Share

31. Karena Minuman Itu

Penulis: Niniluv
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-20 06:00:29

Pagi ini, Liora dan Arka akan kembali pulang ke rumahnya. Namun sebelum itu, mereka diajak sarapan bersama oleh Raditiya dan Ana.

Selama kegiatan makan bersama berlangsung, Ana sejak tadi terus memperhatikan menantu dan anaknya. Keduanya hanya saling diam, melahap makannya.

Ana tak bisa menebak apa yang telah terjadi pada mereka tadi malam. Namun jika dilihat dari raut wajah Liora, menantunya itu sudah tidak marah lagi. Sedangkan Arka, Ana tak bisa menebak. Putranya itu selalu memasang raut tanpa ekspresi.

"Kenapa kalian tidak pulang besok saja?" tanya Ana memecah hening di sana.

Raditiya yang tadi juga sibuk melahap makanannya sambil bermain ponsel pun akhirnya mengarahkan pandangannya pada sang putra di seberang mejanya. Dia mengangguk setuju dengan ucapan sang istri. "Benar, papa sangat rindu denganmu Ka. Kenapa tidak tinggal di sini dulu sampai beberapa hari?"

"Arka sudah mulai masuk kerja pa. Jadi, Arka ingin cepat pulang saja. Ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   32. Tidak Sesuai Yang Diharapkan

    Beberapa hari setelah pulang dari rumah orang tuanya. Seperti biasa, Arka selalu menyiapkan sarapan pagi lebih dulu di meja makan sebelum dia berangkat bekerja. Tak lupa, dia juga harus membangunkan Liora yang masih tidur. Pintu kamar perempuan itu masih tertutup, Arka sudah hafal Liora tak mungkin bisa bangun pagi jika bukan Arka yang membangunkannya lebih dulu. Dia mengetuk pintu kamar itu dengan pelan. "Liora, bangunlah. Aku akan berangkat bekerja."Sedangkan di dalam kamar itu, Liora masih berbalut selimut tebal dengan penampilan yang masih berantakan. Dia mulai menggeliat saat merasa tidurnya mulai terusik. "Aku masih mengantuk ..." Matanya masih terlalu berat untuk dibuka.  Sedikitpun Liora tak berniat untuk melawan rasa kantuknya. "Liora, kalau begitu aku berangkat sekarang. Kamu jangan lupa untuk sarapan, sudah aku siapkan di atas meja."Kali ini Liora tak menjawab. Perempuan itu justru mendengkur bertanda t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   33. Hari Spesial

    "Selamat ibu Liora, semoga perusahaan ini bisa semakin maju untuk kedepannya."Liora menerima jabatan dari rekan kerjanya. Dia lalu tersenyum, dan mengangguk mengiyakan. Baru saja acara penyerahan jabatan untuk Liora selesai. Kini semua pejabat penting yang tadinya ikut merayakannya mulai meninggalkan ruang itu. Dan tersisa beberapa orang saja, termasuk ayahnya.Setelah putrinya selesai berbicara dengan banyak orang, David kemudian menghampiri. Dia tersenyum saat melihat raut bahagia putrinya itu masih terukir jelas di wajahnya."Selamat sayang, ayah yakin kamu bisa membuat perusahaan ini lebih baik lagi."Liora mengangguk dengan percaya diri. Dia lalu berucap, "ayah tidak perlu khawatir. Perusahaan ini akan baik-baik saja di tangan Liora, kecuali perusahaan ini jatuh pada orang yang tidak tepat mungkin itu bisa ayah khawatirkan. Misalkan saja jatuh di tangan kak Erika."Senyum David seketika luntur. Liora selalu saja merendahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   34. Kembali Teringat

    Laki-laki berjas putih itu mulai menghampiri Liora. Dia tersenyum saat Liora memperhatikan wajahnya dengan seksama, seperti berusaha mengenalinya."Sepertinya kau lupa denganku nyonya Arka?"Liora sedikit kaget dengan panggilan yang laki-laki itu berikan padanya. Walau dia sudah menduga jika semua orang di rumah sakit itu pasti sudah mengenalinya bahwa dia adalah istri Arka."Seharusnya kau masih ingat dengan pertemuan kita, aku menghampirimu saat kau berbicara dengan Arka. Dan kau mengatakan padaku bahwa Arka tidak mau tanggung jawab."Liora membuka mulutnya, dia mulai mengingat pertemuan sebelumnya dengan laki-laki itu. "Ah, benar. Aku masih ingat. Namamu ...""Danu.""Ah iya, dokter Danu."Danu tersenyum. Dia lalu kembali berucap, "panggil Danu saja. Sekarang kau adalah istri Arka, sahabatku. Aku juga akan menganggapmu sebagai sahabat dekatku, sama seperti Arka.Liora tersenyum. Lalu mengangguk menyetujui per

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   35. Terlalu Datar

    Sesampainya di ruang pribadinya, Arka meminta Liora duduk di salah satu kursi di sana bersebrangan meja dengan tempat duduk Arka. Dia menatap Liora tanpa ekspresi. "Kenapa kau datang ke sini?"Liora tersenyum lalu menjelaskan, "kebetulan sekali aku baru saja dari perusahaan. Karena melewati rumah sakit, jadi aku memutuskan singgah sebentar untuk melihatmu. Aku sangat merindukanmu sayang. Sejak pagi tadi aku belum melihatmu."Arka menghela nafas pelan. "Itu salahmu sendiri tidak mau bangun pagi."Liora meluruskan pandangannya, lalu menghela nafas kecewa. Memang benar yang diucapkan Arka, padahal laki-laki itu selalu membangunkannya tapi Liora sangat malas dan memilih untuk melanjutkan tidur. Membuatnya tidak bisa melihat sang suami berangkat kerja setiap pagi. Tapi raut kecewa Liora seketika berubah, dia kembali mengukir senyum senang. "Tapi setelah ini aku akan bangun pagi setiap hari, karena aku sudah mulai bekerja. Dan aku adalah CEO,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   36. Perhatian

    Arka menyisipkan beberapa helai rambut Liora ke belakang telinga agar bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas. Membuatnya kini menyadari bahwa wajah perempuan itu begitu sangat pucat. "Kamu sedang sakit?"Liora kembali menggeleng, masih tak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dia terlalu ragu."Duduklah sebentar, biar aku periksa." Arka memegang kedua bahu perempuan itu, dan memintanya untuk kembali duduk. Liora hanya menurut. Laki-laki itu mulai mengambil stetoskop miliknya untuk memeriksa sang istri, namun Liora segera menghentikannya. "Sayang, aku tidak apa-apa. Ini hanya ..."Arka kembali mengernyit saat Liora lagi-lagi ragu menyelesaikan kalimatnya, membuat Arka semakin penasaran. "Jika kamu tidak mau mengatakannya, aku akan memeriksamu.""Baiklah." Liora mengalah, dia kemudian menunduk dengan rasa kecewa. "Aku haid. Perutku selalu kram seperti ini di hari pertama h

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   37. Memainkan Suasana Hati

    Setelah merasa semua jadwalnya selesai, Arka memutuskan untuk kembali ke ruang pribadinya.Sesampainya di sana, dia melihat Liora sudah tertidur dengan posisi duduk di kursi. Arka kemudian menghampiri, dan mulai membangunkan sang istri.Kelopak mata Liora perlahan terbuka, mata berwarna merah khas orang bangun tidur itu langsung mengarah pada Arka."Maaf aku membangunkanmu, kita bisa pulang sekarang."Liora mulai menegakkan tubuhnya. Menguap lebar sesaat, kemudian mengangguk mengiyakan. "Apa perutmu masih nyeri?"Liora memegang perutnya sesaat. Dia baru saja tertidur pulas sampai melupakan rasa nyeri yang tadi sempat menyiksa dirinya."Sudah tidak terasa parah seperti tadi."Arka mengangguk lega. "Baguslah kalau begitu. Sekarang kita bisa pulang, pekerjaanku juga sudah selesai."Liora mengangguk, kemudian dia berusaha berdiri. Arka memegang lengannya untuk membantu, membuat Liora menahan senyum senang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   38. Sifat Baiknya Muncul

    Malam itu sebelum tidur, Arka memutuskan untuk ke kamar sang istri. Membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih, tidak lupa juga dengan suplemen untuk Liora.Setelah mengetuk pintu kamar, dan mendapat ijin dari Liora, Arka langsung masuk.Di dalam sana Liora belum tidur. Perempuan itu masih duduk di atas kasur sambil berselimut. Arka lalu meletakkan nampan yang dia bawa ke atas nakas samping tempat tidur, dan dia duduk di samping Liora. "Apa perutmu masih sakit?"Liora mengangguk pelan. Dia lalu tersenyum, mengusap perutnya. "Tapi tidak terlalu sakit. Setelah meminum obat yang kamu berikan tadi siang, sakitnya hanya muncul kadang-kadang saja."Arka mengangguk paham. Dia kemudian menatap wajah Liora sesaat. Perempuan itu kini tidak memakai make up, membuatnya bisa melihat jelas wajah Liora yang begitu sangat pucat. "Aku membuatkanmu bubur." Arka mengambil semangkuk bubur yang tadinya berada di atas nampan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21
  • Menjerat Hati Dokter Tampan   39. Tidur Bersama

    Setelah selesai, Arka kembali ke kamar Liora. Perempuan itu sudah terbaring dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Arka kemudian menghampiri."Tidurlah di sini." Liora menepuk kasur di sebelahnya. Meminta sang suami untuk ikut berbaring di sana. "Jangan tidur di lantai, aku tidak suka."Karena melihat kondisi sang istri yang kurang baik, Arka kali ini tak berani membantah. Dia tak mau berdebat, dan mengikuti apa saja yang Liora inginkan. Laki-laki itu akhirnya duduk di sisi kasur. Entah kenapa, dia jadi ragu untuk membaringkan tubuhnya di samping Liora."Kenapa Arka? Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Sakit di perutku saja belum sembuh, jadi aku tidak nafsu untuk menggodamu."Arka menghela nafas pelan. Lalu mengangguk, berusaha mempercayai apa yang sang istri katakan.Liora akhirnya kembali mengukir senyum senang saat melihat sang suami menurut, dan mulai berbaring di sampingnya. Laki-laki itu kemudian menoleh menatap L

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22

Bab terbaru

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   213. Kita Bersama

    Pagi harinya, Liora dan Arka langsung memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Karena mereka hanya membawa satu baju ganti, jadi mereka tak mungkin akan bermain-main di pantai lebih dulu sebelum pulang. Sesampai di rumah, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Mereka juga sempat membeli makanan di luar untuk di bawa ke rumah. Karena perjalanan yang cukup jauh, tentu Liora juga pasti lelah, Arka tak mungkin meminta sang istri untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Kini mereka duduk di ruang makan, menikmati sarapan yang sudah siap di meja makan. "Minggu depan Kala sudah mulai masuk sekolah kan?" tanya Liora memastikan. Kala mengangguk membenarkan. "Iya ma, sekarang Kala jadi tidak sabar untuk masuk sekolah. Saat masuk sekolah nanti, Kala akan minta ibu guru untuk memanggil nama Kala lebih dulu, agar Kala bisa menceritakan kisah liburan Kala bersama mama papa lebih dulu ke teman-teman."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   212. Menghitung Bintang

    "Wahh cantiknya!" seru Kala saat melihat hamparan bintang di langit. Saat ini dia duduk di depan tenda, beralaskan tikar dan didampingi mama papanya di sampingnya. "Papa, ayo kita hitung bintang-bintang itu." Mendengar ucapan sang anak, Liora justru tertawa kecil. "Mana mungkin kita bisa menghitung bintang itu. Jumlahnya sangat banyak, pasti sampai berjuta-juta." "Kala suka dengan bintang-bintang itu, andai saja bisa menatapnya setiap malam. Arka menghela nafas pelan. "Sayang sekali bintang tidak muncul setiap malam. Tapi jika cuacanya bagus dan Kala ingin melihatnya lagi saat di rumah, Kala bisa keluar rumah sebelum tidur. Papa dan mama akan menemani Kala." "Benarkah?" Arka mengangguk mengiyakan, membuat anak itu bersorak riang. "Terimakasih papa." "Kamu tidak berterima kasih juga pada mama? Mama juga akan menemanimu melihat bintang," ucap Liora memasang raut cemburu.

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   211. Suasana Senja

    Cukup lama setelah Arka dan Liora menemani Kala bermain membuat istana pasir, menikmati makan siang bersama, bercerita, bercanda, berfoto dan banyak hal yang mereka lalui hingga akhirnya matahari mulai tenggelam di ufuk barat.Liora dan Arka berdiri membelakangi kamera yang masih menyala, mereka menikmati senja di pantai itu sambil bergandengan tangan. Sesekali menertawakan Kala yang tengah berlari bersama anak lainnya mengejar burung camar yang terbang di langit-langit senja. "Kala itu ... mirip denganmu ya."Liora menoleh, menatap sang suami dengan sorot tak setuju. "Tapi cara berpikirnya mirip denganmu, lihat saja jika dia memutuskan sesuatu ... sangat sama sepertimu."Arka terkekeh pelan. Mungkin yang dikatakan Liora memang benar. "Tapi dia cantik, sepertiku kan?" Liora tersenyum bangga. Dia melepaskan genggamannya lalu melipat tangannya ke depan dada. "Jika kamu tidak menikah denganku, anakmu mungkin tidak akan secantik Kala."

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   210. Cinta itu Nyata

    Cukup lama Liora dan Arka berjalan di tepi pantai bergandengan berdua saja. Mereka benar-benar menikmati waktu berdua, mengingatkan mereka kembali dengan masa-masa di mana Liora masih mengejar cinta Arka.Tapi sekarang, Liora sudah tak mengejarnya lagi. Dia sudah berhasil memiliki Arka. "Liora."Liora ikut menghentikan langkahnya saat Arka berhenti. Laki-laki itu kini menatapnya dengan sorot serius, entah kenapa tatapan itu justru membuat Liora gugup. Sudah sangat lama dia tak merasa seperti ini.Arka meraih satu tangan istrinya lagi, menggenggamnya erat. "Terimakasih telah menghadirkan kebahagiaan ini."Liora tersenyum. "Seharusnya aku yang harus mengatakan itu. Terimakasih sayang.""Dan ada satu hal yang ingin kembali ku katakan padamu."Liora tak menjawab, dia masih menunggu dengan perasaan yang begitu penasaran. Apa yang ingin dikatakan Arka?"Aku sungguh mencintaimu."Liora tertegun. Kalimat itu .

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   209. Kembali ke Pantai

    Pukul delapan pagi, mobil yang Arka kemudikan akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka. Baru keluar dari pantai saja Kala begitu tampak antusias melihat pemandangan yang indah. Ini pertama kalinya dia diajak ke sana. Kala jadi tak sabar untuk bermain pasir dan air di pinggir pantai itu. Dia juga melihat banyak anak kecil seumurannya bermain di sana. "Mama papa ayo!"Arka mengambil beberapa peralatan di bagasi mobil, seperti kursi lipat, tripod, kamera, makanan ringan dan minuman. Tentu Arka tak mau momen spesial ini tak diabadikan begitu saja. "Ayo," ajak Liora. Dia mengulurkan tangannya untuk menyuntik sang anak. Sedangkan Arka yang sibuk membawa barang-barang, mulai mengikuti langkah mereka dari belakang. Sampai di tepi pantai, Arka langsung mencari tempat yang pas untuk menyusun tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat mereka nantinya saat lelah bermain. Kala yang begitu antusias mulai melepas alas ka

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   208. Pembicaraan

    Arka meletakkan secangkir kopi susu di atas meja. Dia lalu duduk di samping sahabatnya yang sejak tadi sudah menunggunya di kursi teras rumah."Istri dan anakmu sudah tidur?" tanya Ervan memastikan. Arka menjawabnya dengan anggukan. Jika tidak mengingat ucapan Ervan di wahana bermain tadi, Arka juga tidak mau meminta Ervan untuk datang ke rumahnya. "Besok aku dan Liora akan mengajak Kala ke pantai, jadi mungkin hanya malam ini ada waktu untuk mengobrol bersamamu. Takutnya apa yang ingin kau bicarakan itu sangat penting, jadi aku tidak mau menundanya lama."Ervan mengangguk paham. Namun sebelum mengatakan inti pembicaraan mereka, Ervan justru tertawa pelan. "Apa kau tidak mau berterimakasih padaku? Jika bukan karena caraku untuk mengajak Kala ke wahana bermain tadi, mungkin Liora tidak akan bersikap seperti ini, mungkin istrimu masih belum sadar jika anaknya begitu sangat penting, jadi bukankah karena caraku ini Liora jadi sadar?"Arka m

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   207. Sudah Lama

    Terlalu semangat dan menikmati liburan hari ini, Kala kelelahan. Kini sudah menunjukan pukul 7 malam, mereka seharusnya sudah sampai ke rumah, tapi jalanan malam itu mendadak macet. Tak ada cara lain, Arka harus dengan sabar mengikuti antrian panjang di jalanan yang sudah mulai gelap itu. Jarak rumahnya dari tempat wahana bermain tadi juga sangat jauh, memerlukan waktu hampir dua jam untuk ke sana. Tapi Arka tak mengeluh, paling tidak hari ini dia bisa melihat putrinya tersenyum bahagia.Arka menoleh, sang anak kini sudah terlelap di pangkuan Liora. Liora dengan tulus sejak tadi terus mengusap punggung sang anak, berusaha membuat kenyamanan untuk tidur anak itu walau tidur dengan posisi yang mungkin tidak biasa."Apa kamu lelah?" tanya Arka memastikan keadaan sang istri. Liora menjawab dengan gelengan, lalu mengukir senyum. "Hari ini sangat menyenangkan, aku sama sekali tidak lelah. Mungkin aku lebih menyukai hari seperti ini

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   206. Bersama

    Anak kecil yang sejak tadi duduk di kursi taman sambil menikmati es krim di tangannya tak sadar jika ada dua orang dewasa mendekatinya."Kala."Kala berhenti menikmati es krim tersebut, kini dia mendongak. Mata seketika berbinar senang melihat kedua orang tuanya akhirnya datang juga.Dia tidak akan marah lagi pada Liora ataupun Arka, karena sebelum Ervan meninggalkannya tadi dia sudah berjanji pada Ervan. Karena Ervan sudah membuat rasa sedih Kala hilang, maka dia harus memaafkan kedua orang tuanya, seperti yang Kala janjikan pada Ervan tadi."Mama, papa!"Liora dan Arka memutuskan untuk ikut duduk di samping anak itu. "Kala, maafin mama ya."Kala terdiam sesaat, dia tau apa maksud mamanya barusan. Dia kemudian menggeleng tak ingin menyalahkan sang mama. "Mama enggak salah, Kala yang harus minta maaf ke mama. Kala tau mama sibuk, tapi Kala selalu meminta mama untuk menemani Kala. Maafin Kala ya ma."Arka tersen

  • Menjerat Hati Dokter Tampan   205. Akhirnya Bertemu

    Dengan tergesa, Liora dan Arka keluar dari mobil setelah sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Ini pertama kalinya mereka datang ke sana. Liora melihat banyak anak kecil bersama orang tuanya bersenang-senang di tempat itu. Di sana juga banyak wahana untuk anak kecil yang terlihat begitu menyenangkan. Liora yakin Ervan tak membohongi mereka saat ini, pasti benar Kala sangat menyukai tempat itu."Arka, Liora!"Perhatian Arka dan Liora langsung tertuju ke asal suara yang memanggilnya barusan. Ervan benar ada di sana, dan mulai menghampiri mereka.Namun Liora tetap tidak bisa tenang, tidak ada Kala di dekat Ervan. Lalu di mana anaknya? Bukankah Ervan saat di telpon tadi mengatakan sedang bersama Kala?"Ervan, mana Kala?" tanya Arka yang juga sama khawatirnya dengan Liora.Ervan menghela nafas pelan. Lalu menjelaskan semuanya. "Kala hanya ingin berlibur."Arka tau, Minggu ini anaknya libur sekolah. Bahkan Minggu lalu Kal

DMCA.com Protection Status