Share

164. Sambutan Amelia

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-03-30 01:56:08

Akhirnya aku sampai di depan rumah Frans. Rumah terlihat sepi, setelah aku membayar taksi dan turun, segera kulangkahkan kaki ini memasuki halaman rumah Frans. Belum sempat aku mengetuk pintu, Amelia keluar dari balik pintu utama. Putriku itu terlihat begitu riang menyambut kedatanganku.

“Bunda!” teriak Amelia berlari ke arahku.

Aku tersenyum dan menyejajarkan tinggiku dengan Amel, aku merentangkan tangan dan anak perempuanku segera berhambur memelukku.

“Kangen Bunda,” kata Amelia. “Bunda lama banget di pengadilannya,” sambung Amel.

Aku melepaskan pelukanku dan menatap Amelia dengan gemas, wajah yang sangat polos dan sangat lucu. Aku mengelus pipi Amelia dan berkata, “Kan Bunda cuma pergi sebentar. Masa sudah kangen sih?”

“Amel itu tadi sempat menangis loh, kiranya kamu pulang tanpa membawa dia, lalu tenang sendiri karena ingat kamu ke persidangan hari ini.” Irene menyahutiku dari dalam rumah Frans. Ia keluar dengan senyuman manisnya

“Wah-wah. Anak Bunda, mana mungkinlah Bunda teg
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   165. Perjalanan Amelia ke Madiun

    Akhirnya Amelia pun pulang bersama dengan Frans, aku telah mengemasi seluruh barang bawaan milik putriku, tak lupa juga memberikannya bekal, dan sejumlah uang, berjaga-jaga kalau nanti Amelia ingin makan atau membeli camilan saat di jalan.Aku tidak ingin terlalu merepotkan Frans. Frans menggendong Amelia, mereka masuk ke mobil milik Frans, Amelia tampak riang. Ia melambaikan tangannya padaku dan memberikan ciuman jauh.Aku pun membalasnya, anak perempuanku ini memang sangat manis dan aku sangat menyayanginya. Aku berdoa semoga ia selamat sampai tujuan, semoga Tuhan melindungi perjalanannya.“Ann, ayo masuk dulu kita makan. Dari tadi kamu belum makan,” ajak Irene. Namun, entah kenapa perasaanku seolah-olah berat melepas Amelia pergi bersama Frans ke Madiun. Bukan tak percaya pada Frans, tetapi jujur hatiku memang gelisah sehingga nafsu makanku memang hilang.“Ann?” panggil Irene. Ia menepuk pundakku dan aku langsung berbalik menatapnya. Aku tahu Irene pasti paham tentangku ini. “Suda

    Last Updated : 2023-03-30
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   166. Frans Selamat Sampai Rumah

    Kami mengobrol tentang banyak hal, dari membahas toko kueku, hubungan Frans dan Irene, dan yang lainnya. Biasalah wanita kalau sudah berkumpul maka ke sana ujungnya. Karena keasyikan ngobrol bersama Irene membuatku lupa jika sambungan teleponku masih menyala. Irene yang terkadang melirik pada layar ponselku pun menjadi tersenyum."Ann, coba kamu aktifkan itu panggilannya, sepertinya Amelia tertidur!" ucap Irene.Akhirnya aku pun menuruti apa yang dikatakan oleh Irene dan benar saja saat aku buka, Frans langsung mengabarkan jika Amelia saat itu sudah memejamkan matanya. Sepertinya dia sudah capek bercerita mengenai keseharian dia di Madiun.“Mbak, lihatlah anakmu sudah tertidur. Ia kelelahan karena asyik bercerita sedari tadi,” ujar Frans membuat aku menoleh. “Biasalah anak-anak suka sekali berbicara tentang hal apa pun yang dia alami.”“Dia sangat bersemangat akan bertemu dengan Dahlia,” kata Frans ia tersenyum ke arah Amelia dan mengusap surai Amelia.Terlihat putriku sangat nyaman

    Last Updated : 2023-03-30
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   167. Sidang 3

    Langit yang penuh kilau bintang kini berganti menjadi langit jingga yang cerah, embun menetes dengan indahnya lewat daun-daun, kicauan burung pun ikut serta menyambut hari bersama mentari. Sinarnya mampu membuatku tersenyum dan mengucap syukur atas anugerah Tuhan. Aku lirik jam di nakas, masih pukul jam lima lewat lima belas menit, aku harus segera bergegas bersiap-siap untuk ke pengadilan, ya hari ini adalah hari di mana sidang ketigaku akan dilaksanakan.Tadinya jadwal sidang itu pukul sepuluh pagi, akan tetapi dimajukan menjadi pukul delapan, entah karena alasan apa. Aku pergi mandi, berganti pakaian, lalu berdandan formal, setelah itu aku pergi berangkat, tak lupa aku berpamitan pada Frans dan Irene lewat ponsel, sebab sepertinya sepasang kekasih itu masih terlelap di kasur masing-masing.Aku pergi menggunakan angkutan umum, selain karena masih pagi jam juga masih menunjukkan pukul enam lewat dua puluh lima menit, jalanan juga belum padat, jadi aku lebih memilih angkutan umum, men

    Last Updated : 2023-03-31
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   168. Sidang ke 3 Bagian 2

    Keningku mengerut, ada apa dengan pengacaraku kali ini? Apa dia juga kepincut Rowena? Lalu dia mau merebut Rowena dari Mas Jasen? Ah, bodoh kamu Annasta! Aku memukul pelan dahiku. Akibat Rowena merebut Mas Jasen, aku jadi berpikir yang tidak-tidak.“Ibu kenapa?” tanya pengacaraku heran.“Hah? Tidak,” kataku lalu tertawa kecil, “aku tadi tiba-tiba saja berpikir bahwa Anda menyukai si rubah.”“Saya?” tanya pengacaraku mengulang kembali pernyataan yang aku ajukan. Aku mengangguk mengiyakan, pengacaraku tertawa lalu berujar, “Saya tidak mungkin menyukai wanita yang telah merebut kebahagiaan klien saya. Lagi pula saya sudah tua dan punya anak dan istri, tidak mungkin saya menyukai wanita lain. Ibu ini ada-ada saja.” Ia tertawa kecil mendengar penuturanku tadi.Benar juga, hanya laki-laki pengecut yang akan menyukai wanita lain di belakang istrinya, apalagi sampai menikah secara diam-diam. Aku tersenyum miris kembali. “Mereka sepertinya telah menyiapkan sesuatu,” kataku melihat kembali Ma

    Last Updated : 2023-03-31
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   169. Semakin Panas

    Waktu telah menunjukkan pukul delapan lewat dua menit, kami pun dipanggil untuk melakukan persidangan. Aku bersama pengacaraku duduk di kanan karena kami penggugat dan Mas Jasen berserta pengacaranya di kiri sebagai tergugat. Hakim agung dan hakim anggota belum masuk ke ruang persidangan, sembari menunggu aku dan pengacara terus membicarakan tentang argumen apa saja yang dapat aku ajukan atau boleh aku ajukan."Mengapa aku jadi gemetaran?" lirihku."Tenang Ibu Ann!" ucap pengacaraku.Suara pemberitahuan jika hakim datang pun terdengar, para saksi, pengacara, aku, dan seluruh orang di ruangan berdiri, memberikan hormat lalu duduk setelah hakim agung duduk dan mempersilakan kami.Sidang pun dimulai dengan hakim agung memberikan beberapa kalimat lalu mengetuk palu selama tiga ketukan.Sesuai dengan apa yang pengacaraku katakan, sidang diawali dengan hakim memberikan izin padaku dan Mas Jasen untuk mengajukan argumen. Hakim lebih dahulu mempersilakan pada Mas Jasen untuk memberikan argume

    Last Updated : 2023-03-31
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   170. Kegilaan Rowena

    Cukup lama aku menunggu keputusan hakim, hingga akhirnya suara interupsi terdengar. Hakim agung akan memberikan keputusannya. Kusiapkan hati dan pendengaranku. Selalu kupanjatkan doa disetiap napasku untuk mendapatkan hak asuh kamu, Amel. Bunda tidak rela jika kamu diasuh lagi oleh wanita rubah itu. Kutatap jajaran meja para hakim.“Dari seluruh bukti dan argumen dari kedua belah pihak maka kami memberikan dua keputusan sidang, poin yang pertama adalah sidang gugatan atas perceraian yang diajukan saudari Annasta pada tergugat, yaitu saudara Jasen kami setujui!” putus hakim agung lalu mengetuk palu dua ketukan sebagai tanda sahnya keputusan.Aku langsung bersorak riang dalam hati dan mengucapkan syukur pada Tuhan. “Akhirnya kita berhasil!” kataku dengan riang pada pengacara.“Iya Bu, alhamdulillah semoga setelah ini keputusan dari hakim akan memuaskan. Lagi Bu, ingat apa yang saya katakan sebelum sidang dimulai, jika ada yang ....”“Kurang tepat untuk saya maka saya boleh mengajukan ba

    Last Updated : 2023-03-31
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   171. Inginnya Yoga

    Namun, tetap saja apa pun alasannya, perselingkuhan tidaklah dibenarkan apalagi sampai punya anak. Memang sah secara agama bagi mereka, tetapi tanpa persetujuan lahir dan batin dari istri pertama apa itu masih bisa dikatakan sah?Tidak. Sama sekali tidak. Kualihkan pandanganku pada sosok laki-laki yang kini telah resmi menjadi mantan suamiku. Kulihat sorot mata Mas Jasen terlihat kecewa, aku yakin itu pasti karena keputusan hakim yang menyerahkan seluruh hak asuh anak padaku secara mutlak. Ia tidak akan lagi bisa bersama dengan putra kami Yoga jika itu terjadi, aku tahu Mas Jasen sangat menginginkan Yoga untuk menjadi penerusnya. Tenang saja Mas, aku tidak akan membiarkan hak anak-anakku jatuh ke tangan istri mudamu itu, ah, istri siri. Sekarang kamu tak lagi punya istri tua. Semoga kamu bisa bahagia bersama wanita pilihan kamu, Jasen. “Harap tenang, persidangan masih belum selesai!” tegur hakim agung.Rowena kembali duduk pada tempatnya, aku pun memberitahukan pada pengacara jika a

    Last Updated : 2023-03-31
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   172. Mengamuk

    "Baiklah, sesuai hasil keputusan hari ini yaitu terkabulnya gugatan dari Saudari Annasta dan has asuh atas putri Amelia pada saudari Annasta, maka sidang hari ini saya tutup," kata Hakim Agung diakhiri dengan ketukan palu.Semua pengunjung bertepuk tangan, aku melihat senyum kepuasan yang muncul di bibir Yoga. Lelaki muda itu berjalan menuju ke arahku, lalu mendekapku erat. Kuusap punggungnya dengan pelan."Jaga diri kamu baik-baik, Le. Jangan lupa ibadah dan sedekah kamu, Sayang!" pesanku pada Yoga."Siap, Bunda. Yoga akan ingat selalu pesan ini. Yoga juga ada satu permintaan!" ucap Yoga."Apa, Sayang?" "Yoga pinta tunggu Yoga nanti di depan toko Bunda. Suatu saat Yoga akan datang temui Bunda tercinta dengan hasil yang membanggakan!" ucapnya.Aku tersenyum dan mengangguk setuju. Lalu kutangkupkan kedua tanganku dan menegadahkan wajah tampan itu. Kuciumi pipi putraku lalu kubawa dalam dekapanku sambil aku bisikan dua kalimat syahadat."Selamat tinggal, Sayang. Bunda tunggu kehadiranm

    Last Updated : 2023-03-31

Latest chapter

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   177. 10 Tahun Kemudian

    Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   176. Menunggu Bis

    "Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   175. Sosok Itu

    Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status