitu datar membuat ketiga orang di hadapanku terkejut. Harlan yang baru saja menyusul, malah tertawa sinis. "Mayra, drama apa lagi yang kamu mainkan? Berhenti berakting.""Kamu sudah mengejar Gavin sampai hamil, sekarang masih mau pakai trik tarik-ulur? Lucu sekali. Dengar, meskipun kamu hamil, kamu tetap nggak pantas bersaing dengan Kak June!"Harlan masih sama seperti dulu, tidak bisa melihat kebenaran.Saat melihat ekspresiku tetap dingin, Gavin pun mulai kesal. Dengan wajah serius, dia menegurku sambil mengernyit, "Mayra, kamu sudah cukup mengganggu pekerjaanku, sekarang masih ingin bertingkah kekanak-kanakan?""Kesabaranku ada batasnya. June sedang sakit dan butuh ketenangan, kehadiranmu hanya akan mengganggu perasaannya. Sekarang juga, pergi dari sini!"Sambil berkata begitu, dia meraih tanganku dan hendak menyeretku pergi dari lokasi. Namun, saat b
Gavin tampaknya baru mengingat hal itu. Tidak ada suara di ujung telepon untuk sesaat. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi Harlan tiba-tiba merebut ponselnya."Mayra, apa kamu bisa berhenti bertingkah rendahan seperti ini? Kamu pikir semua orang sepertimu yang suka bersaing?""Aku sarankan kamu berhenti membuat drama! Kalau sampai mengganggu pekerjaan Kak Gavin, apa kamu bisa tanggung jawab? Berhenti bertingkah bodoh dan membuat orang lain membereskan kekacauanmu!"Setelah mengatakan itu, Harlan langsung mengakhiri panggilan.June yang bersandar di pelukan Gavin, tersenyum lembut sambil mengusap kepala Harlan. Setelah itu, dia membujuk dengan suara lembut, "Sudahlah, kalian tahu seperti apa sikap Mayra. Hari ini adalah hari terpenting dalam hidupku. Jangan marah ya? Senyum dong."Hanya dengan satu kalimat, Harlan langsung luluh.Mereka semua berjalan dengan riang menuju kamar pengantin.Saat keramaian menghilang, aku sendirian di bawah gelapnya malam, seperti badut yang tidak dipeduli
Aku berdiri di bawah hujan dengan keadaan basah kuyup, di anak tangga yang berjarak 50 meter dari desa itu.Dengan diam, aku menatap tunanganku, Gavin. Melihatnya menaruh liontin giok berbentuk simpul cinta di mulut, lalu hendak memberikannya ke June yang mengenakan gaun pengantin merah dan tampak begitu memesona.Wajah June memerah malu saat menerima liontin itu dengan mulutnya. Namun, sebelum sempat mengambilnya dengan tangan, Gavin sudah tidak sabar menariknya ke dalam pelukan.Di tengah sorakan teman-teman mereka, keduanya berciuman dengan penuh gairah. Ciuman itu berlangsung hampir sepuluh menit, hingga akhirnya June hampir tidak bisa berdiri karena kakinya melemas. Saat itu, Gavin terengah-engah menghentikan ciuman mereka.Angin musim gugur berembus, menyibakkan tirai tipis di desa. Saat itulah, aku akhirnya menyadari sesuatu. Di bawah cahaya lampu yang redup, ternyata semua keluarga dan teman-temanku ada di sana.Bahkan Harlan, adik kandung yang dulu kulindungi dengan nyawaku, k