Vali segera pulang setelah mengeksekusi Shulla. Perjalanan pulang mereka membutuhkan waktu 2 hari. Karena mereka sering berhenti untuk mencari mangsa. Karena saat berangkat, mereka hampir tidak berhenti untuk istirahat dan mengisi perut mereka. “Perjalanan yang panjang Alpha” ucap Lyan “Kau benar” Vali melihat orang-orangnya di belakang. Mereka terlihat lelah. Saat kakinya semakin mendekat pada gerbang pack. Entah mengapa jantungnya semakin berdetak cepat. Vali mencoba menetralkan detak jantungnya, namun tidak berhasil. Malah yang ada semakin cepat. ‘Kenapa aku merasa gugup?’ batin Vali . ‘Kau merasakan sesuatu Vali?’ tanya Reiden lewat batin ‘Kau merasakannya juga?’ tanya Vali balik ‘Ehm. Aku merasakan sesuatu yang lain. Aku tidak bisa menebak apa itu’ ‘Kita akan segera tahu’ ucap Vali . Begitu memasuki gerbang, Vali mencium bau Rea tapi bercampur dengan bau yang lain. ‘Apa ini’ Vali dengan segera melesat pergi. Lyan yang akan mengatakan sesuatu seketika terdiam dengan m
“Maaf Alpha. Kenapa Alpha tidak bertanya langsung pada Rea” Reiki mencoba mengutatkan mentalnya saat bertanya seperti itu. Mereka kini berada di ruangan Vali. Aura yang di keluarkan Vali membuat orang yang berada di dalam merasa tercekik. “Lebih mudah jika aku bertanya padamu dari pada kepada Rea. Dia akan menjelaskan dengan memutar dan itu memancing emosiku” jawab Vali Ini lah alasan terkuat Vali kenapa dia mendiami Rea. Awalnya dia marah karena Rea menyembunyikan kehamilannya dan membuat dia tidak tahu jika anaknya ada di dunia ini. “Jawab pertanyaanku. Apa yang membuat wanita itu pergi tanpa pamit” titah Vali “Re-Rea sedang mencari tahu tentang orang tuanya” jawab Reiki “Kenapa sampai harus kabur seperti itu?” kini Lyan yang bertanya “Karena Rea yakin. Jika meminta ijin dari Alpha pasti tidak akan di detujui” ‘Benar juga’ batin Lyan dan Vali “Lalu apa yang kau temukan?” Vali mengalihkan pembicaraan “Semuanya. Orang tua Rea, keluarganya dan semua puzzle yang mengikutinya”
Hampir 2 bulan Rea berada di pack dan kini saatnya dia pergi untuk membalaskan dendam ibunya.Setelah perdebatan panjang akhirnya Vali mengijinkan Rea untuk pergi.Kemarin malam“Ijinkan aku, hm?” rayu ReaVali menggeleng, “Tidak dan tidak” Vali menolak keras“Aku harus pergi. Aku janji tidak akan lama. Lagipula kamu tahu kan kemana aku pergi” Rea terus merayu ValiBahkan wanita itu dari tadi sudah bergelayut di pelukan Vali. Berharap dengan cara ini suaminya itu luluh dan mengijinkannya pergi ke RedHunde.“Kamu disana akan melawan banyak Werewolf sendirian Rea. Aku takut terjadi hal buruk padamu” Vali tidak bisa tidak khawatir. Jika Rea keras kepala maka dia akan lebih keras kepala lagi.“Aku yakin aku akan aman. Ada ayahku kan disana” sejujurnya Rea membenci mengakui ayahnya, tapi demi ijin dia harus melakukannyaVali menatap Rea dengan tatapan memohon, yang di balas Rea dengan tatapan memelas. Vali menghela nafas pelan, dia kalah karena tatapan memohon istrinya.“Pastikan kamu pula
Begitu Rea dan Reiki sampai di depan pack RedHunde, mereka tidak di perbolehkan masuk. “Siapa kau?” tanya warrior yang menjaga gerbang Rea yang tidak ingin berurusan dengan mereka memukul mereka hingga pingsan. Entah mengapa begitu sampai di pack ayahnya, emosinya meluap begitu besar. Apa lagi begitu masuk ke dalam, mata Rea di suguhi dengan keadaan pack yang begitu tentram dan hidup, seakan tidak pernah ada kejahatan di dalamnya. Ibunya tinggal dengan orang-orang yang begitu tidak peduli dengan keadaannya. Itulah yang di pikirkan Rea begitu masuk. Reiki yang mengerti suasana hati Rea hanya bisa diam sambil melihat sendu kearah Rea. Takdir wanita itu begitu berat. “Rea, kemana kita akan pergi?” tanya Reiki “Langsung ke pack utama. Aku akan langsung menemui ayahku dan wanita itu” ucap Rea dingin Reiki hanya mengangguk mengerti. Kemudian pria rubah itu tidak mengatakan apapun dan hanya mengikuti kemana langkah Rea pergi. Tidak susah menemukan pack utama. Karena bangunan pack utam
Reiki yang mendengar ucapan Ehaan melotot tidak setuju. Bagaimana bisa pria itu memberi ijin pada Rea untuk melakukan hal keji. Reiki tahu jika Rea sakit hati, tapi bukankah kejahatan yang di balas dengan kejahatan tidak akan membuat kita merasa lega setelahnya.“Rea, kamu yakin akan hal ini?” tanya Reiki“Apa maksudmu? Tentu saja aku yakin” sinis Rea“Bukan maksudku begitu. Hanya saja, kamu tahu bukan jika apa yang kamu lakukan sekarang tidak akan membuatmu puas setelah membalas mereka. Apa ini juga yang di inginkan ibumu? Jika iya, bukankah seharusnya ibumu bisa membalaskan dendam ini lewat keluargamu yang lain?” Rea terdiam mendengarnyaMemang ucapan Reiki benar adanya. Ibunya tidak membalaskan dendamnya karena pria di hadapannya ini adalah pria yang di cintai ibunya sekaligus ayah kandungnya.“Tapi, aku tidak membalas dendam pada ayahku, Rei. Aku membalas dendam kepada wanita itu dan keluarganya yang telah membuatku sengsara selama ini” mau bagaimanapun Rea, sekuat apapun dirinya,
Paginya setelah sarapan Rea mendatangi ayahnya. Mengatakan hal yang sudah dia bicarakan dengan Reiki semalam. Darren hanya diam saat putrinya berbicara. Darren seakan melihat Floricel berbicara atau mengomel padanya.“Baiklah. Sebentar lagi akan ada rapat dengan para petinggi RedHunde, datanglah. Ehaan akan terus berada di sampingmu. Ayah akan mengatakan pada mereka siapa dirimu pada mereka” ucap Darren“Lalu apa yang akan ayah lakukan?” Darren tersenyum haru saat Rea memanggilnya ayah tanpa emosi“Ayah akan menyerahkan semuanya padamu. Ayah yakin, jika mereka tidak akan terima akan kehadiranmu. Lihatlah sendiri wajah asli mereka, putriku” jawab Darren***Seperti yang sudah Darren duga. Saat dirinya memperkenalkan Rea sebagai putri sulungnya dengan Floricel banyak pihak yang sedari awal menentangnya semakin menentang. Mereka mengatakan hal buruk tentang Floricel di hadapannya dan Rea.Tangan Rea mengepal marah. Ibunya di cap begitu buruk oleh mereka. Ada sekitar 10 orang yang gencar
Rea dengan tangannya sendiri menarik pedang yang berada di pinggangnya dan tanpa aba-aba langsung memenggal kepala kakek Ehaan. Ehaan yang melihat kakeknya di penggal hanya diam membisu. Pria itu tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Selama hidupnya dia tidak pernah dekat dengan kakeknya. Jadi dia hanya diam saat melihat kepala itu menggelinding. Berbeda dengan orang yang bersekutu dengan pria tua malang itu. Mereka semua bergetar ketakutan melihat hal itu. Selama ini Darren tidak melakukan apapun padanya karena memandang sang putra. Tapi kini mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena ini yang di inginkan oleh Darren sejak lama. Mereka yakin jika Darren tidak akan mendengarkan semua ucapan mereka. Sebenarnya tanpa di ketahui Rea dan Ehaan, dendam pria anak dua itu lebih besar. “Kalian lihat dan ingat dengan baik-baik. Ini yang akan kalian dapatkan jika melakukan kesalahan besar dan merugikan pack” ucap Ehaan lantang Sebenarnya dari awal Ehaan tahu semua kesalahan ibunya dan k
Untuk minggu ini cerita 'Menjinakkan Sang Alpha Tiran' maaf tidak bisa update 🙇 karna kondisi author yang ngga memungkinkan buat nulis 😖 tepar karna sakit, udah beberapa hari badan panas, ngga mau turun panasnya 😵 buat bangun aja kepala udah berasa berat dan pecah 🥲 jadi terpaksa libur dulu buat bikin cerita. Mata ngga bisa natap layar hp atau laptop terlalu lama. Tapi tenang aja cerita ini bakal update lagi kok minggu depan 😊 doakan cepet sembuh ya ☺️ biar bisa nulis lagi. Insyaallah jika tidak ada kendala lagi akan kembali untuk menemani weekend kalian. Terima kasih dan mohon maaf 🙇
Waktu berjalan dengan cepat, kini si kembar sudah berusia 10 tahun. Vali maupun Rea tidak menyangka jika mereka bisa bertahan selama ini.Si kembar kini juga sudah mulai melakukan pelatihan mereka sejak 3 tahun yang lalu. River yang sudah mulai di gembleng untuk menjadi Alpha penerus dan Rain yang berlatih untuk menjadi oenyihir hebat.Keduanya memang terlahir kembar, namun dengan takdir yang berbeda. Awalnya Rain sempat depresi sast tahu dia tidak akan bisa menjadi Werewolf dan hanya menjadi seorang penyihir. Sekarang dia sudah menerima takdirnya.Awalnya River juga sampai kepikiran, karena takut kembarannya melakukan hal di luar nalar. Tapi, karena dukungan dari orang tuanya, Rain bisa bertahan."Aku harap Rain tidak berkecil hati seperti dulu," harap Rea."Tidak akan. Dia akan menjadi pendamping kakaknya dengan kekuatannya. Mereka akan menjadi duo yang hebat," ujar Vali.Vali tidak masalah jika Rain tidak bisa menjadi Werewolf, takdir putrinya memang unruk menjadi penyihir. Karena
Seperti yang sudah Rea duga, Vali seperti kerasukan semalam. Kini tubuh Rea terasa remuk karena ulah Vali. Wanita itu kini sedang asik tiduran di ranjang. “Dasar. Dia kelewatan sekali setelah di kasih izin.” dengus Rea Berbeda dengan Rea yang sedang tiduran di ranjang karena badannya sakit, Vali malah terlihat begitu semangat seakan energinya telah diisi penuh. Bahkan pria itu sedari tadi tidak melunturkan senyumnya. Ehaan yang berkunjung hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Vali. Dia seperti pria yang baru saja mendapatkan cintanya, padahal kakaknya sudah berada lama di sampng pria itu. “Apa yang di berikan kakakku sampai membuatmu setengah gila?” tanya Ehaan Lyan yang berada di sebelah Ehaan mengangguk setuju. “Apa perlu aku jawab?” ucap Vali dengan senyum bodohnya “Tidak perlu. Sepertinya aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Kakakku benar-benar mengubahmu menjadi pria yang bodoh ya sekarang.” tolak Ehaan “Enak saja. Mana ada aku bodoh.” protes Vali “Masih
Vali duduk dengan tidak sabaran. Pria itu merasa jika jalannya pertemuan Alpha ini begitu lama, di tambah bahasan mereka yang sangat ringan. “Apa kita tidak bisa pulang saja?” tanya Vali pada Lyan “Tidak bisa.” jawab Lyan tegas “Kenapa?” “Yang benar saja kau Vali. Sudah, diam saja. Kunci saja mulutmu itu.” ucap Lyan dengan kesal Pria itu sudah tidak mau menjawab segala pertanyaan tidak bermutu yang keluar dari mulut Vali. Sedari tadi Vali terus-terusan bertanya kapan ini selesai dan Lyan sudah jengah akan itu. Vali memilin ujung bajunya karena mulai bosan. Ini semua di karenakan kedatangan Rea, pria itu jadi tidak ingin pergi kemanapun, dia saja terpaksa datang karena hadiah yang di tawarkan Rea. Lyan yang melihat apa yang di lakukan Vali hanya menggelengkan kepalanya. Biarkan sajalah pikirnya. *** “Alpha Vali, apa tidak ada yang ingin Alpha katakan?” tanya salah satu Alpha Vali yang sedang menundukkan kepalanya seketika mendongak. Dengan wajah malas pria itu berkata, “Tidak
Semuanya sudah di selesaikan Rea dengan kurun waktu 2 minggu. Rea sudah harus segera kembali ke Black Diamond pack. “Seperti yang sudah aku jelaskan, kalian harus bisa saling membantu satu sama lain.” mereka semua mengangguk “Apa nenek akan kembali tinggal disini?” kini Rea beralih pada Wendy Wendy mengangguk. “Semua sudah berakhir. Sudah waktunya aku kembali kle rumah. Lagipula rumah kita meninggalkan banyak keningan indah.” jawab Wendy “Kami akan mengawasi mereka dengan ketat. Lagipula kamu sudah menghentikan mereka kemarin. Aku yakin mereka tidak akan bertingkah ceroboh untuk sementara waktu.” ucap Luci “Baiklah. Aku akan pulang. Suami dan anak-anakku sudah menungguku” Setelah berpamitan pada semua orang yang ada disana, Rea segera membuka portal dan masuk ke dalamnya di ikuti oleh Reiki di belakangnya. *** Begitu keluar dari pintu portal, Rea di sambut dengan suara rengekan Lyan pada suaminya. “Ayolah Val.” “Tidak!” tolak Vali “Minggu lalu sudah kenapa harus lagi?” “Mi
Sesuai dengan kesepakatan, Rea tetap berada di Uhuru. Sudah satu minggu wanita itu disana. Dia mengajari struktur pemerintahan sesuai yang dia ketahui. Nama Kerajaan Utara pun kini di ganti menjadi Uhuru. Para rakyat yang berada di sana pun setuju dengan ide yang di kemukakan oleh Rea. Ada beberapa pihak yang tidak setuju karena bagi mereka darah bangsawan mereka tidak bisa di sama ratakan dengan darah biasa penyihir. Tapi semua itu teratasi karena hampir semua mayoritas menyetujui. Selalu ada pro dan kontra dalam dunia pemerintahan, jadi Rea tidak kaget sama sekali. Reiki pun berada di sana. Dia Rea tugaskan untuk mencari segala informasi dari bangsawan penyihir yang masih kukuh dengan keputusannya. Reiki yang seorang rubah tentu saja sangat mudah mendapatkan semua itu. Dia hanya perlu menyamar menjadi orang yang biasa mereka percaya dan mengorek informasi tanpa perlu ketahuan. *** “Apa yang sudah kamu dapatkan?” tanya Rea “Mereka tetap ingin membelot. Mereka memang mengatakan
Setelah pembantaian keluarga kerajaan, kini ketua semua klan penyihir berkumpul. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Mengingat kini sudah tidak ada raja yang memimpin mereka dan mereka bebas melakukan apapun. “Kita harus membuat peraturan yang di setujui oleh semua pihak. Jika tidak akan banyak kejahatan, mengingat penyihir saat ini termasuk yang terkuat.” ucap salah satu ketua “Aku setuju. Kita tidak bisa hidup bebas tanpa aturan, karena akan merugikan banyak orang. Para penyihir kuat akan semakin menindas penyihir yang lemah.” Kenyataan itu tidak bisa mereka bantah. Karena kebanyakan yang memiliki mana lemah menjadi pelayan atau hanya sekedar pedagang yang tak jarang di pandang sebelah mata. “Kalau begitu kita angkat saja Raja yang baru. Bukankah anak Floricel cukup kuat, dia bisa menjadi pemimpin kita.” “Aku menolak.” tolak Rea “Kenapa?” “Aku sudah memiliki suami dan lagipula suamiku seorang Alpha Werewolf, kami tidak mungkin tinggal disini dan pack ka
“Sial! Kenapa telepati ku tidak berfungsi.” umpat Phelan “Mungkin mereka sudah tahu, Yang Mulia.” wajah Phelan berubah merah menahan emosi “Kita keluar.” titahnya Begitu sampai di luar, matanya langsungh tertuju pada satu objek, yaitu Rain yang sedang menangis. Phelan merasakan mana yang besar dan suci dari tubuh gadis kecil itu. “Aku akan mengambil gadis kecil itu.” ucapnya “Jangan yang mulia. Bisa saja ini jebakan untuk anda.” ucap orang kepercayaan Phelan “Tidak ada siapa-siapa disini. Aku yakin jika mereka tidak sengaja meninggalkannya disini dan mencari kita.” ucap Phelan sama sekali tidak curiga “Tapi yang mulia…” Phelan segera melangkah cepat kearah Rain yang bercucuran air mata. *** “Now.” Begitu aba-aba sudah keluar dan mereka melihat jika Phelan dan orang-orangnya sudah keluar, De Sade dan Olden keluar dari persembunyian mereka. Phelan dan anak buahnya terkejut saat melihat mereka di serang. Phelan tidak merasakan hawa keberadaan mereka saat keluar tadi. “Apa in
Seperti yang sudah mereka rencanakan, kini mereka telah bersiap untuk menyerang Phelan.“Kalian sudah siap?” tanya WendySemuanya mengangguk. Luci segera membuat portal penghubung ke istana. Keluarga Olden sudah menunggu mereka di bagian belakang istana. Mereka akan menyerang dari dua sisi agar Phelan dan antek-anteknya tidak bisa kabur.Rea yang menggendong Rain mengepalkan tangannya. Wanita itu masih tidak rela putrinya menjadi umpan. Dengan satu tarikan nafas, Rea masuk ke dalam portal..“Ini istananya?” tanya ValiKayne mengangguk. Mereka berjalan kedalam, yang membingungkan kenapa istana ini begitu sepi? Tidak ada penjaga yang berkeliaran di istana.“Apa Phelan sudah tahu kalau kita akan datang?”“Sepertinya begitu.”“Aceline.”Aceline kemudian memejamkan matanya dan mulai fokus mencari keberadaan orang-orang istana.“Istana benar-benar kosong. Tidak ada satupun yang berada di istana.” ucap Aceline“Bagaimana bisa?”3 jam sebelumnya“Yang mulia, saya merasa akan ada yang menyera
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Kayne“Maksud kakek?” tanya Rea“Rea, aku yakin kamu sudah tahu siapa musuh kita. Jadi, kakek meminta untuk menyelesaikan ini secepatnya” ucap Kayne“Kamu sudah mendapatkan apa yang di perlukan bukan?” Rea mengangguk“Kita lakukan secepatnya” saut Wendy“Rea, sudah tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri. Phellan semakin bergerak liar dan acak. Pria tua itu mulai menyerang untuk mendapatkan Rain”“Lalu?” tanya Vali“Lalu apa lagi? Tentu Rea harus mulai merapalkan mantra yang di perlukan serta mengontrol mananya agar tetap sama” jawab Wendy“Kita lakukan sekarang nek” Rea berdiri dari duduknya“Jaga si kembar selagi aku melakukan pelatihan singkat” Vali mengangguk***“Pejamkan matamu dan taruh tangan sebelah kananmu di atas buku. Lalu fokuskan pikiranmu dengan apa yang ingin kamu lakukan” ucap WendyRea segera memejamkan mata dan mulai melakukan seperti apa yang di ucapkan Wendy. Wanita itu mulai menaruh telapak tangannya di atas buku, lal