Pelayan itu kembali bersuara dengan lirih bergumam, "Saya harus mendapatkan seekor sapi." Bellion sangat senang dengan makanan yang akan segera dimakan dan dengan patuh bergerak saat pelayannya menarik.
Isidore mengambil langkah dan mengamati sekelilingnya dengan cepat.
Dia tidak bisa melihat wajah satu orang pun. Dia adalah orang yang tidak akan pernah jatuh ke posisi ini di mana dia bisa mengingatkan orang-orang di sekitarnya tentang posisinya tanpa banyak usaha.
'Ada yang salah.'
Isidore bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Seolah merasakan memang ada sesuatu yang salah. Atau lebih tepatnya ada sesuatu yang kurang?
"Hemm sudahlah mungkin hanya perasaanku saja," gumam Isidore lagi dengan lirih.
"Yang Mulia, apa ada yang mengganggu Anda?" Versus—salah satu ajudannya, bertanya seolah melihat ada hal yang salah dengan Rajanya.
"Tidak, lupakan!" sahut Isidore datar.
Verus berdiri berdampingan dengan sang Raja, yang sedang mengiringi dan melayaninya. Para pelayan yang lain juga ikut melekat pada ajudan Raja yang memasuki Istana Kerajaan seperti ekor.
"Saya senang melihat Yang Mulia kembali dengan selamat," gumam Versus yang kembali memulai percakapan. Versus memang tak mengikuti Isidore untuk melakukan tugas ke luar Kerajaan saat itu.
"Pertemuannya satu jam kemudian!" Suara bariton Isidore menggema di sepanjang lorong dengan rendah. Bagai titah absolute yang langsung diketahui oleh Versus.
"Baik, Yang Mulia. Perintah panggilan dikeluarkan!" sigap Versus kemudian.
"Bagaimana dengan memperjuangkan upah per jam?" tanya Isidore tentang beberapa masalah yang terjadi sebelumnya.
"Tidak ada yang lain. Ada pesan dari Kaisar Kharon, tapi sepertinya itu permintaan seremonial karena musim kemarau akan segera berakhir."
"Mungkin kau merasakan sesuatu. Aku tidak berpikir musim ini akan menjadi tidak biasa," gumam Isidore dengan mata tajam penuh telisik, melirik ke arah Versus.
"Maaf, Yang Mulia, tetapi ... apa yang terjadi?" Jelas ada yang aneh akan hal itu. Versus sadar atasnya.
Mendapati reaksi yang cekatan itu, pun membuat Isidore tersenyum dengan tipis dan miring. "Mmm, aku senang kita membicarakan detailnya di pertemuan itu dan tidak banyak yang terjadi sementara itu."
Mulut Verus, yang tersenyum tipis, menegang sejenak. Tapi dia dengan cepat mengatur ekspresinya.
"Saya akan memberitahu semua orang sebelumnya, Yang Mulia. Item utama dalam agenda akan memperkuat pertahanan tembok. Saya akan kembali dan bersiap-siap!" Versus memang sangat peka dan cekatan.
Isidore pun langsung mengangguk. Verus berhenti dan menundukkan kepalanya. Ketika Verus mendongak tak lama kemudian, dia hanya bisa melihat bagian belakang pelayan Raja terakhir mengikuti sang Raja.
Versus pun menghela nafas lega. Setiap kali Raja pergi ke padang gurun, dia selalu mendelegasikan kekuasaan penuh kepada Verus. Keyakinan Raja yang mendalam sangat menghancurkan, tetapi beban itu tak terlukiskan.
"Saya akan memberitahu Anda nanti, Yang Mulia," gumam Versus pelan.
Dia menerima permintaan mantan Jenderal untuk menunda laporan untuk sementara waktu. Kalau dipikir-pikir, tidak apa-apa untuk menunda laporan selama satu atau dua hari yang akan menambah kelelahan raja. Untungnya, Ratu yang hilang kembali tanpa cedera.
'Yah. Apakah itu hal yang baik? Mungkin lebih baik Ratu Kerajaan ini menghilang begitu saja.'
Verus bergumam mencibir. Senyum kebiasaan menghilang dari wajahnya. Mengingat wanita yang telah menjungkirbalikkan Kerajaan Deimos selama beberapa hari terakhir membuatnya merasa kesal.
"Kenapa kamu melakukan itu?" gumam Versus mengingat sang Ratu.
Kasus hilangnya Ratu belum dijawab dalam satu pertanyaan kecuali bahwa dia telah kembali. Dia bahkan tidak bisa menghukum Ratu, jadi dia hanya memutar perutnya.
Dia membenci Ratu. Bukannya Versus tidak menyukainya sejak awal. Pada hari pernikahan nasional, Versus dengan senang hati hadir dan dengan tulus berharap mereka berdua—pasangan Raja dan Ratu—itu untuk masa depan.
Namun, seiring berjalannya waktu, ketika dia mengetahui sifat asli Ratu, dia menjadi semakin jijik padanya. Ratu adalah tipe manusia yang sangat dia benci. Mereka hanya menikmati kekuasaan, tidak bertanggung jawab, dan meninggalkan kewajiban mereka.
'Yang Mulia, jadi masih baik-baik saja. Lalu apa yang akan Anda lakukan untuk kedepannya?'
Versus senang Ratu tidak pergi ke pemerintah nasional. Tetap saja, dia tidak bisa menghilangkan intuisinya bahwa atau itu kehadiran Ratu akan membahayakan Raja dan Kerajaan.
* * *
Seperti biasa ketika dia kembali dari gurun, Isidore berencana untuk mengganti pakaiannya, istirahat sebentar, dan kemudian langsung pergi ke aula pertemuan.
Dia berhenti begitu dia memasuki kamar tidur. Wanita yang berkulit putih dengan fisik menggairahkan tersenyum lembut dan membungkuk dalam-dalam.
Setelah menatap wanita itu sejenak, Isidore melangkah mundur. Dia berdiri di tempat yang tepat, lengannya terentang ke samping. Petugas ditempatkan di sekitar Raja, dengan cepat menanggalkan baju besi, kaki, dada, dan bagian lain dari baju besi di bagian masing-masing.
"Apakah Anda di sana, Yang Mulia? Apakah Anda tidak memiliki memar?" tanya seseorang pada Isidore, wanita berkulit putih itu.
"Verus berbohong padaku. Dia bilang tidak ada yang istimewa terjadi di Istana." Intuisi Isidore memang selalu tajam
"Yang Mulia benar. Kesulitan dilakukan oleh Yang Mulia, yang telah menempuh jalan yang sulit. Apa yang akan terjadi pada kita yang ada di sini dalam damai."
"Jadi, kenapa kamu ada di sini?"
Mata biru, lebih jelas dari warna rambut birunya, menatap wanita tua itu.
Wanita itu, Yessa, tersenyum dan dengan lembut melewati tatapan raja. Mungkin tidak ada seorang pun di Kerajaan yang memperlakukan Raja sesantai dia.
Yessa adalah pelayan pribadi Raja dan pernah menjadi kepala pelayan kerajaan. Tidak hanya itu, dia juga mengambil alih kursi Ratu yang kosong dan mengambil alih istana Kerajaan untuk waktu yang lama.
Dia adalah wanita yang kuat sebanding dengan Raja Isidore. Tapi dia tidak pernah menggunakan kekuatannya secara pribadi. Dan setelah Raja menikah dan menerima Ratu, dia turun tahta.
Karena kehadirannya akan menjadi beban bagi Ratu. Terlepas dari kekuatan di sekitarnya, bahkan Dibujuk oleh Isidore sendiri, Yessa menolak. Itu karena jelas kalau Ratu tak mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya!
Setelah itu, Yessa tidak pergi ke garis depan. Dia tetap diam, seolah-olah dia tidak bersosialisasi. Jadi penampilan Yessa yang tidak diumumkan tidak biasa. Jika dia hanya bermaksud untuk menyapa, dia akan memilih hari lain dan diam-diam meminta salam.
"Yang mulia. Anda mudah tersinggung. Ini benar-benar bukan masalah besar."
Isidore mendengus pelan. Betapa sulitnya menempatkan Yessa di depannya, dan kanselir penerus yang seharusnya ada di sini bahkan tidak menunjukkan hidungnya.
"Katakan padaku, ada apa!" titah Isidore.
Kata Yessa, melirik Raja. "Ratu......."
Isidore mendecakkan lidahnya.
"Kamu sudah diam untuk sementara waktu, dan sekarang melupakannya. Siapa yang mati kali ini?" decak Isidore dengan jengah tercampur marah, tertuju pada sosok Ratu yang diingatnya.
Mata Yessa membelalak mendengarkan penuturan dari sang Raja yang tampak kesal saat ini. "Yang mulia. Jika Anda bilang begitu ...," gumamnya lirih sedikit penunjukkan raut khawatir. "Aku tidak bicara omong kosong tentang hal itu, Yessa, jadi apa yang kamu khawatirkan?" Nampaknya Isidore tak setuju dengan Yessa yang seolah menunjukkan kekhawatirannya yang sia-sia. "Yang mulia ... Ratu yang sedikit keras," gumam Yessa lagi, menekankan kalau dia mencoba untuk memahami sang Ratu. "Ck! Kasar yang biasa membuat kematian orang tiap kali ia marah?" sahut Isidore dengan tatapan yang tajam. "Itu tetap akan berlanjut jika aku memaklumi hal itu!" Isidore bergumam kesal. Jumlah abdi dalem yang terbunuh oleh hukuman fisik Ratu cukup besar. Ada alasan untuk hukuman, tetapi dalam pandangan Isidore, tidak ada yang melakukan dosa berat yang pantas mendapatkan hukuman hingga membuat mereka kehilangan nyawa. Ratu sungguh sudah sangat kelewatan! Para pengamat menenangkan Raja dan mencoba untuk memaham
Mariane Vandes yang kini telah merasuki tubuh Ratu terkejam sepanjang sejarah Kerajaan Deimos, seolah sudah menyatu dengan kenyataan yang terjadi. Ini semua bukan mimpi dan bukan khayalan konyol di siang hari. Mariane benar-benar sudah menjadi seorang Ratu Kerajaan Deimos, Eudora Circe. Tentu itu bukan hal yang baik! Setelah mendengar kabar terbaru bahwa Sang Raja telah kembali, Eudora tak bisa menikmati waktu dengan tenang. Seperti saat ini, Eudora sudah cukup lama hanya bolak-balik ke sana kemari dengan menggigit kecil kuku ibu jarinya. Wajahnya yang terdistorsi dengan ketidak tenangan menjadi objek yang jelas. "Raja telah kembali ... Raja ...," gumam Eudora lirih. "Raja Isidore, pria kejam yang menjadi suami Eudora Circe. Pria yang tak lain adalah malaikat maut Eudora. Malaikat maut diriku saat ini!" Seketika ia langsung menghentikan langkah kakinya. Wajahnya bahkan mungkin sudah sangat masam penuh penekanan yang rumit. Dengan pucat dan lesu, ia pun memusatkan pandangannya ke
Rasanya saat ini Eudora ingin meledakkan kekesalannya. Bahkan bibirnya mungkin sudah berkedut akibat menahan amarah. Tetapi dia tidak sebodoh itu!'Aku tak bisa menyerang Raja maut ini dan memakainya begitu saja, bukan? Aku akan langsung mati kalau aku sampai sebodoh itu!' batin Eudora sembari menyunggingkan senyuman simetris dengan terpaksa."Hahaha ... apa yang Anda maksud, Yang Mulia? Memangnya apa yang akan saya lakukan? Saya tidak melakukan rencana kotor apapun itu!" kekeh Eudora yang mencoba untuk terlihat tidak terganggu sedikitpun.Tetapi nyatanya hal itu tidak membuat sang Raja mengendurkan urat tajam tatapannya yang mengunci Eudora. Bahkan tatapannya semakin mendominasi dengan begitu diktator."Ratu," panggil Isidore dengan sangat dingin. Ia juga semakin mengikis jarak yang sudah tipis itu di antara mereka berdua.Menekan Eudora dengan aura dinginnya. Serasa melahap semua udara yang ada. "—hanya karena kau menjadi Ratu di Kerajaanku, bukan berarti semua hal yang ada di tanah
"Ini tidak bisa dibiarkan terus seperti ini! Bahkan Kekaisaran tidak mengirimkan bantuan apapun kepada kita!""Apa yang dikatakan oleh Marquise benar, Baginda. Kita harus melayang protes kepada Baginda Kaisar! Bukankah kita sudah menyetujui pernikahan antar Kerajaan yang diatur oleh Baginda Kaisar sendiri? Tetapi sampai detik ini, setelah satu tahun pernikahan itu dilangsungkan, janji yang diberikan mereka kepada kita belum kita terima!""Ini sangat tidak adil, Yang Mulia. Mereka sudah mengingkari perjanjian pernikahan yang ada!""Ck! Bahkan selama kita melakukan pembasmian monster, mereka tidak mengirimkan bantuan apapun!"Perdebatan yang keras antar para senor pemerintahan Kerajaan Deimos menjadi begitu panas. Segala luapan amarah mereka tunjukan dalam bentuk protes kepada Raja Isidore yang kini duduk di kursi kebesarannya di ruang rapat parlemen.Hari ini adalah hari di mana Isidore dan pasukannya baru saja kembali dalam perburuan monster di ujung utara Benua, selama satu tahun lam
Sang ufuk langit yang dengan paksa melakukan kudeta kepada Mentari, kini dengan bangga menaikkan sang Rembulan untuk naik ke atas tahta. Membuat langit yang tadinya biru dan bercahaya, menjadi gelap dan dingin."Yang Mulia, waktu makan malam sudah siap. Yang Mulia Raja telah menunggu Anda."Salah satu maid yang tadi menemui Eudora dan memberitahukan perihal undangan makan malam sang Raja, telah kembali untuk mengatakan sebuah kabar.Eudora tentu saja sudah sangat siap, secara penampilan. Tetapi secara batin? Rasanya ia ingin kabur sekarang juga!"Benarkah?" beo Eudora sembari menoleh ke belakang—di mana dia sedang berdiam diri di balkon kamarnya sembari memandangi langit malam yang sangat indah. Sebuah langit yang tak pernah ia lihat sebelumnya, penuh bintang seperti lukisan angkasa."Benar, Yang Mulia," jawab Tily—nama maid yang sering mengabari sesuatu ke Eudora. Maid yang seperti gadis kecil ketakutan. Sepertinya Tily adalah maid baru, para maid lainnya tak menunjukkan raut ketakut
"Bukankah dia Mariane?""Ah, jika yang kau maksud adalah Mariane, anak haram yang menjadi perusak rumah tangga orang dan suka menggoda banyak pria ... maka kau benar. Ya, itu adalah wanita tak tahu malu yang kau maksud itu!""Ck! Aku rasa dia tidak secantik itu. Tetapi kenapa bahkan sampai banyak pria yang mengejar-ngejarnya?""Wanita yang lahir dengan cara yang tidak benar, tentu saja akan berakhir dengan tidak benar juga!""Menjijikan."Itu semua bukanlah kata-kata baru yang didengarkan oleh Mariane. Hampir seluruh hidupnya ia selalu mendengar hal itu, sedari kecil.Tidak seperti pertama kali mendengarnya, di umurnya yang sudah menginjak lebih 20 tahun ini Mariane tidak merasakan perasaan apapun saat mendengar segala macam umpatan dan bisikan tak menyenangkan tentang dirinya.Bahkan rasanya ia sudah sangat bosan untuk mendengar semua itu.'Sungguh, tak adakah kata-kata lain yang lebih kreatif dari semua itu? Sungguh membosankan!' Mariane yang tampak tak berpengaruh apapun atas semua
Tidak seperti Kerajaan lain, Kerajaan Deimos memiliki beberapa gelar kehormatan. Salah satunya adalah Yessa yang berarti wanita mulia. Dan gelar itu diberikan kepada Asteria Ternis, sang protagonis cerita ini."Yang Mulia ...," gumam Asteria sembari menatap sendu Isidore.Seolah merasa tak enak hati, Asteria melirik tipis-tipis sang Ratu yang memilih asik untuk makan hidangan miliknya sendiri."Makanlah yang banyak, Yessa!" titah Isidore sekali lagi. Dengan pelafalan dan penekanan yang jelas.Eudora pun tersenyum kecut dengan sangat tipis.'Benar-benar membosankan!' batin Eudora dalam hati. 'Aku tak tahu kalau aku akan mengalami kehidupan yang mematikan seperti ini tetapi juga sangat membosankan. Bagaimana bisa aku harus hidup lagi di takdir sialan seperti ini!'Sungguh demi apapun, Eudora rasanya ingin memaki Dewa sekarang juga.Takdir kehidupan keduanya adalah takdir dari yang paling buruk. Bukan hanya karena dia akan menjadi penjahat kejam yang mati dengan sangat mengenaskan, tetap
Seketika Eudora langsung terkesiap kaget. Ia langsung memutar badannya untuk melihat ke arah sumber suara.Suara bariton yang berat, tentu saja ia bisa menebak suara siapa itu.Itu adalah suara sang Raja. Isidore!"Ya-Yang Mulia?" beo Eudora yang semakin tertegun melihat Raja ada di hadapannya saat ini.'Tu-tunggu dulu! Tetapi ... kenapa dia ada di sini? Di kamarku? Kamar Eudora! Ratu jahat dan wanita yang dibenci pemeran utama pria!' batin Eudora yang semakin tersesat dari akal sehat.Tidak seperti Eudora yang menampilkan wajah yang terdistorsi, Isidore justru semakin menatap Eudora dengan sangat dingin. Mengunci dengan begitu erat, seolah ingin menancapkan cakarnya."Ternyata benar—" Suara berat yang mampu membuat siapapun menggigil. "—kalau kau memang memiliki rencana yang kau sembunyikan, bukan?"Isidore berjalan mengikis jarak antar keduanya. Langkah demi langkah seperti meninggalkan jejak ketegangan yang mencekik. Aura biru yang dingin sedingin kutub utara."A-apa yang Anda maks
Rasanya waktu benar-benar berhenti.Bukan karena Eudora yang terpaku dan terhanyut oleh pernyataan Isidore, si Raja kematiannya itu, untuk mengajak berkencan. Tetapi karena ia seperti mendengar keputusan hukuman mati untuknya!Tetapi pada akhirnya ia tak bisa menolak permintaan Raja, bukan? Dia masih ingin hidup lebih panjang!'Sebenarnya apa yang dilakukan oleh malaikat maut ini? Kenapa dia tiba-tiba menginginkan permintaan konyol? Berkencan? Sungguh konyol!' batin Eudora dengan hati yang was-was.Ia kini sedang berjalan beriringan dengan malaikat mautnya sendiri. Di tengah malam dan udara yang semakin dingin. Bukankah ini waktu yang pas bagi malaikat maut untuk turun ke bumi dan membunuh manusia?"Aku rasa saat ini wajahku benar-benar akan berlubang jika kau terus menatapku seperti itu, Ratu!" ucap Isidore dengan pandangan yang masih lurus ke depan.Tanpa melihat ke arah samping pun, Isidore bisa mengetahui kalau saat ini Ratunya itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. Seperti in
Pada akhirnya Isidore harus kalah dengan desakan ajudan setianya. Entah atas dasar apa dan kenapa ia mengikuti saran Versus, tetapi kali ini ia benar-benar sudah keluar dari istana dan menuju ke bazar malam pusat kota.Tentu saja Isidore keluar dengan menyamar. Menggunakan tudung warna gelap yang menutupi rambut birunya—rambut yang merupakan ciri-ciri keluarga Kerajaan.Isidore melirik ke arah ajudannya yang sedang mengawalnya juga itu. Versus berjalan dengan wajah berseri karena sarannya dikabulkan oleh Isidore. "Apa kau benar-benar sesenang itu, Versus?""Tentu saja, Yang Mulia! Dengan Yessa yang tak lagi marah kepada Anda, maka harapan semua orang akan terkabul!" seru Versus penuh kegembiraan di wajahnya.Isidore, dia hanya bisa mendengus berat sembari memutar bola matanya dengan jengah.Tanpa menanggapi serius Versus yang sedang kegembiraan sendiri seperti melihat kedua orang tuanya akur setelah bertengkar hebat, Isidore pun memikirkan satu hal yang tampak cemerlang. Cara agar dia
Keluar? Dari istana dan pergi ke pusat kota untuk menghadiri bazar malam?Eudora tak mendengar hal semacam itu selama tinggal di dunia ini. Tidak, tetapi ia juga tak pernah menikmati hal-hal seperti itu waktu dia menjadi Mariane dulu. Hidupnya terlalu monoton dan membosankan. Sedangkan sekarang hidupnya terlalu ekstrim!Tetapi, setidaknya ia ingin menikmati itu meski hanya sekali."Apakah tak apa?" gumam Eudora dengan ragu. Menatap Tily dengan tatapan penuh harap namun juga penekanan pada hasrat untuk diri sendiri."Aku bukan berada di dalam situasi yang bisa berpergian santai seperti itu, Tily!" Eudora menghela napasnya dengan pendek dan berat. Menikmati malam indah dengan suasana bazar seperti negeri dongeng, tentu saja karakter seperti Eudora tak akan pernah bisa menikmati hal-hal seperti itu. Jadi dia tak akan memikirkan tentang harapan itu.Eudora—Mariane—mengingat satu adegan yang ia tulis di lembaran cerita 'The King Lovers' miliknya ini. Yaitu saat sang heroine sedang berkenc
Menatap ke arah Versus, menatapnya dengan intens sembari menaikkan tipis sudut alisnya. "Kenapa kau berpikir aku memikirkan Yessa?""Bukankah karena itu konsentrasi Anda cukup terganggu saat ini, Yang Mulia?" tanya langsung Versus sembari mengerutkan dahi. "Itu karena Yessa adalah kekasih Anda," imbuhnya lagi.Tak ada yang tidak tahu di seluruh negara ini kalau Yessa adalah satu-satunya wanita yang sangat penting bagi Raja. Dia adalah kekasih sang Raja! Wanita yang disayangi Raja, Asteria Ternin. Dan itu adalah rahasia umum yang sudah diketahui semua orang.Tak terkecuali Versus yang tahu akan hal itu. Tetapi, baru-baru ini terjadi ketidakseimbangan di istana dalam. Di mana banyak sekali hal-hal yang menyebar tanpa bisa dikendalikan. Rumor yang sangat panas bagai virus yang mematikan.Dan rumor itu adalah tentang Ratu dan Raja. Terutama sang Ratu.Ratu yang berselingkuh dengan membawa pria lain ke dalam kamarnya tepat di malam penyambutan atas kepulangan sang Raja. Ratu yang marah te
Dalam keadaan berbalik, seperti kapal yang dibalik dengan tangan kosong begitu mudahnya dalam semalam, kini rumor yang beredar pun juga membalik seluruh keadaan.Tak hanya itu, tetapi apa yang terjadi juga membuat seluruh istana seperti sedang kebakaran. Begitu bising dan kacau dalam kesenyapan yang dingin.'Sang Raja telah bermalam dengan Ratu!'Hotline paling panas dan mampu membakar keadaan yang ada.Yap. Semua orang kini membicarakan tentang topik itu. Bahwa Raja Deimos telah menghampiri ke kamar Ratu untuk bermalam. Pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Itu adalah malam penyempurnaan pernikahan Raja dan Ratu!"Bagaimana bisa Raja bermalam dengan Ratu? Lalu bagaimana dengan rumor tentang Ratu yang membawa seorang pria masuk ke dalam kamarnya pada saat malam perjamuan atas kembalinya sang Raja?" bisik-bisik seseorang. "Apakah Raja akan melupakan perselingkuhan yang dilakukan Ratu?""Aku yakin pasti Ratu melakukan sesuatu sehingga membuat Raja mau datang ke kamarnya
Sekali lagi. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya. Entah percikan apa yang memicu amarah Isidore, Raja Deimos itu, tetapi sekarang dia benar-benar seperti sedang kesetanan. Setiap gerakannya yang ditujukan kepada Eudora sangat kasar dan deduktif. Begitu profokatif seperti sumbu ledakan emosi yang sedang dengan paksa ia perkusi. Itulah yang dirasakan Eudora saat Isidore menggagahinya dengan cara yang paling brutal. Sebenarnya atas apa dia merasa begitu buru-buru dan sangat marah?! Eudora masih begitu kesulitan untuk menjangkau jawaban itu. Karena sampai apapun ia membongkar semua yang terjadi dan mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun, Eudora tak bisa menemukan jawaban atas apa alasan Isidore sangat marah padanya hingga menumpahi dirinya dengan gelombang percintaan yang panas. Itu sangat tidak make sense! Isidore, dia adalah pria yang ditakdirkan sebagai pemeran utama laki-laki di dunia ini. Dia adalah center dan titik utama atas segala sorotan yang ada, bersama dengan sang pem
"!!"Lagi-lagi pernyataan yang sangat vulgar!Tentu saja Eudora sudah seperti tomat rebus saat ini. Di mana tatapan cabul penuh sarkasme yang ia terima membuat Eudora semakin merasa tubuhnya sangat panas."Aku tak tahu kalau ternyata Ratu memang secabul ini," decak Isidore lagi. Lalu ia mulai melepaskan cengkramannya dari tangan Eudora. "Kau hanya perlu memanggilku, Ratu, kalau kau memang sangat menginginkan sentuhan pria."Masih mengungkung Eudora dan memenjarakannya di bawah kedua kakinya. Isidore tak melepaskan tatapan tajamnya untuk itu. Lalu dengan pergerakan yang jelas, ia mulai menanggalkan lilitan kain yang ada di tubuhnya sendiri.Eudora hanya bisa terdiam. Meski belenggu tangan yang menguncinya sudah terlepas, entah kenapa rasanya ia masih terpenjara tanpa bisa bergerak sedikitpun."Hah! Lantas ... apakah kau akan datang padaku, Raja?" Kali ini Eudora seperti ingin meludahi wajah Isidore."Aku sangat tahu betul apa yang kau lihat dariku!" cercanya sembari mendecak sinis. "Ko
Dengan sigap, Isidore mengunci tubuh Eudora.Menekan pinggangnya dengan begitu posesif dan juga menangkup tengkuk leher Eudora. Isidore seolah tak membuat celah agar Ratunya itu tidak bisa melarikan diri. Ciuman yang kasar dan mendominasi, begitu kuat dan liar."Ugh ... st-stop—emhh ...!!"Eudora tentu sekuat tenaga ingin mendorong dengan kasar tubuh pria yang tiba-tiba menyerangnya itu. Tetapi sekali lagi, kekuatannya tak memiliki proporsi yang pas agar bisa mendorong tubuh Isidore.Bahkan semakin Eudora memberontak, Isidore semakin mengunci dan memperdalam ciumannya.Netra emas berkilauan milik Eudora terbuka. Menatap lurus ke arah pria yang menciumnya itu. Di mana pria itu sedang menutup mata. Tanpa ampun, Eudora menggigit bibir Isidore."!!""Fuck!" umpat Isidore kesakitan.Baru kali ini ia langsung bisa terlepas dari ciuman gila Raja mautnya. Tentu saja tatapannya sudah bengis ke arah Isidore. Mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangan."Apa yang kau lakukan?!" geram Eud
Gelak tawa Isidore tampak sangat menggema. Seperti gemuruh petir yang membelah langit malam yang dingin saat ini.Isidore tertawa sembari menyugarkan rambutnya ke atas. Menatap tajam Eudora dengan netra birunya yang menyala. Hal itu membuat Eudora tampak merinding dan memasang dinding waspada secara otomatis."Haaahh ...," deru napas Isidore yang terbuang panjang. "Benar. Kau adalah Ratu Kerajaan saat ini."'Ada apa dengannya?' batin Eudora yang semakin dibuat tak paham oleh Isidore.Tetapi seperti belati yang menghunus ke arah jantung musuh, Eudora tak mengendurkan tatapan tajam miliknya. Bahkan ia semakin menguatkan aura amarahnya saat ini.Ya! Eudora marah. Tersinggung bukan main.Dia adalah Ratu. Tak apa jika memang tak dianggap, tetapi bagaimana bisa dia diperlakukan seperti tersangka tadi siang dan sekarang dikurung seperti tahanan. Jika Eudora memang melakukan dosa, maka dengan senang hati ia akan menerima semua ini dengan tangan terbuka dan lapang.Tetapi dia tak melakukan apa