Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Jeremy! Teganya kamu membunuh anakmu sendiri!" ratap Eleanor Haningrat sambil meringkuk. Rasa sakit yang mengerikan di perutnya hampir membuatnya tidak sadarkan diri. Cairan hangat terus mengalir ke kakinya.Jeremy Adrian baru saja meminumkan obat aborsi pada Eleanor. Kini, sang suami duduk di tepi ranjang. Tangan dingin itu mencengkeram dagu Eleanor, menikmati raut kesakitan di wajahnya."Eleanor, hari ini aku akan membalas semua yang kamu lakukan pada Yoana. Gimana rasanya kehilangan anakmu secara perlahan?" ejek Jeremy.Wajah Eleanor tampak pucat. Rintihan kesakitan terdengar pelan dari bibirnya. Dia menepis tangan Jeremy sambil berkata, "Sudah kubilang, bukan aku yang menyakiti anaknya. Harus berapa kali aku katakan padamu?""Bukan kamu?" ucap Jeremy. Cengkeraman tangannya yang dingin kian mengencang, seolah-olah ingin meremukkan dagu Eleanor.Jeremy melanjutkan dengan marah, "Pelaku yang tertangkap itu mengaku kalau kamulah yang menyuruhnya. Masih mau beralasan apa lagi? Anak Yoa
Lima tahun kemudian, di Rumah Sakit Leroria. Eleanor sedang duduk di kantornya. Dia baru selesai menganalisis sebuah kasus medis dan menyampaikan rencana perawatannya.Eleanor tidak tahu nama pasien itu. Dia hanya mendengar bahwa pasien itu adalah orang penting yang secara khusus meminta perawatannya, membuat rumah sakit memberikan perhatian lebih.Moses, sang direktur rumah sakit, duduk di sebelah dan mendengarkan analisis Eleanor dengan saksama. Dia bertanya, "Astrid, status orang ini sangat tinggi. Dia khusus menunjukmu untuk merawatnya. Apa kamu yakin bisa menyembuhkannya?""Catatan medisnya nggak menunjukkan dia mengidap penyakit lain. Gangguan tidurnya hanya disebabkan oleh emosi berlebihan. Keluhannya nggak terlalu rumit. Saya yakin bisa mengatasinya," sahut Eleanor.Mendengar itu, Moses baru merasa lega. Eleanor direkomendasikan secara pribadi oleh direktur sebelumnya tiga tahun lalu. Kala itu, dia baru berusia 25 tahun. Belum lagi, dia juga memiliki seorang anak berusia 2 tahu
Deg! Suara itu sangat mirip dengan suara Harry. Eleanor mengernyit dan bergegas menghampiri asal suara dengan perasaan cemas.Benar saja, terlihat dua pria mencurigakan yang sedang berusaha menyelundupkan seorang anak kecil ke dalam mobil.Jantung Eleanor berpacu liar. Tanpa ragu, dia menerjang maju dan mencengkeram kerah salah seorang pria, lalu menendangnya hingga terdorong mundur.Begitu mendengar rekannya menjerit kesakitan, pria lain yang sedang menggendong anak itu langsung bereaksi. Dia menurunkan anak itu dan menyerbu Eleanor sambil berseru marah, "Dari mana datangnya wanita pengganggu ini? Jangan suka ikut campur urusan orang lain!""Gimana kalau aku tetap mau ikut campur?" tanya Eleanor sambil mengernyit."Kalau begitu, kami nggak akan segan-segan padamu!" ucap pria itu. Kemudian, dia mengambil senjata dan mengayunkannya ke arah Eleanor dengan segenap tenaga.Eleanor memiringkan tubuh untuk menghindar sembari memukul pergelangan tangan pria itu dengan kuat. Pria itu kesakitan
Harry terbelalak menatap Jeremy. Apa yang terjadi? Mengapa Ayah Jahat ini seperti mengenalinya? Otak Harry yang cerdas mulai bekerja. Dia tiba-tiba teringat pada anak berwajah sama dengannya yang duduk di mobil ibunya.Sebelumnya, Eleanor pernah berkata bahwa Harry memiliki kakak laki-laki. Sayangnya, kakaknya meninggal lebih awal. Hanya anak kembar yang mungkin memiliki rupa yang sama. Artinya, anak kecil itu pasti adalah kakaknya!Namun, mengapa kakaknya itu dikatakan meninggal saat dia jelas-jelas masih hidup? Ayah Jahat ini juga salah mengenali Harry sebagai kakaknya. Dengan kata lain, kakaknya seharusnya tinggal bersama pria itu selama ini.Itu sebabnya Ayah Jahat mengenalinya sebagai sang kakak. Mungkin ibunya juga salah mengenali kakaknya sebagai dirinya. Harry yang pintar segera memahami apa yang terjadi.Melihat bocah kecil ini hanya menatapnya tanpa bicara, Jeremy mulai kehilangan kesabarannya.Pikir Harry, semua orang sudah terlanjur salah paham. Kakaknya juga ikut ibunya, m
Jeremy mengernyit bingung. Bocah kecil itu bersikap sangat aneh hari ini."Kamu baru lima tahun, nggak boleh duduk di depan. Duduk di kursi anak sana," jelas Jeremy, berusaha bersabar."Repot amat," gerutu Harry sambil pindah ke kursi belakang.Yoana yang kini duduk di kursi penumpang depan menoleh dan melempar senyum puas padanya. Harry hanya memutar bola matanya sebagai tanggapan.....Menyadari Eleanor yang kebut-kebutan di jalanan, Daniel pun bertanya dengan raut dingin, "Kenapa kita harus kabur?""Karena mereka mengejar kita," sahut Eleanor.Daniel mengatupkan bibirnya. Dia ingin berkata bahwa orang-orang itu mengejar mereka karena Eleanor membawanya.Namun, Daniel ingin memastikan apakah Eleanor benar-benar ibunya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa.Eleanor tidak tahu apakah yang mengejar mereka adalah orang-orang suruhan Jeremy yang mengenalinya ataukah para penjahat yang tadi menculik Harry. Tidak peduli yang mana, prioritasnya sekarang adalah memastikan keselamatan putranya.
Pembantu itu menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, Tuan Daniel. Kami nggak diizinkan memegang ponsel selama jam kerja.""Kalau laptop ada? Aku mau main laptop," tanya Harry lagi.Pembantu itu mengangguk dan menyahut, "Baik, Tuan Daniel. Silakan tunggu sebentar, saya akan segera ambilkan."Tak lama, pembantu itu kembali dengan sebuah laptop mahal. Harry membawanya ke kamar dan menyalakannya. Jari-jarinya mulai mengetik dengan lancar di keyboard.....Eleanor baru saja selesai makan bersama Daniel ketika ponselnya berdering. Hari ini benar-benar panjang.Panggilan itu dari rumah sakit. Seorang pasien membutuhkan penanganan darurat darinya. Eleanor merasa heran. Pasien itu baik-baik saja saat diperiksa siang tadi. Mengapa kondisinya tiba-tiba kritis?Ketika sedang memikirkan hal ini, wajah muram dan menyeramkan Jeremy tiba-tiba terbayang di benak Eleanor. Jantungnya sontak berdebar.Entah mengapa, Eleanor merasa gelisah. Hanya saja, dia tidak mungkin meninggalkan pasien yang membutuhkanny
Mata Jeremy berkilat tajam dan cengkeramannya mengencang. Eleanor hampir menitikkan air mata, merasa dagunya seakan-akan hampir diremukkan.Eleanor menggertakkan gigi dan menelengkan kepalanya. Tangannya terangkat untuk menepis cengkeraman Jeremy. Ketika pria itu kembali mencengkeram dagunya, Eleanor berdecak dan menepisnya lagi.Jeremy beralih mencekik leher Eleanor dan berucap dengan marah, "Lima tahun nggak bertemu, lidahmu masih setajam dulu. Hebat, waktu itu aku benar-benar sudah meremehkanmu. Kamu kuat sekali, bukan? Cobalah lari kali ini."Eleanor terbatuk-batuk dan membalas, "Jeremy, setelah beberapa tahun nggak ketemu, sepertinya kamu jadi nggak waras. Kita sudah bercerai dan nggak punya hubungan apa-apa lagi. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?""Apa yang aku inginkan? Eleanor, nyalimu cukup besar! Setelah membunuh anak Yoana, kamu pura-pura mati dan kabur ke luar negeri tanpa merasa bersalah. Apa kamu punya hati nurani?" geram Jeremy dengan mata berapi-api.Kejadian lima tah
Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak
Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu
Sumpah sekejam ini .... Sergio menyipitkan matanya, lalu melonggarkan cengkeraman di leher Yoana sedikit."Bicara."Yoana menggertakkan giginya dengan kuat. "Dulu aku memang menyewa beberapa preman untuk menyingkirkan anak itu dan menjebak Eleanor. Tapi sebelum sempat membayar, seseorang telah menggantikanku. Kamu tahu apa artinya ini?"Sergio mengerutkan keningnya.Yoana melanjutkan, "Itu berarti selain aku, ada orang lain juga yang menemui mereka. Mereka mengira aku dan orang itu adalah orang yang sama.""Orang lain?""Ya. Setelah kejadian itu, kamu pikir Jeremy nggak menyelidikinya? Dia menyelidikinya. Hasilnya di luar dugaannya, bahkan di luar dugaanku! Akun yang mentransfer uang kepada mereka ... adalah milik Eleanor!"Alis Sergio semakin berkerut, jelas karena tidak sepenuhnya percaya. "Kamu cuma ingin aku menyingkirkan Eleanor, jadi sengaja mengatakan ini, 'kan?""Hahaha ... hahaha!" Yoana tertawa terbahak-bahak. "Kamu nggak percaya? Aku juga nggak percaya saat pertama kali tahu
"Dia menyewa orang untuk membunuh anak kita! Anakku baru berusia 8 bulan, tetapi dia mati karena Eleanor menyuruh seseorang menabraknya dengan mobil! Kamu lupa? Apa kamu benar-benar lupa?" teriak Yoana sekuat tenaga, suaranya penuh dengan keputusasaan."Diam! Suruh dia diam!" Simon terbatuk keras beberapa kali, lalu berteriak dengan nada tegas dan marah.Aib keluarga tidak boleh tersebar! Bagaimana bisa Yoana bersikap seperti ini di depan umum? Dengan keadaan seperti ini, Yoana tidak pantas menyandang gelar Nyonya Keluarga Adrian!Alicia buru-buru menutup mulut Yoana, tetapi Yoana meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Meskipun dua orang menahannya, mereka tetap tidak bisa menghentikannya.Air mata mengalir di seluruh wajahnya, membuatnya tampak seperti orang gila. Tak ada lagi jejak keanggunan dan martabat putri keluarga besar dalam dirinya.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia memang seharusnya gila. Dia memang seharusnya menderita. Itu adalah harga yang harus Yoana bayar untuk anak
Jeremy menggenggam erat laporan tes DNA itu, matanya tampak dalam dan penuh emosi. Tatapannya tertuju pada hasil tes di atas kertas ....Hubungan biologis dikonfirmasi!Melihat hasilnya, napasnya terhenti sejenak .... Anak-anak .... Mereka adalah darah dagingnya!Daniel dan Harry adalah putranya. Mereka adalah anak kandungnya bersama Eleanor.Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Tidak ada yang tahu betapa terguncangnya Jeremy saat membaca kata-kata itu.Selama ini, dia selalu mengira anak-anak itu adalah milik orang lain, tetapi kenyataannya mereka adalah anak kandungnya sendiri.Selama lima tahun, masalah ini terus menghantuinya. Kini ....Jeremy tersenyum pahit. Saat kebenaran akhirnya terungkap, dia merasakan campuran antara kegembiraan dan penyesalan yang luar biasa. Betapa bodohnya dia ....Emosi yang tak terhitung jumlahnya membanjiri hati, menyelimutinya secara habis-habisan. Pada akhirnya, hanya ada satu kalimat yang terngiang di benaknya, Jeremy, kamu memang bodoh!Dia menga
"Dokumen apa ini?"Andy terdiam sejenak, lalu menyahut dengan agak gugup, "Sepertinya ... sepertinya itu adalah laporan tes DNA."Tangan Jeremy yang memegang amplop itu sontak membeku. Dadanya bak dihantam sesuatu, membuat hatinya bergetar.Di bawah tatapannya, Eleanor tetap berdiri tenang di tempatnya. Wajahnya yang begitu cantik menampilkan ekspresi paling dingin. Bahkan saat mendengar kata tes DNA, matanya tak berkedip sedikit pun. Jelas, dia sudah mengetahuinya.Jeremy mengerutkan alisnya semakin dalam. Eleanor tetap tenang, tetapi orang-orang di sekitar tidak, terutama Yoana.Ekspresi Yoana sungguh tak terkendali, seolah-olah tenggelam dalam ketakutan yang luar biasa. Tes DNA? Siapa yang melakukan tes DNA? Siapa yang mengirimkan hasilnya?Yoana dan Alicia membelalakkan mata. Saat berikutnya, Yoana tiba-tiba menatap Eleanor.Eleanor mengangkat alisnya yang indah, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis.Eleanor! Pasti Eleanor! Eleanor diam-diam melakukan tes DNA dan seng
Jeremy sama sekali tidak melirik Alicia. Suaranya sedingin es yang diselimuti embun beku, "Bukankah lelucon ini memang untuk diperlihatkan kepada orang lain?""Ini ...." Alicia terdiam, tidak bisa berkata-kata. Dia lantas menoleh ke arah Simon dengan tatapan meminta bantuan.Simon mengernyit. Suaranya lebih rendah dari biasa. "Jeremy, apa yang kamu lakukan? Kalau ada masalah, bicarakan setelah pesta pertunangan selesai.""Aku bukan datang untuk menghadiri pesta pertunangan." Sambil berkata, Jeremy mengarahkan pandangannya ke Eleanor. "Aku datang untuk menghadiri pesta ulang tahunnya."Suasana sontak menjadi heboh. Ucapan Jeremy seperti setetes air yang jatuh ke minyak panas.Wajah Yoana seketika menjadi sangat masam."Jeremy!" bentak Simon.Akhirnya, Jeremy menoleh ke arah Simon yang berada di bawah panggung, lalu berkata dengan datar, "Kakekku sudah mulai pikun. Pengawal, antar dia kembali untuk istirahat.""Minggir!" Simon sangat marah hingga urat di dahinya menonjol. "Jeremy, apa ka
Saat ini, Yoana sudah penuh dengan amarah. Mengapa semua orang membantu Eleanor? Apa yang istimewa dari Eleanor ini? Jika bukan karena dia berusaha keras untuk menahan amarahnya, dia mungkin sudah menggila. "Kakek Simon ...."Melihat ekspresi Yoana yang sangat sedih, Simon teringat dengan cucunya yang belum lahir itu. Merasa kasihan karena Yoana harus menanggung semua ini, tatapannya menjadi lebih lembut. Saat kembali menatap Eleanor, dia mendengus dan memutuskan untuk tidak berbelas kasihan pada Eleanor lagi. "Pengawal, cepat usir dia keluar. Dia nggak berhak untuk mengacaukan pesta ini.""Berhenti!" terdengar suara yang dingin dan tajam dari arah pintu.Suasana di aula pesta itu langsung menjadi hening dan semua orang menoleh untuk melihat ke arah datangnya suara itu. Mereka melihat seorang pria perlahan-lahan masuk dari luar. Tubuhnya yang tinggi dan auranya yang berwibawa pun perlahan-lahan terlihat jelas.Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi dan terawat. Wajahnya tampan, hidung