"Mas, sudah malam. Jangan senyum-senyum sendiri terus," protes Janah yang melihat tanganku membolak-balikkan kitab tapi bibirku senyum-senyum sendiri."Ini hak Mas, Janah. Kalau kamu ngantuk, ya, tidur duluan, saja. Mas tak apa," ucapku pelan.Berhubung nuansa hatiku juga sedang baik, jadi aku akan bersikap baik. Meskipun sama wanita ular, seperti Janah.”Aku istrimu, Mas. Lagian tidak baik juga untukku,” ucapnya kesal."Ya, sudah. Sana istirahat," ucapku dengan mata yang masih melihat kitab.Sebenarnya aku bukan sedang mengkaji kitab, tapi mengingat kenangan saat aku mengajari Sinta. Duh, lucunya Sinta waktu itu.Bentuk wajahnya yang panjang dan kulit putih bersihnya membuatku tidak bisa menatap wanita lain. Dialah yang paling cantik, bidadariku.Entah kenapa selembar surat bisa menggoyahkan niatku untuk menjadikan dia satu-satunya ratu yang ada dalam hatiku.Aku memang pantas dijuluki sebagai lelaki bodoh. Paling bodoh. Kini aku tahu artinya penyesalan, meskipun sebentar.Karena tid
"Maaf, tapi tuan rumah memerintahkan kita untuk menanyakan maksud dan kedatangan ustadz kesini," ucap salah satu pengawal yang baru saja keluar dari rumah megah itu.Walaupun pernah menjadi menantu keluarga ini, aku tidak pernah menginap di sini. Semua rangkaian acara pernikahan juga diadakan di pondok. Entah kenapa aku merasa tidak nyaman.Kami tertegun mendengar perkataan pengawal itu. Bagaimana tidak, biasanya kami langsung disambut oleh tuan rumah, Pak Adam sendiri.Kini hanya disambut beberapa pengawal. Itu pun dengan harus menyampaikan tujuan kita terlebih dahulu. Padahal Sinta ada di depan kita bersama beberapa maid.Aku tersenyum menatapnya, berharap dia akan membalas. Hatiku seakan menari-nari ketika dia juga tidak melepaskan tatapannya dariku."Bagaimana ini?" tanya ustadz Zen yang membuatku terpaksa berhenti menatapnya."Sampaikan kepada Pak Adam, Saya ada perlu yang sangat penting," ucapku sambil mencoba untuk tersenyum. Terpaksa. Karena harus berhenti menatapnya.”Dosa An
Sinta"Tadi pagi selepas subuh, Fahmi memberitahuku bahwa dia akan melamarmu kembali," ucap ustadz Rahman di sebrang telpon.Tadinya aku heran, kenapa ustadz Rahman meneleponku pagi-pagi. Ternyata lelaki itu mencoba berulah. Dulu Mas Fahmi adalah lelaki yang sangat baik. Sifatnya tiba-tiba berubah setelah menikah dengan Janah. Apa terkena pengaruh istrinya, entahlah.Dulu sewaktu masih menjadi suamiku, dia sangat baik. Membangunkan tidurku yang susah saja masih sangat sabar dan dengan cara yang halus. Setiap ucapannya enak di dengar dan membuat hati teduh.Pernikahan yang awalnya dijodohkan menanamkan benih-benih cinta. Semenjak aku jatuh hati padanya, aku meyakini bahwa tidak semua perjodohan itu buruk. Meskipun bukan jaman Siti Nurbaya.Tapi ucapan ustadz Rahman tetap saja membuatku kaget. Dengan begitu percaya diri dia menalakku dan dengan kepercayaan dirinya pula kini dia berniat melamarku kembali.Apa dia pikir aku hanyalah mainan?”Saya tidak habis pikir kalau mantan suamiku itu
Jantungku seakan mau copot ketika Pak Adam menyuruhku untuk menalak Sinta kembali."Apa saya harus melakukannya?" tanyaku pelan untuk memastikan."Tentu itu harus dilakukan jika ingin menikahi Sinta kembali. Masih ingin melamar Sinta?" ucap Pak Adam dengan sorot mata yang tajam dan suara baritonnya.Aku menoleh kepada ustadz Rahman dan ustadz Zen. Tangan mereka menunjuk padaku yang tandanya tergantung kepada keputusanku."Saya mau dan Saya akan melakukannya," jawabku lantang dan percaya diri."Tapi apakah tidak bisa jika dilakukannya di pondok? Jadi Saya bisa memantau Sinta kapanpun," lanjutku.Jujur jika aku menalaknya di sini, maka Sinta akan menjalani idah dimulai dari awal dan di sini. Berarti sama saja aku tidak akan melihatnya dalam jangka waktu yang lama.Aku tidak bisa melakukan ini. Bagaimana jika Rayhan berbuat yang tidak-tidak pada Sinta? Tidak. Tidak bisa."Tidak bisa. Jika di pondok, maka Sinta akan menjadi perbincangan yang membuat gerak-geriknya tidak leluasa," tolak Pa
"Kenapa aku tidak boleh melakukan ini, Mas?Aku juga istrimu. Tapi kenapa hanya Mbak Sinta yang dikenal sebagai istrimu, Mas? Ini tidak adil!""Tidak adil kau bilang? Sinta juga istriku!" akhirnya batas kesabaranku sudah habis."MANTAN, Mas, MANTAN!""Istriku. Karena aku akan melamarnya kembali!""Tidak bisa, Mas. Aku istrimu!""Sinta yang istriku!""Kamu gila, Mas. Jelas-jelas kamu sendiri yang sudah menalaknya langsung talak tiga. Tapi sekarang malah pura-pura amnesia," ucapnya mengumpatku.Aku memilih keluar dari kamar dan mencari udara segar. Hampir saja aku keceplosan. Bisa gawat kalau Janah tahu aku mendatangkan Muhallil.Kacau sudah semuanya jika orang yang tidak boleh tahu mengetahui ini.Aku ingin bertemu Abah. Berhubung sore ini jadwal Abah mengajar di kelas Ikhwan, aku memilih untuk menunggunya di kantor kelas."Punten, Bah. Abdul mau bertanya!" ucap salah seorang santri. "Silahkan!""Bagaimana cara Rasullullah dalam memperlakukan seorang istrinya? Agar nanti kita juga bisa
SintaTalak tiga telah diucapkan. Kini aku telah sah menjadi janda. Aku sudah menerima kenyataan bahwa aku harus menjalani kehidupan yang sulit ini.Status menjadi single karena cerai bukanlah hal yang mudah. Pasti banyak orang-orang yang akan membicarakannya. Meskipun aku tidak punya tetangga, tapi karyawan kantor dan rekan bisnis yang tidak suka atau fanatik terhadap keluargaku pasti akan memanfaatkan hal ini.Tapi biarlah. Semoga aku bisa melewati ini."Bunda yakin kamu bisa menghadapi semua ini, Sayang. Apalagi jika Rayhan bisa menjadi pendamping hidupmu. Kami bisa tenang." Bunda meraih kepalaku disandarkan pada Setiap mendengar nama Rayhan disebut, jantungku berdegup lebih kencang. Seperti sedang maraton.Padahal dari dulu aku tidak pernah sedikitpun ada perasaan padanya. Jangankan debaran, melihatnya pun tidak ada rasa kagum sama sekali.Apa aku sudah melupakan Mas Fahmi? Keluarnya Janah sudah sangat keterlaluan padaku. Aku ingin membalas perbuatan mereka dengan cara yang sewaj
Rayhan.Pagi ini hatiku berbunga-bunga karena akan pergi kerumah sang pujaan hati. Apalagi kini statusnya telah sah menjadi janda, hanya sedang dalam masa idah yang akan berakhir dalam waktu sembilan puluh hari.Ayahnya semalam meneleponku. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Hatiku mengatakan ini hal baik. Tapi, ketika sampai, lututku lemas seketika. Tubuhku bagai disambar petir disiang bolong.Wanita pujaanku mengatakan bahwa 'talaknya tidak sah dan masih berstatus sebagai istri suaminya. Aku terdiam mematung hingga dia melihatku telah berada dihadapannya.Tapi aku bersyukur itu tidak lama. Karena siangnya lelaki itu akan datang mengucapkan talak.Hatiku resah sebelum ikrar talak itu diucapkan. Takut Fahmi tidak berani menalaknya lagi. Ternyata tidak. Dengan lantang lelaki itu kembali mengucapkan ikrar talaknya.Hatiku yang awalnya resah, kini kembali berbunga dan bisa bernafas lega. Ingin rasanya aku melompat-lompat atas kebahagiannku ini. Tapi malu."Bunda, bawa Sinta
Sinta Pikiranku berkecamuk. Ada yang sakit tapi tidak terlihat. Kami menerima Renata dengan kedua belah tangan terbuka. Dia menceritakan bagaimana mereka bisa bertemu hingga saling mencintai seperti sekarang ini.Kami tentu sangat terharu mendengar ceritanya. Pasalnya Rayhan memang seperti kehilangan jiwanya ketika aku dan Mas Fahmi menikah.Renata dan aku banyak berbincang-bincang, lalu Ayah dan Bunda ikut dalam obrolan kami. Mulai saat ini aku akan memutuskan untuk tidak akan menikah dengan Rey. Biarlah semuanya seperti ini. "Om," sapa Rayhan ditengah perbincangan kami.Kenapa dia datang kesini?Mataku menatap nanar dirinya. Kubuat bibirku tersenyum meski dipaksa. Melihat Rey datang, Renata langsung memeluk Rey erat. Mereka memang dua sejoli yang saling mencintai.Sepertinya ada perasaan tidak enak dalam diri Rey ketika Renata memeluknya dan mencoba untuk melepaskan diri. Jujur, aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Lebih tepatnya aku orang ketiga di antara cinta mereka
"Siapa orang jahat yang punya kemungkinan untuk melakukan rencananya?" Pak Adam tiba-tiba mendekat ke arah sang menantu yang serang stress karena menunggu proses istrinya yang tengah melahirkan."Loh, katanya Papa gak bisa dateng?" Sultan malah balik bertanya."Tidak mungkin Papa tak datang di saat Papa tahu kamu akan sibuk ke siapa setelah anakmu lagi." Pak Adam berdecak kesal."Tentu saja aku akan sibuk mengurus Sinta. Perihal anak, bisa punya lagi nanti. Kalau istri, tidak akan ada," jawabnya asal tetapi hal itu memang sudah diperkirakan oleh Pak Adam dan istrinya."Baiklah, sekarang jawab pertanyaanku yang tadi. Siapa orang yang punya kesempatan untuk melancarkan aksinya.""Renata," jawab Sultan cepat. "Aku mendapatkan laporan bahwa dia bertukar peran dengan kembaran yang sudah lama tidak diketahui identitasnya. Akan tetapi, orang itu bersedia untuk bekerja sama denganku. Jadi Papa tidak perlu khawatir.""Tetap saja kita harus waspada, karena boleh jadi dokter yang ada di dalam j
"Benarkah hari ini dia melahirkan?" Renata yang sudah terlepas dari orang-orang yang mengurungnya di sebuah rumah tua mulai siap dengan rencana-rencana jahatnya.Bahkan, dia sudah mengganti dirinya dengan saudara kembar yang bahkan tidak tahu apa pun. Saudara yang menyayanginya dengan tulus, dia manfaatkan begitu saja.Setelah mendengar kenyataan bahwa ternyata dirinya bukan berasal dari keluarga kaya yang terhormat, dia langsung kecewa dan marah besar. Rupanya dia hanya anak angkat keluarga konglomerat, itu pun secara tak sengaja.Hal itu membuat dendam Renata semakin menjadi, tidak hanya kepada Sinta, namun juga Sultan. Kali ini dia berniat untuk membuat semua orang yang sudah membuatnya kecewa untuk membayar perbuatannya."Wah, betapa bahagianya aku karena pasangan yang aku anggap musuh akan segera mendapatkan rezeki nomplok. Enaknya aku melakukan apa, ya? Setidaknya sampai kedua orang itu tahu bahwa aku masih hidup," ucapnya girang.Saat ini, dia tengah berbicara di telepon denga
Setelah beberapa hari dari pernikahan pasangan ’double S', hati Fahmi merasa tidak tenang. Dia merasa tidak enak kepada Habibah, adiknya ustadz Rahman sekaligus teman bermainnya sejak kecil.Tapi secara tiba-tiba, ustadz Rahman mengabarkan kalau Habibah sudah meninggal. Mereka semua terdiam dalam jangka waktu yang lama. Antara percaya dan tidak percaya.Alasan dibalik orangtunya dulu menjodohkan dengan Janah, tapi malah menikahkan Fahmi dengan Sinta karena Fahmi masih belum bisa mengambil keputusan.”Jadi bagaimana?" tanya Abah pada Fahmi yang masih saja diam menunduk. Semua keluarganya masih tidak ada yang berani bicara, sebelum Fahmi mengambil keputusan."Apa aku pantas?" Akhirnya dia bicara."Tentu saja. Jodoh adalah cerminan diri. Kau sudah berubah, berarti kau pantas bersanding dengan adikku,” jelas ustadz Rahman."Dulu, kau pernah bekerja sama dengan Renata, tapi sekarang dia dan keluarganya sudah pergi menjauh dari kehidupan kita. Bahkan keluarga Janah sudah mendekam di penjara
Setelah membuat rusuh diwaktu lamaran mantan istriku, Sinta dan Sultan. Aku dibawa secara paksa menuju pondok khusus atas perintah Sultan. Siapa yang tidak tahu pondok khusus ini, aku pun sudah lama tahu.Bahkan selama ini aku selalu mencari-cari orang yang telah mendirikannya dan mengembangkan selama ini.Tapi hal yang membuatku sangat terkejut adalah orang yang kucari selama ini berada dekat denganku. Sungguh malu campur sesal kalau beberapa waktu ini aku sering bertengkar dengannya.Dan sangat membencinya.Tapi aku juga tidak bisa melepaskan rasa tidak sukaku meskipun dia adalah orang yang kucari. Di satu sisi aku bahagia dan bangga, tapi di sisi lain aku kecewa kalau ternyata dialah yang mengambil wanita yang yang dia sendiri tahu jelas kalau aku sangat mencintainya."Apa yang akan terjadi jima rasa bahagia dan kecewa muncul bersamaan?" tanya seorang laki-laki dari arah belakang.Aku sudah tahu siapa orang tersebut meskipun hanya mendengar suaranya."Rasa kecewaku lebih kuat darip
Setelah melangsungkan acara pernikahan, kehidupan Sultan dan Sinta berubah dengan drastis. Awalnya Sinta mengira kalau suaminya itu mungkin mempunyai sifat dingin seperti kulkas bernyawa. Ternyata tidak.Semuanya berada diluar pemikiran Sinta. Ternyata lelaki yang dinikahinya hanya akan dingin pada wanita lain. Jika dihadapkan dengannya, dia akan langsung bersikap seperti anak kecil."Aku tidak menyangka, dua minggu telah kita lewati sebagai pasangan halal," ucap Sultan sambil menatap lekat istrinya. Sementara yang ditatap hanya tersenyum malu.Entah mengapa, wajah Sinta selalu merah jika mendapati Sultan tengah menatapnya. Apalagi posisi kali ini saling berhadap-hadapan. Sangat membuatnya malu dan selalu ingin menghilang saat itu juga.”Kok kamu diam saja?" Sultan merasa heran. Tangan kirinya dia jadikan bantal untuk Sinta dan yang kanan menggenggam kedua tangannya."Aku tidak tahu harus bicara apa," lirih Sinta. Wajahnya terlihat semakin merah."Apa kamu kepanasan? Bukankah AC-nya d
Pak Adam merasa gerah dengan sikap Sultan. Untungnya ia beserta istrinya lekas pulang dan meminta para maid dan bodyguardnya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Siapa namanya?" tanya Bunda Soraya sambil terus menggenggam tangan suaminya, agar bersikap lebih tenang."Sania, Bunda." jawab maid Sandra."Sania?" gumam Pak Adam mengerutkan keningnya. Seperti yang sudah tahu siapa Sania."Ayah tahu?" tanya Bunda Soraya."Sepertinya dia adalah Sania putri Sanjaya yang dia tahun lalu melakukan transaksi dengan keluarga Azki, tapi kedua pihak malah mengalami kegagalan," ucap Pak Adam usai mengingat kejadian dua tahun lalu.Sultan yang sedari tadi sudah berdiri dibelakang sofa tempat duduk kedua calon mertuanya itu akhirnya mengerti alasan Azki berada di rumah ini dan beberapa kali mengelus dadanya."Untung saja," gumamnya lega.Pak ada yang mendengar suara seseorang, langsung menoleh ke arahnya. Matanya menatap tajam Sultan. Sementara orang yang ditatapnya sudah faham maksud dari tatapa
"Lepas!!" teriak Sultan. Suaranya menggema. Para bodyguard dan maid yang mendengar dibuat merinding."Kubilang lepas!!!" Sultan melepas paksa tangan Sania yang masih memeluknya erat dan mendorongnya hingga terhuyung."Kenapa kau bisa begitu tega padaku?" tanya Sania. Dia sebenarnya sudah tahu dengan sikap Sultan yang seperti ini. Tapi keinginannya untuk mempunyai suami seperti Sultan membuatnya tidak akan pernah menyerah begitu saja.”Aku memang tega terhadap semua wanita!" Sultan menyunggingkan senyum yang menakutkan. Tapi Sania malah tersenyum."Kecuali untuk wanita yang tadi kan?" Sania menatap Sultan dengan tatapan mengancam. "Tapi sayang, aku rasa dia lemah dan tidak pantas untuk menjadi istrimu," lanjut Sania.Rahang Sultan mengeras. Tangannya mengepal. Kali ini Sania benar-benar sudah kelewatan. Dia sengaja memancing emosi Sultan."Kau wanita yang tidak tahu malu," ucap Sultan menyeringai."Tangkap wanita ini dan lakban mulutnya!" titah Sultan pada beberapa bodyguard yang sedar
"Apa sebaiknya kita segera mengatur perjodohan untuk Fahmi dan Zahra?" tanya Abah kepada ustadz Rahman. Mereka baru saja keluar dari kelas usai mengajar."Sepertinya itu tidak perlu, Bah. Biarkan Fahmi menjalani kehidupan di pondok khusus untuk sementara. Agar dia bisa belajar dan dewasa dalam menilai hal yang benar dan salah,” tolak ustadz Rahman halus.Baru dia hari Fahmi berada di pondok yang di kelola oleh Sultan. Pondok khusus memang sengaja dibuat untuk mereka yang susah dan keliru dalam menjalani hidup. Seperti tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah."Tapi Zahra akan segera dinikahkan dengan orang pilihan saudaranya," sambung Umi yang datang dari arah dapur pondok dengan membawa nampan berisi makanan ringan."Jika kita telat, maka kita harus bisa mengikhlaskannya," lanjutnya dengan raut wajah yang tampak kecewa.Setibanya pulang dari rumah Pak Adam, keluarga Abah dikejutkan dengan datangnya saudara jauh Zahra yang selama beberapa tahun ini tidak pernah datang. Janganka
Ketika Sultan memberikan perintah untuk membawa Fahmi menuju ruangan khusus, tiba-tiba harus terhenti ketika terdengar suara teriakan yang menyuruh untuk menunggu. Padahal Sultan sudah sangat geram dan rasanya tidak baik jika harus terus menunggu.Suara itu juga berhasil membuat semua orang terheran-heran. Tapi tidak lagi ketika mengetahui siapa yang datang.Ustadz Rahman dan keluarga Abah. Termasuk Ratih yang menatap Sultan dengan penuh kebencian."Apa begini sikap dari orang-orang yang mengaku faham agama?" desisnya seolah merendahkan. Padahal dia belum tahu apa yang akan dilakukan Sultan. Tapi sudah berani untuk menilai kalau yang akan dilakukan Sultan adalah hal tidak baik."Kamu yang harusnya jaga sikap, Mbak!" bisik ustadz Rahman. Dia ingin keluar Abah bisa menjaga sikapnya. Karena ada tiga keluarga yang sedang berada di dalam rumah ini dan semuanya bukan orang yang sembarangan. Baik dalam segi agama bahkan dunia. Mereka ad6alah orang yang patuh terhadap sunah dan selalu menebar