Share

Bab 66

Author: Rindu_Mentari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Miya beringsut turun dari ranjang panasnya, ia membersihkan tubuhnya dengan mandi kembali.

Miya keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit di dadanya, rambut basahnya di tutupi handuk kecil yang di sanggul ke atas.

Alan menatap mesum tubuh Miya yang hanya di balut oleh handuk saja, paha mulusnya nampak begitu menggoda, Alan menelan salivanya seteguk demi seteguk.

Alan turun dari ranjang menghampiri Miya, ia memeluk pinggang Miya dari belakang lalu mengecup tengkuk lehernya yang panjang dan mulus.

Miya mengedikan bahunya menahan geli.

"Kamu begitu menggoda, aku tersihir oleh pesonamu. Seandainya waktu maghrib masih panjang aku ingin kita melakukannya sekali lagi," rayu Alan sambil terus menciumi dan menghisap aroma tubuh Miya yang begitu segar.

"Kita lakukan nanti malam saja, bagaimana? Kamu bisa melakukannya sepuasnya," ucap Miya menghibur Alan dengan memberi angin segar padanya.

"Baik. Kalau begitu aku akan mandi sekarang," ucap Alan dengan nada senang.

Miya m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Narsih In
kenapa sama bab
goodnovel comment avatar
Renata Safira
capek2 buka ikhlan untuk dapat koin bab nya sama .. koin jadi hilang .. kecewa
goodnovel comment avatar
Umi Pipit
kok ngilangin si ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 67

    Alan meninggalkan mereka berdua, ia lelah. Alan pergi ke ruang kerjanya dan memutuskan untuk mengunci pintunya.Alan sedang tak ingin di ganggu, hatinya terasa sakit saat mengenang Mira. Ada rasa kehilangan yang teramat sangat dalam relung hatinya yang terdalam.Alan menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya dengan berbantalkan kedua tangannya yang di lipat."Perasaan apa ini? Kenapa rasanya begitu sakit?" gumam Alan."Kenapa juga kini aku merasakan kehilangan pada Mira?" tanya Alan pada dirinya sendiri.Alan menengadahkan wajahnya, ia menjambak rambutnya dengan kedua tangannya."Kenapa jadi begini? Seharusnya aku bahagia bersama Miya, orang yang selama ini aku cintai. Tapi, kenapa sekarang justru tumbuh perasaan kehilangan padanya? Aaarrrggghhhh!" Alan berteriak setelah ia bergumam."Sialan!" maki Alan pada dirinya sendiri.Pintu kamar ada yang mengetuk, Alan menghiraukannya.Ia saat ini sedang ingin sendiri dan tak ingin di ganggu.Bahkan dirinya belum sempat menemui ibunya yang baru

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 68

    "Miya, kamu layani mereka sampai puas. Jangan khawatir, aku akan menambahkan bayarannya jika mereka puas dengan pelayananmu. Tapi, sebaliknya jika mereka tidak puas dan sampai menolak keeja sama dengan perusahaanku maka aku akan membuatmu menyesal telah meminta bantuan padaku," ancam laki-laki pada Miya sambil tersenyum mengejek."Perjanjiannya tidak seperti ini. Kamu menipuku!" sentak Miya pada laki-laki itu."Siapa yang telah menipumu? Aku? Hahaha ... kamu keliru. Aku tak pernah menipumu, coba kamu ingat-ingat kembali apa yang telah aku ucapkan padamu. Aku mengatakan padamu kalau aku akan menghubungimu jika aku menginginkamu. Aku tak pernah mengatakan kalau kamu harus melayaniku 'kan?" jelas laki-laki itu pada Miya.Miya diam, ia mencerna setiap kalimat yang laki-laki itu ucapkan. Apa yang dikatakan padanya benar adanya, Miya merasa telah ditipu. Namun, ia tak mampu melakukan apa pun selain menuruti semua keinginannya.Laki-laki itu pergi keluar dari kamar hotel meninggalkan Miya ber

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 69

    Karto sedang sibuk memindahkan kaki istrinya yang menindih perutnya dengan perlahan.Lalu ia dengan berjingjit berjalan menghampiri lemari di mana Sani menyimpan peehiasan hasil mencurinya.Karto membuka pintu lemari dengan sangat hati-hati agar tak terdengar suara sekecil apa pun yang bisa membangunkan Sani dari tidurnya.Karto menyingkap tumbukan baju di mana Sani menyimpan perhiasan itu tapi, ternyata Karto tak menemukannya."Sial! Di mana gqjah bunting menyimpan perhiasan itu?" gerutu Karto dalam hati.Karto masih terus mencari kotak peehiasan itu dengan sangat hati-hati sambil sesekali melirik ke arah Sani yang masih tertidur pulas. Suara dengkurannya nyaring terdengar menyanyikan kesyahduan.Karto masih dengan setia mengubrak abrik isi lemari, hingga tiba-tiba tangannya menyentuh benda keras yang ada di balik tumpukan baju paling atas.Karto seketika tersenyum, "pasti ini benda yang aku cari." gumamnya lirih dengan senyum yang semakin mengembang lebar. Lalu ia pun mengambil benda

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 70

    Sebelum berangkat kerja Alan memberikan sejumlah uang kepada Sani."Bude, ini ada uang untuk jajan di jalan," ucap Alan sambil menyodorkan setumpuk uang yang ada di tangannya ke arah Sani."Terima kasih," ucap Sani sambil mengambil uang itu."Bude mau pulang hari ini? Biar aku pesankan tiket pesawatnya," tanyq Alan. Sani mengangguk.Alan mengeluarkan ponselnya, lalu sedikit mengulik dan tak lama kemudian tiket pesawat pun sudah di pesan."Jam penerbangannya sore, apa Bude keberatan?" tanya Alan. Dan Sani pun menggeleng."Apa ibu sudah tahu kalau Bude mau pulang hari ini?" tanya Alan."Sudah," jawab Sani singkat."Baiklah. Aku akan menemui Ibu, ayo Miya," ajak Alan pada Miya.Alan melihat Ibunya sedang duduk bersender di kepala ranjang, Euis sedang menyuapinya sarapan."Ibu," panggil Alan."Kamu sudah mau berangkat kerja?" tanya Prapty."Iya. Bude mau pulang hari ini, apa Ibu sudah tahu?" tanya Alan untuk memastikan."Sudah. Pagi-pagi sekali dia berpamitan pada Ibu. Dan masalah Karto ju

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 71

    Miya merangseg maju dan bersiap untuk membalas tamparan Sani. Namun, baru juga tangannya terangkat sedikit ke udara sudah di cekal oleh Sani."Kamu mau melawanku? Jangan harap!" ucap Sani sembari menghempaskan tangan Miya kuat sehingga Miya termundur ke belakang beberapa langkah.Mata Miya melotot, ia tidak percaya kalau dirinya di perlakukan seperti itu oleh orang yang sedang menumpang hidup padanya, setidaknya itulah yang ada dalam pikiran Miya, "Kamu?!" "Apa?!" ancam Sani dengan mata melotot tak kalah lebar dari Miya."Akan aku adukan kamu sama Alan, lihat saja!" Miya balik mengancam Sani."Lakukan saja! Aku tidak takut," tantang Sani pada Miya.Miya menahan kesal, marah, dongkol dalam hatinya. Tapi, ia tidak dapat berbuat banyak karena kalah bobot.Miya menghentakan kakinya lalu pergi begitu saja dari sana tanpa menghiraukan tatapan mencibir Sani.Dalam hati Miya ngedumel sendiri sambil memberikan ancaman untuk Sani, "awas saja kamu! Aku akan membuatmu sengsara! Tapi, tunggu. Buka

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 72

    Bugh! Miya menghantam punggung Sani, ternyata saat Miya berlari menghampiri Mira Sani menangkap bayangan Miya dengan ekor matanya. Lalu dengan sigap ia menghalangi Miya yang akan memukul Mira dengan memeluk Mira dari belakang. Dan hasilnya punggungnya lah yang menjadi korban.Mira menoleh, ia melihat Sani yang sedang meringis menahan rasa sakit pada punggungnya akibat pukulan tinju tangan Miya."Bude, kamu tidak apa-apa?" tanya Mira pada Sani."Tidak, aku baik-baik saja," jawab Sani."Kamu, apa-apaan sih Miya? Lagi pula aku kemari hanya mengambil barang-barangku saja, dan tidak ada sedikit pun niat dalam hatiku untuk menemuimu atau pun Alan," jelas Mira sambil menatap sengit ke arah Miya."Siapa yang tahu?" ujar Miya meragukan ucapan Mira."Aku bukan kamu!" sentak Mira dengan mengucapkan kalimat yang penuh tanda tanya."Apa maksud ucapanmu itu, ha?" tanya Miya meradang."Tak ada!" ujar Mira sambil berlalu dari hadapan Miya sembari menyeret koper besarnya. Sani mengikuti di belakang Mir

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 73

    Valentino melihat wajah Mira yang semakin bersemu merah, melihat hal itu Valentino semakin menggoda Mira. Ia semakin mendekat hingga keduanya hampir tidak ada jarak."A-apa yang akan kamu lakukan?" tanya Mira tergagap."Kenapa kamu gugup?" Valentino bukannya menjawab malah justru balik bertanya."A-aku tidak apa-apa. Cepat menjauh dariku!" usir Mira sambil mendorong Valentino.Valentino bergeming, ia tidak bergesersatu inci pun. Justru tangan Mira yang kena cekal oleh Valentino."Kamu penasarankan sama siapa aku tadi bertelepon?" tanya Valentino sambil menatap wajah Mira."Aku tak peduli! Karena itu bukan urusanku, cepat lepaskan!" sentak Mira sambil berusaha meronta minta dilepaskan cengkeraman tangannya."Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin minta tolong padamu," ucap Valentino."Minta tolong apa? Cepat lepaskan dulu cengkeraman tanganmu, sakit tahu!" sentak Mira.Valentino melepaskan cengkeraman tangannya."Sekarang mundur!" pinta Mira sambil mendorong dada Valenti

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 74

    Mira berada di rumah Valentino sampai malam, ia melupakan janjinya dengan karyawan cafe miliknya.Asya langsung lengket dengannya, ia tak mau jauh-jauh dari Mira.Valentino merasa bersalah, ia menghampiri mereka setelah ia menyelesaikan pekerjaan kantoryang di bawanya pulang."Asya, hari sudah malam Bunda harus pulang," ucap Valentino."Tidak! Bunda tidak boleh pulang! Bunda harus tetap di sini menemani Asya," tolak Asya."Tapi, sayang ...," ucapan Valentino terpotong oleh Asya yang tiba-tiba menangis dan sekaligus menjerit histeris."TIDAK! BUNDA TIDAK BOLEH PULANG," Teriak Asya. Air matanya meleleh membanjiri wajah cantiknya.Mira merasa iba melihat Asya yang menangis hingga histeris seperti itu."Mas, sudah. Aku akan tinggal sebentar lagi," bisik Mira di sebelah telinganya yang memang kebetulan Valentino duduk di sisinya."Terima kasih, Mir," lirih Valentino tak berdaya.Mira mengangguk, "tak apa," ucapnya.Mira mendekati Asya dan menenangkannya, "cup ... cup! Anak cantik jangan men

Latest chapter

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 98

    Alan terus mundar mandir di depan rumah Mira, hingga sebuah mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang tinggi menjulang itu.Alan menghampiri mobil itu dan mengetuk kaca jendelanya.Tok Tok Tok"Alan?" ucap Mira yang ada di dalam mobil bersama Valentino.Sepertinya mereka habis bepergian."Mau apa dia kemari? Bagaimana bisa dia tahu alamat rumah ini?" tanya Mira pada Valentino yang ada di sisinya.Dor ... Dor ... DorKetukan berubah menjadi gedoran.Meski ia menggendor tetap saja tidak dibuka oleh Valentino dan Mira."Jangan dibuka!" perintah Valentino. "Kita tidak tahu niat jahat apa yang hendak ia lakukan pada kita, terutama kamu!" ucap Valentino memperingati Mira dengan tegas.Mira tak menjawab dengan ucapan melainkan dengan anggukan.Mata Alan nyalang, ia memutari mobil. Tak berhasil di sisi sebelah kanan ia berpindah ke sebelah kiri.Mata Mira tak sengaja bertemu pandang dengan mata Alan secara tak sengaja. Namun tetap saja hal itu membuat Mira terkejut, sampai ia merapatkan pun

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 97

    Alan terpaku menatap jasad di hadapannya. Ia tak terlihat seperti orang linglung. Baru saja kemarin ia menemuinya, kini dia sudah ada di hadapannya sudah menjadi jasad."Miya," ucap Alan lirih.Salah satu petugas ambulance menoel Alan."Pak, maaf tolong tandatangani dokumen ini," ucap salah satu petugas pengantar jenazah itu pada Alan.Alan menoleh, ia melihat petugas itu kaku bagaikan tak bernyawa.Alan mengambil dokumen itu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia langsung menandatanganinya dan menyerahkannya kembali pada petugas itu.Setelah petugas menerima kembali dokunen itu, ia pun bertanya pada Alan, "Maaf Pak, jenazahnya mau di letakkan di mana? Sekalian mau kami turunkan." Mata Alan masih terfokus pada jasad Miya yang terbaring di atas brangkar."Benarkah itu kamu Miya?" tanya Alan masih tak percaya.Ada rasa penyesalan yang begitu dalam di hati Alan."Andai aku tak menjatuhkan talak padamu, apakah kamu masih tetap hidup sampai saat ini, Miya?" tanya Alan.Tentu saja Miya tak

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 96

    Mira kembali lagi ketika tahu rumah Alan kosong tak berpenghuni.Mira mencari tahu kemana Alan membawa ibunya dengan bertanya pada orang yang memposting berita duka itu.Ternyata Alan telah pindah rumah, Mira baru tahu kalau rumah mewah yang pernah ia tempati ternyata telah dijual oleh Alan."Ternyata rumah itu telah dijual, Bu," ucap Mira pada Carolina."Oh, iya? Aku tidak tahu kabar itu," balas Carolina."Mungkin Alan membawa Prapty ke kampungnya," ucap Mira."Iya sepertinya begitu," balas Carolina.Mira akhirnya tidak pergi melayat, justru malah main di rumah Carolina.Sementara itu Alan membawa jasad Prapty ke rumahnya yang ada di perkampungan warga. Alan telah membeli sebuah rumah yang kecil di pinggiran kota.Mobil ambulance itu masuk ke sebuah pekarangan yang bercat merah muda. Cat itu sudah memudar.Alan membuka kunci pintu rumah itu, dan meminta pada Susi untuk membersihkan rumah itu dengan menyapunya.Susi menyapu ruang tengah dan juga ruang tamu."Pak, ada karpet atau perm

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 95

    Alan meremas jari jemarinya, ia terlihat begitu gugup. Ada rasa tak rela dalam sudut matanya."Silahkan Pak tanda tangan di sini," ucap orang yang ada di hadapannya Alan.Alan meraih ballpoint yang ada di atas kertas itu. Ia tak segera menandatangani dokumen itu. Alan merasa ragu, hingga ia meletakan kembali ballpoint itu di tempat semula."Ada apa, Pak?" tanya orang itu pada Alan."Bolehkah saya menghela nafas sejenak," ucap Alan.Alan merasa berat hati melepas rumah yang selama ini menjadi impiannya bersama Mira. Tapi, Alan justru malah menghianati Mira begitu saja.Alan kembali meraih ballpoint itu, ia memejamkan matanya sejenak. Lalu, dengan berat hati Alan mulai membubuhkan tandatangannya di dokumen jual beli itu.Setelah selesai, Alan menyodorkan dokumen itu pada orang yang ada di hadapannya."Pak, uangnya sudah saya transfer ya. Silahkan anda cek terlebih dahulu!" ucap orang yang ada di sampingnya Alan."Baik, Pak." Alan mengambil gawainya, ia melihat ada sebuah notifikasi dar

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 94

    Kepala Sekolah itu terperangah. Wajahnya menunjukan keterkujatannya. Wanita pongah itu pun melakukan hal yang sama."Pak Valentino?" sapa Kepala Sekolah. Ia langsung berdiri saat melihat yang datang itu adalah Valentino."Pak?" sapa wanita itu sambil menganggukan sedikit kepalanya ke arah Valentino.Asya yang melihat Valentino datang langsung memanggilnya."Ayaaahh!" panggil Asya sambil berjalan menghampiri Valentino."Sayang, apa yang terjadi?" tanya Valentino sambil merengkuh kedua bahu Asya dan menatapnya penuh tanya dengan tubuh yang berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Asya.Mata Kepala Sekolah langsung melotot saat mendengar Valentino memanggil Asya dengan sebutan sayang.Kepala Sekolah itu pun bertanya-tanya dalam hatinya, 'ada hubungan apa antara anak itu dengan Pak Valentino?'Begitu pun dengan wanita yang arogan itu. Matanya sampai berkedip berkali-kali seperti orang yang kelilipan."Aku baik-baik saja Ayah. Tapi, Bunda tidak," ucap Asya."Kenapa dengan Bunda?" tan

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 93

    Mira melajukan mobilnya ke sekolahnya Asya setelah mengantar Carolina.Sepanjang jalan ia terus berpikir, ternyata hidupnya jauh lebih beruntung daripada Miya.Miya merebut Alan darinya, ketika Mira ikhlas melepaskan miliknya untuk orang lain Tuhan memberi pengganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya.Tuhan tak pernah tidur, Ia Maha Melihat. Dan kini Miya maupun Alan telah menerima karmanya.Berbuat baik maka akan menghasilkan kebaikan untuk diri kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.Mira memarkirkan mobilnya di pinggir jalan depan sekolahnya Asya.Bel pulang berdering. Anak-anak berhamburan keluar dari gedung sekolah menghampiri para orang tuanya yang sedang menunggu kepulangan mereka di depan gerbang. Mira melihat Asya yang sedang berjalan menggunakan tongkatnya.Mira melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil namanya Asya."Asyaaaa!" teriak Mira memanggil Asya.Asya pun melambaikan tangannya ke arah Mira sambil menghentikan langkahnya."Bundaa!" teriak Asya.Mira melihat ke

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 92

    Mira terkejut ketika Belinda tiba-tiba pingsan. Rupanya ia begitu shock ketika menerima kenyataan bahwa Valentino lebih memilih Mira daripada dirinya."Tolong bawa dia ke Rumah Sakit segera," pinta Mira pada suster yang di bawa oleh Belinda."Baik, Bu," jawab suster itu patuh.Mira tidak ingin mengambil resiko dengan memasukan Belinda ke dalam rumahnya.Entah Belinda dapatkan dari mana alamat rumahnya Mira. Padahal Valentino sudah pindah dari rumahnya yang dulu.Mira kembali ke dalam rumah setelah Belinda dan susternya pergi.Di dalam mobilnya Belinda."Sial! Percuma sqja aku harus akting menjadi orang yang penyakitan!" ucap Belinda marah.Belinda menghapus riasannya, ia merias ulang wajahnya sehingga terlihat cantik dan fresh.Belinda juga melempar selimut yang menutupi kakinya ke sembarang arah."Huh! Sialan! Benar-benar sialan! Kenapa sih harus hadir wanita sialan itu!" maki Belinda sambil meninju jok mobil di sampingnya berulang kali.Ia marah karena Valentino mengabaikannya. Saat

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 91

    Mira pergi bulan madu bersama Valentino. Mereka sungguh menikmati waktu kebersamaannya.Mira tak pernah merasa sebahagia ini setelah lepas dari Alan.Mira benar-benar di manjakan oleh Valentino."Aku ke kamar mandi dulu," pamit Mira pada Valentino."Jangan lama-lama," jawab Valentino."Hmm," jawab Mira singkat.Valentino menunggu Mira kembali dari kamar mandi sambil memainkan gawainya.Ia berselancar ke dunia maya, ia melihat aplikasi biru. Betapa terkejutnya ia saat melihat sebuah berita."Bukankah ini Alan?" gumam Valentino."Tapi, sedang apa dia? Tunggu, istrinya Alan menjadi seorang pembunuh?" gumam Vqlentino lagi kali ini dengan alis yang saling bertaut.Mira yang sudah kembali dati kamar mandi melihat Alan sedang melihat ke arah gawainya. Tapi, wajahnya seperti orang yang terkejut.Valentino dulu sering mengikuti berita perceraian Mira dengan Alan. Jadi, ia mengenal Alan.Mira menghampiri Valentino, ia merebahkan tubuhnya di sisi Valentino."Sedang melihat apa?" tanya Mira."Oh,

  • Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya   Bab 90

    Beberapa hari berlalu tanpa harapan. Mata Miya kian sayu dan cekung.Ia sudah tak bersemangat lagi untuk hidup, ruang dingin dan lembab kini menjadi temannya dalam diam.Tak ada satu orang pun yang berniat untuk mendekat atau pun sekedar bertanya padanya.Semua orang menghindarinya, Miya selalu duduk di pojokan dengan memeluk lutut dan wajah yang terbenam.Mata semua orang memandangnya sinis, tak ada belas kasih. Seorang yang berstatus pembunuh selalu di anggap penjahat paling keji.Miya tak peduli dengan tatapan mereka, ia kini tak peduli dengan dunia. Harapan satu-satunya kini sudah tiada.Miya berjalan gontai saat namanya di panggil karena ada yang menjenguknya.Miya duduk di depan orang yang menjenguknya. Rini menatapnya iba tak ada jejak kebencian dalam sorot matanya."Mbah, maaf aku baru bisa berkunjung," sapa Rini. Tak ada riak kesedihan dalam raut wajahnya.Miya tak menjawab, ia diam."Aku akan menjual rumah itu dan pergi dari sini," lanjut Rini.Miya tetap bungkam, ia menatap

DMCA.com Protection Status