Seorang wanita dengan perlahan membuka matanya. Dia yang sedang berbaring di atas ranjang yang besar dan di tengah-tengah ruangan yang luas. Tirai lembut sedikit transparan, menari-nari akibat angin panas dan sejuk dari luar yang menghantamnya.
Cahaya mentari yang terang, menyelinap masuk tanpa permisi. Membuat sang empunya mata yang baru saja terbuka itu, sedikit merengit. Menutupi netranya yang kesulitan akibat penerimaan cahaya yang terlalu banyak.
Tak lama kemudian, wanita itu pun perlahan mengangkat tubuh bagian atasnya. Tangannya di atas sprei dikubur untuk menopangnya.
Lalu dengan perlahan, wanita itu turun dari ranjang tempatnya tertidur tadi. Ia melihat sekeliling yang ada di sekitarnya. Ia berada di sebuah tenda! Merasa asing, ia pun berjalan dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari tempat ini.
Seketika tepat saat ia berhasil keluar dari tenda, kamar tidur tempatnya berbaring dan membuka mata, ia pun langsung melebarkan bola matanya seketika. Melihat apa yang menjadi pemandangan pertamanya, membuatnya harus membeku di tempat.
Dia bertanya-tanya ketika dia melihat lengan baju berkibar yang menutupi punggung tangannya. Ia tersadar pakaian apa yang sedang ia kenakan saat ini, dan itu adalah pakaian yang tidak dikenal dalam artian pakaian yang sangat asing baginya!
Bahan sutra yang begitu lembut dan mewah. Lilitan design yang cukup asing. Serta permata-permata yang melingkari bagian-bagian tubuhnya. Itu ... itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi pakaian yang biasa ia gunakan.
Tetapi ia mengabaikan itu semua saat ini. Karena sekarang ia sedang termangu bingung dengan panorama yang ada di depannya. Pasir merah yang tertiup angin dan sesekali membelai kulit lembutnya, seperti tamparan nyata yang membuat sadar bahwa kini bukanlah mimpi.
"I-ini ... gurun?" gumamnya lirih.
Hanya ada seringai dengan wajah terdistorsi pucat pasi. Benar-benar gila! Apakah dia terbang ke sisi lain dari dunia?
Rasa gila itu hanya sekilas, seolah-olah naluri bertahan hidupnya yang putus asa telah terbangun, tetapi pikirannya jernih. Dia pun perlahan bangkit dan melihat sekeliling ke segala arah.
Ke mana pun wanita itu melihat, itu adalah ladang pasir dan bukit pasir. Bahkan ia tersentak di bawah sinar matahari yang terik.
Berdiri di sana dengan linglung, dia mulai berjalan. Wanita itu tidak ingin terbakar sampai mati seperti ini, ok?
Tidak lama kemudian dia berhenti. Di kejauhan, sesuatu tampak bergerak. Alisnya berkerut, matanya menegang.
"Apakah itu fatamorgana?" tanyanya pada diri sendiri.
Dia dengan hati-hati mengamati untuk menentukan identitasnya, dan kemudian mundur karena terkejut. Itu menjadi lebih besar dan lebih besar. Seolah tak mau tenggelam dalam fatamorgana yang menggilakan itu, ia pun kembali mendekat. Menelisik apa yang sedang ia lihat dengan seksama.
Dia tegang saat membayangkan hal terburuk bisa saja terjadi padanya. Kulitnya menjadi masam ketika dia berpikir bahwa itu mereka adalah tentara bersenjata yang bergegas masuk dengan hembusan pasir.
Ya! Ada pasukan tentara menyeramkan yang tak jauh dari pandangan matanya. Bahkan hembusan angin dan pasir seperti menunjukkan kekuasaan dari segerombolan itu.
Ia cukup dekat untuk mengenalinya secara kasar. Penunggang kuda, mengenakan helm aneh, berhenti pada jarak tertentu. Orang yang memimpin pasukan itu terlihat melompat dari kudanya.
Pria kekar yang mendekat adalah orang asing. Pria berambut coklat itu lebih mirip orang Eropa daripada orang Timur Tengah.
Pria itu berkata, menekuk satu lutut di lantai dengan ekspresi mematikan di wajahnya.
"Ratu!" sapanya penuh penghormatan.
"!!"
Keterkejutan jelas tercetak jelas di pandangannya.
Mata wanita yang dipanggil 'Ratu' itu pun mengeras dalam ketakutan, melebar. Ini jelas bukan New York tempat ia tinggal! Tapi entah kenapa dia merasa bisa memahaminya secara alami.
Wanita menatapnya dengan berkedip, tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Sedangkan pria yang membungkuk ke arahnya itu, merasa malu dan tersadar atas apa yang aneh.
"Ah, saya mohon maaf, Yang Mulia. Tetapi apakah Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan wajah khawatir.
Wanita itu—dia hanya bisa mengangguk perlahan. Itu yang terbaik atas apa yang bisa dia lakukan sekarang.
* * *
Banyak para ksatria yang saat ini berpatroli di sepanjang tembok tinggi ke arah gurun. Matahari merah menggantung di sepanjang cakrawala di sisi jauh gurun. Cahaya matahari sesaat sebelum terbenam membentang di atas pasir.
Itu dibatasi oleh tembok kota, gurun di satu sisi, dan kota kerajaan di sisi lain. Gurun yang berbatasan dengan kerajaan itu disebut Laut Mati karena tidak bisa diukur sebagai laut.
Pergerakan para ksatria yang berpatroli di atas tembok secara berkala tidak terganggu. Kerajaan Deimos, yang diperintah oleh penguasa gurun yang disebut Raja. Sebuah salah satu Kerajaan dari empat Kerajaan yang berada di bawah Kekaisaran Tikhe, terkenal dengan aturan militernya yang ketat.
Ksatria itu, yang kini sedang menelisik dengan tajam ke arah hamparan pasir di luar tembok kerajaan, semakin menyipitkan pandangannya. Seolah sedang menelaah atas apa yang akan datang padanya.
Debu pasir yang mengalir menuju kastil semakin keras. Ksatria itu pun tersentak.
"Yang Mulia Raja akan kembali!" teriaknya dengan penuh lengkingan. Berkumandang dengan menggelegar.
Teriakan para ksatria itu ditransmisikan dari mulut ke mulut dan langsung dikirim ke pos gerbang kota.
"Buka pintunya!" titah salah seorang ksatria.
Area di sekitar gerbang kota dengan cepat menjadi sibuk. Ada ketegangan dan kegembiraan di wajah para ksatria.
Gerbang batu besar diangkat ke atas. Jadi, untuk membuka pintu, puluhan pria yang cakap harus bergabung. Di antara para ksatria, mereka yang bertubuh baik dan berkekuatan berkumpul di tembok kota dan meraih pegangan katrol yang terhubung ke gerbang.
Sudah hampir sebulan sejak sang Raja mengosongkan Istana. Nyanyian menderu dinaikkan untuk menyambut Tuan yang kembali dari ketidakhadiran yang lama.
"Satu! Dua! Tarik!"
Gerbang batu adalah satu-satunya pintu masuk ke gurun di luar tembok kota. Itu diadakan hanya selama periode tertentu tahun ketika matahari terbit, jika tidak pada acara-acara khusus. Kembalinya keempat raja adalah pengecualian khusus.
Tepat ketika gerbang batu hampir naik, Raja dan pasukannya mencapai tembok. Di dalam gerbang yang terbuka, Raja dan prajuritnya bergegas masuk tanpa melambat.
Jalan lurus menuju dunia batin sudah jelas. Meskipun ada banyak orang sibuk yang datang dan pergi, orang yang lewat yang mendengar berita kembalinya sang Raja dengan cepat minggir dan berjalan.
Alih-alih melirik orang-orang yang bersorak-sorai yang menyambutnya, Raja lewat tanpa perasaan. Tapi tidak ada yang peduli. Sebaliknya, dia membungkuk ke belakang Raja, yang sudah kembali.
"Anda kembali, Yang Mulia!"
"Anda sudah cukup lama meninggalkan istana, Yang Mulia. Bukankah Anda merindukan tempat ini?"
"Sekarang saya bisa tidur dengan nyenyak dengan adanya Anda di Istana. Musim kemarau akan segera berakhir."
"Saya harap tahun ini berlalu tanpa insiden besar sehingga Anda tak lagi meninggalkan Istana, Yang Mulia."
Mereka yang mulai berjalan lagi mulai memberikan sambutan rindu kepada Rajanya dengan kulit yang lebih cerah. Tetapi tak ada satupun perkataan yang membuat sang Raja tertarik untuk sekedar menolehkan pandangannya.
Begitu congkak dan penuh kuasa.
Yeah, dia adalah penguasa dan penjaga Kerajaan Deimos. Tidak ada yang tidak setuju akan hal itu.
* * *
Seorang wanita yang baru-baru ini tersadar akan dirinya yang melintasi dunia lain, itu pun meringkuk di sofa dan menggigit bibirnya dengan gugup. Matanya penuh kelelahan setelah tidak tidur nyenyak selama berhari-hari.
"Eudora Circe ...," gumamnya lirih penuh kegugupan.
"Eudora Circe."
"Sang Ratu."
"Kerajaan Deimos."
Dia mengulangi nama peran yang sekarang ia jalani saat ini. Berulang kali dengan wajah yang terdistorsi.
Nama aslinya adalah Mariane Vandes. Seorang putri haram yang terbuang dari keluarganya. Gadis berusia 25 tahun yang menjalani kehidupan yang memuakkan dan membosankan. Hidup seorang Mariane yang sangat ia benci.
Mariane adalah wanita biasa yang berusia dua puluh lima tahun di tahun ini. Dia adalah seorang pekerja kantoran bergaji tinggi yang hidup dalam kemiskinan. Yeah, sebagai anak haram dari keluarga konglomerat tak serta merta menjadikannya seorang putri. Hidup sebatang kara tanpa kerabat dan tak diakui oleh keluarga sang Ayah maupun Ayahnya sendiri. Tak ada yang istimewa.
Hanya dalam beberapa hari, sesuatu yang luar biasa terjadi. Dia jatuh ke dunia fiksi "King Lovers" yang dia ciptakan, dan dia masuk ke dalam tubuh orang lain. Tubuh dari salah satu tokoh di cerita itu.
"Kenapa aku harus menjadi Eudora Circe?" gumamnya kembali. "Tidak! Tetapi kenapa bisa aku ada di dalam novel yang aku tulis sendiri? Ini ... sangat gila!"
Eudora mau tak mau harus menerima kehidupannya lagi ini di dunia yang sama sekali berbeda dalam semalam. Karena hidup Eudora sangat sulit sehingga dia tidak ingin melihat ke belakang.
Tapi ada masalah serius. Lebih serius dari hidup dan matinya!
Eudora Circe adalah penjahat dalam novel. Itu juga bos penjahat terakhir yang akhirnya dieksekusi atas nama keadilan.
"A-apa yang harus aku lakukan saat ini?" gumam Eudora lagi. "Tidak! A-aku ... menjadi boss penjahat terakhir dalam novelku sendiri?"
Deimos adalah masyarakat yang sangat identik. Dengan demikian, Eudora, Ratu Kerajaan Deimos, berada di puncak piramida kekuasaan setelah Raja.
Tapi apa yang dilakukan seorang Ratu? Pada akhirnya, dia menjadi musuh publik dan ditikam sampai mati oleh suaminya sendiri.
Benar-benar takdir gila di luar nalar! Kehidupannya yang membosankan sebelumnya berubah menjadi kehidupan yang mematikan.
Bukankah ini sinting?
Eudora bangkit dan berjalan ke meja rias. Dia menatap pantulan di cermin. Di mana bayangan wajahnya kini terlihat sangat jelas. Wajah yang sangat asing baginya.Dia semakin menelisik setiap detail wajahnya di dekat cermin lalu mengulurkan tangan untuk melihatnya. Eudora yang kini berada tepat di depan cermin mengulurkan tangan dan menekankan telapak tangannya ke bayangan dirinya yang ada di dalam cermin.Eudora Circe.Eudora mengerutkan alisnya. Bibirnya bergerak-gerak dari sisi ke sisi, lalu dia menjulurkan lidahnya. Pun ia juga membuat berbagai ekspresi tajam dan dingin. Berkerut keras seperti seorang antagonis. Lalu dia memiringkan kepalanya, miring dengan satu tangan di dagunya.Bayangan wanita yang ada di cermin menyalin semua tindakan.Wanita di cermin itu memiliki rambut yang cukup panjang. Rambut hitam lurusnya menjuntai ke pinggangnya. Matanya juga hitam.Itu akrab dengan karakteristik luar dari orang-orang di mana Mariane, jiwa yang menempati tubuh Eudora, dilahirkan dan dib
Pelayan itu kembali bersuara dengan lirih bergumam, "Saya harus mendapatkan seekor sapi." Bellion sangat senang dengan makanan yang akan segera dimakan dan dengan patuh bergerak saat pelayannya menarik. Isidore mengambil langkah dan mengamati sekelilingnya dengan cepat. Dia tidak bisa melihat wajah satu orang pun. Dia adalah orang yang tidak akan pernah jatuh ke posisi ini di mana dia bisa mengingatkan orang-orang di sekitarnya tentang posisinya tanpa banyak usaha. 'Ada yang salah.' Isidore bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Seolah merasakan memang ada sesuatu yang salah. Atau lebih tepatnya ada sesuatu yang kurang? "Hemm sudahlah mungkin hanya perasaanku saja," gumam Isidore lagi dengan lirih. "Yang Mulia, apa ada yang mengganggu Anda?" Versus—salah satu ajudannya, bertanya seolah melihat ada hal yang salah dengan Rajanya. "Tidak, lupakan!" sahut Isidore datar. Verus berdiri berdampingan dengan sang Raja, yang sedang mengiringi dan melayaninya. Para pelayan yang lain juga
Mata Yessa membelalak mendengarkan penuturan dari sang Raja yang tampak kesal saat ini. "Yang mulia. Jika Anda bilang begitu ...," gumamnya lirih sedikit penunjukkan raut khawatir. "Aku tidak bicara omong kosong tentang hal itu, Yessa, jadi apa yang kamu khawatirkan?" Nampaknya Isidore tak setuju dengan Yessa yang seolah menunjukkan kekhawatirannya yang sia-sia. "Yang mulia ... Ratu yang sedikit keras," gumam Yessa lagi, menekankan kalau dia mencoba untuk memahami sang Ratu. "Ck! Kasar yang biasa membuat kematian orang tiap kali ia marah?" sahut Isidore dengan tatapan yang tajam. "Itu tetap akan berlanjut jika aku memaklumi hal itu!" Isidore bergumam kesal. Jumlah abdi dalem yang terbunuh oleh hukuman fisik Ratu cukup besar. Ada alasan untuk hukuman, tetapi dalam pandangan Isidore, tidak ada yang melakukan dosa berat yang pantas mendapatkan hukuman hingga membuat mereka kehilangan nyawa. Ratu sungguh sudah sangat kelewatan! Para pengamat menenangkan Raja dan mencoba untuk memaham
Mariane Vandes yang kini telah merasuki tubuh Ratu terkejam sepanjang sejarah Kerajaan Deimos, seolah sudah menyatu dengan kenyataan yang terjadi. Ini semua bukan mimpi dan bukan khayalan konyol di siang hari. Mariane benar-benar sudah menjadi seorang Ratu Kerajaan Deimos, Eudora Circe. Tentu itu bukan hal yang baik! Setelah mendengar kabar terbaru bahwa Sang Raja telah kembali, Eudora tak bisa menikmati waktu dengan tenang. Seperti saat ini, Eudora sudah cukup lama hanya bolak-balik ke sana kemari dengan menggigit kecil kuku ibu jarinya. Wajahnya yang terdistorsi dengan ketidak tenangan menjadi objek yang jelas. "Raja telah kembali ... Raja ...," gumam Eudora lirih. "Raja Isidore, pria kejam yang menjadi suami Eudora Circe. Pria yang tak lain adalah malaikat maut Eudora. Malaikat maut diriku saat ini!" Seketika ia langsung menghentikan langkah kakinya. Wajahnya bahkan mungkin sudah sangat masam penuh penekanan yang rumit. Dengan pucat dan lesu, ia pun memusatkan pandangannya ke
Rasanya saat ini Eudora ingin meledakkan kekesalannya. Bahkan bibirnya mungkin sudah berkedut akibat menahan amarah. Tetapi dia tidak sebodoh itu!'Aku tak bisa menyerang Raja maut ini dan memakainya begitu saja, bukan? Aku akan langsung mati kalau aku sampai sebodoh itu!' batin Eudora sembari menyunggingkan senyuman simetris dengan terpaksa."Hahaha ... apa yang Anda maksud, Yang Mulia? Memangnya apa yang akan saya lakukan? Saya tidak melakukan rencana kotor apapun itu!" kekeh Eudora yang mencoba untuk terlihat tidak terganggu sedikitpun.Tetapi nyatanya hal itu tidak membuat sang Raja mengendurkan urat tajam tatapannya yang mengunci Eudora. Bahkan tatapannya semakin mendominasi dengan begitu diktator."Ratu," panggil Isidore dengan sangat dingin. Ia juga semakin mengikis jarak yang sudah tipis itu di antara mereka berdua.Menekan Eudora dengan aura dinginnya. Serasa melahap semua udara yang ada. "—hanya karena kau menjadi Ratu di Kerajaanku, bukan berarti semua hal yang ada di tanah
"Ini tidak bisa dibiarkan terus seperti ini! Bahkan Kekaisaran tidak mengirimkan bantuan apapun kepada kita!""Apa yang dikatakan oleh Marquise benar, Baginda. Kita harus melayang protes kepada Baginda Kaisar! Bukankah kita sudah menyetujui pernikahan antar Kerajaan yang diatur oleh Baginda Kaisar sendiri? Tetapi sampai detik ini, setelah satu tahun pernikahan itu dilangsungkan, janji yang diberikan mereka kepada kita belum kita terima!""Ini sangat tidak adil, Yang Mulia. Mereka sudah mengingkari perjanjian pernikahan yang ada!""Ck! Bahkan selama kita melakukan pembasmian monster, mereka tidak mengirimkan bantuan apapun!"Perdebatan yang keras antar para senor pemerintahan Kerajaan Deimos menjadi begitu panas. Segala luapan amarah mereka tunjukan dalam bentuk protes kepada Raja Isidore yang kini duduk di kursi kebesarannya di ruang rapat parlemen.Hari ini adalah hari di mana Isidore dan pasukannya baru saja kembali dalam perburuan monster di ujung utara Benua, selama satu tahun lam
Sang ufuk langit yang dengan paksa melakukan kudeta kepada Mentari, kini dengan bangga menaikkan sang Rembulan untuk naik ke atas tahta. Membuat langit yang tadinya biru dan bercahaya, menjadi gelap dan dingin."Yang Mulia, waktu makan malam sudah siap. Yang Mulia Raja telah menunggu Anda."Salah satu maid yang tadi menemui Eudora dan memberitahukan perihal undangan makan malam sang Raja, telah kembali untuk mengatakan sebuah kabar.Eudora tentu saja sudah sangat siap, secara penampilan. Tetapi secara batin? Rasanya ia ingin kabur sekarang juga!"Benarkah?" beo Eudora sembari menoleh ke belakang—di mana dia sedang berdiam diri di balkon kamarnya sembari memandangi langit malam yang sangat indah. Sebuah langit yang tak pernah ia lihat sebelumnya, penuh bintang seperti lukisan angkasa."Benar, Yang Mulia," jawab Tily—nama maid yang sering mengabari sesuatu ke Eudora. Maid yang seperti gadis kecil ketakutan. Sepertinya Tily adalah maid baru, para maid lainnya tak menunjukkan raut ketakut
"Bukankah dia Mariane?""Ah, jika yang kau maksud adalah Mariane, anak haram yang menjadi perusak rumah tangga orang dan suka menggoda banyak pria ... maka kau benar. Ya, itu adalah wanita tak tahu malu yang kau maksud itu!""Ck! Aku rasa dia tidak secantik itu. Tetapi kenapa bahkan sampai banyak pria yang mengejar-ngejarnya?""Wanita yang lahir dengan cara yang tidak benar, tentu saja akan berakhir dengan tidak benar juga!""Menjijikan."Itu semua bukanlah kata-kata baru yang didengarkan oleh Mariane. Hampir seluruh hidupnya ia selalu mendengar hal itu, sedari kecil.Tidak seperti pertama kali mendengarnya, di umurnya yang sudah menginjak lebih 20 tahun ini Mariane tidak merasakan perasaan apapun saat mendengar segala macam umpatan dan bisikan tak menyenangkan tentang dirinya.Bahkan rasanya ia sudah sangat bosan untuk mendengar semua itu.'Sungguh, tak adakah kata-kata lain yang lebih kreatif dari semua itu? Sungguh membosankan!' Mariane yang tampak tak berpengaruh apapun atas semua
Rasanya waktu benar-benar berhenti.Bukan karena Eudora yang terpaku dan terhanyut oleh pernyataan Isidore, si Raja kematiannya itu, untuk mengajak berkencan. Tetapi karena ia seperti mendengar keputusan hukuman mati untuknya!Tetapi pada akhirnya ia tak bisa menolak permintaan Raja, bukan? Dia masih ingin hidup lebih panjang!'Sebenarnya apa yang dilakukan oleh malaikat maut ini? Kenapa dia tiba-tiba menginginkan permintaan konyol? Berkencan? Sungguh konyol!' batin Eudora dengan hati yang was-was.Ia kini sedang berjalan beriringan dengan malaikat mautnya sendiri. Di tengah malam dan udara yang semakin dingin. Bukankah ini waktu yang pas bagi malaikat maut untuk turun ke bumi dan membunuh manusia?"Aku rasa saat ini wajahku benar-benar akan berlubang jika kau terus menatapku seperti itu, Ratu!" ucap Isidore dengan pandangan yang masih lurus ke depan.Tanpa melihat ke arah samping pun, Isidore bisa mengetahui kalau saat ini Ratunya itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. Seperti in
Pada akhirnya Isidore harus kalah dengan desakan ajudan setianya. Entah atas dasar apa dan kenapa ia mengikuti saran Versus, tetapi kali ini ia benar-benar sudah keluar dari istana dan menuju ke bazar malam pusat kota.Tentu saja Isidore keluar dengan menyamar. Menggunakan tudung warna gelap yang menutupi rambut birunya—rambut yang merupakan ciri-ciri keluarga Kerajaan.Isidore melirik ke arah ajudannya yang sedang mengawalnya juga itu. Versus berjalan dengan wajah berseri karena sarannya dikabulkan oleh Isidore. "Apa kau benar-benar sesenang itu, Versus?""Tentu saja, Yang Mulia! Dengan Yessa yang tak lagi marah kepada Anda, maka harapan semua orang akan terkabul!" seru Versus penuh kegembiraan di wajahnya.Isidore, dia hanya bisa mendengus berat sembari memutar bola matanya dengan jengah.Tanpa menanggapi serius Versus yang sedang kegembiraan sendiri seperti melihat kedua orang tuanya akur setelah bertengkar hebat, Isidore pun memikirkan satu hal yang tampak cemerlang. Cara agar dia
Keluar? Dari istana dan pergi ke pusat kota untuk menghadiri bazar malam?Eudora tak mendengar hal semacam itu selama tinggal di dunia ini. Tidak, tetapi ia juga tak pernah menikmati hal-hal seperti itu waktu dia menjadi Mariane dulu. Hidupnya terlalu monoton dan membosankan. Sedangkan sekarang hidupnya terlalu ekstrim!Tetapi, setidaknya ia ingin menikmati itu meski hanya sekali."Apakah tak apa?" gumam Eudora dengan ragu. Menatap Tily dengan tatapan penuh harap namun juga penekanan pada hasrat untuk diri sendiri."Aku bukan berada di dalam situasi yang bisa berpergian santai seperti itu, Tily!" Eudora menghela napasnya dengan pendek dan berat. Menikmati malam indah dengan suasana bazar seperti negeri dongeng, tentu saja karakter seperti Eudora tak akan pernah bisa menikmati hal-hal seperti itu. Jadi dia tak akan memikirkan tentang harapan itu.Eudora—Mariane—mengingat satu adegan yang ia tulis di lembaran cerita 'The King Lovers' miliknya ini. Yaitu saat sang heroine sedang berkenc
Menatap ke arah Versus, menatapnya dengan intens sembari menaikkan tipis sudut alisnya. "Kenapa kau berpikir aku memikirkan Yessa?""Bukankah karena itu konsentrasi Anda cukup terganggu saat ini, Yang Mulia?" tanya langsung Versus sembari mengerutkan dahi. "Itu karena Yessa adalah kekasih Anda," imbuhnya lagi.Tak ada yang tidak tahu di seluruh negara ini kalau Yessa adalah satu-satunya wanita yang sangat penting bagi Raja. Dia adalah kekasih sang Raja! Wanita yang disayangi Raja, Asteria Ternin. Dan itu adalah rahasia umum yang sudah diketahui semua orang.Tak terkecuali Versus yang tahu akan hal itu. Tetapi, baru-baru ini terjadi ketidakseimbangan di istana dalam. Di mana banyak sekali hal-hal yang menyebar tanpa bisa dikendalikan. Rumor yang sangat panas bagai virus yang mematikan.Dan rumor itu adalah tentang Ratu dan Raja. Terutama sang Ratu.Ratu yang berselingkuh dengan membawa pria lain ke dalam kamarnya tepat di malam penyambutan atas kepulangan sang Raja. Ratu yang marah te
Dalam keadaan berbalik, seperti kapal yang dibalik dengan tangan kosong begitu mudahnya dalam semalam, kini rumor yang beredar pun juga membalik seluruh keadaan.Tak hanya itu, tetapi apa yang terjadi juga membuat seluruh istana seperti sedang kebakaran. Begitu bising dan kacau dalam kesenyapan yang dingin.'Sang Raja telah bermalam dengan Ratu!'Hotline paling panas dan mampu membakar keadaan yang ada.Yap. Semua orang kini membicarakan tentang topik itu. Bahwa Raja Deimos telah menghampiri ke kamar Ratu untuk bermalam. Pertama kalinya mereka melakukan hubungan suami istri. Itu adalah malam penyempurnaan pernikahan Raja dan Ratu!"Bagaimana bisa Raja bermalam dengan Ratu? Lalu bagaimana dengan rumor tentang Ratu yang membawa seorang pria masuk ke dalam kamarnya pada saat malam perjamuan atas kembalinya sang Raja?" bisik-bisik seseorang. "Apakah Raja akan melupakan perselingkuhan yang dilakukan Ratu?""Aku yakin pasti Ratu melakukan sesuatu sehingga membuat Raja mau datang ke kamarnya
Sekali lagi. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya. Entah percikan apa yang memicu amarah Isidore, Raja Deimos itu, tetapi sekarang dia benar-benar seperti sedang kesetanan. Setiap gerakannya yang ditujukan kepada Eudora sangat kasar dan deduktif. Begitu profokatif seperti sumbu ledakan emosi yang sedang dengan paksa ia perkusi. Itulah yang dirasakan Eudora saat Isidore menggagahinya dengan cara yang paling brutal. Sebenarnya atas apa dia merasa begitu buru-buru dan sangat marah?! Eudora masih begitu kesulitan untuk menjangkau jawaban itu. Karena sampai apapun ia membongkar semua yang terjadi dan mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun, Eudora tak bisa menemukan jawaban atas apa alasan Isidore sangat marah padanya hingga menumpahi dirinya dengan gelombang percintaan yang panas. Itu sangat tidak make sense! Isidore, dia adalah pria yang ditakdirkan sebagai pemeran utama laki-laki di dunia ini. Dia adalah center dan titik utama atas segala sorotan yang ada, bersama dengan sang pem
"!!"Lagi-lagi pernyataan yang sangat vulgar!Tentu saja Eudora sudah seperti tomat rebus saat ini. Di mana tatapan cabul penuh sarkasme yang ia terima membuat Eudora semakin merasa tubuhnya sangat panas."Aku tak tahu kalau ternyata Ratu memang secabul ini," decak Isidore lagi. Lalu ia mulai melepaskan cengkramannya dari tangan Eudora. "Kau hanya perlu memanggilku, Ratu, kalau kau memang sangat menginginkan sentuhan pria."Masih mengungkung Eudora dan memenjarakannya di bawah kedua kakinya. Isidore tak melepaskan tatapan tajamnya untuk itu. Lalu dengan pergerakan yang jelas, ia mulai menanggalkan lilitan kain yang ada di tubuhnya sendiri.Eudora hanya bisa terdiam. Meski belenggu tangan yang menguncinya sudah terlepas, entah kenapa rasanya ia masih terpenjara tanpa bisa bergerak sedikitpun."Hah! Lantas ... apakah kau akan datang padaku, Raja?" Kali ini Eudora seperti ingin meludahi wajah Isidore."Aku sangat tahu betul apa yang kau lihat dariku!" cercanya sembari mendecak sinis. "Ko
Dengan sigap, Isidore mengunci tubuh Eudora.Menekan pinggangnya dengan begitu posesif dan juga menangkup tengkuk leher Eudora. Isidore seolah tak membuat celah agar Ratunya itu tidak bisa melarikan diri. Ciuman yang kasar dan mendominasi, begitu kuat dan liar."Ugh ... st-stop—emhh ...!!"Eudora tentu sekuat tenaga ingin mendorong dengan kasar tubuh pria yang tiba-tiba menyerangnya itu. Tetapi sekali lagi, kekuatannya tak memiliki proporsi yang pas agar bisa mendorong tubuh Isidore.Bahkan semakin Eudora memberontak, Isidore semakin mengunci dan memperdalam ciumannya.Netra emas berkilauan milik Eudora terbuka. Menatap lurus ke arah pria yang menciumnya itu. Di mana pria itu sedang menutup mata. Tanpa ampun, Eudora menggigit bibir Isidore."!!""Fuck!" umpat Isidore kesakitan.Baru kali ini ia langsung bisa terlepas dari ciuman gila Raja mautnya. Tentu saja tatapannya sudah bengis ke arah Isidore. Mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangan."Apa yang kau lakukan?!" geram Eud
Gelak tawa Isidore tampak sangat menggema. Seperti gemuruh petir yang membelah langit malam yang dingin saat ini.Isidore tertawa sembari menyugarkan rambutnya ke atas. Menatap tajam Eudora dengan netra birunya yang menyala. Hal itu membuat Eudora tampak merinding dan memasang dinding waspada secara otomatis."Haaahh ...," deru napas Isidore yang terbuang panjang. "Benar. Kau adalah Ratu Kerajaan saat ini."'Ada apa dengannya?' batin Eudora yang semakin dibuat tak paham oleh Isidore.Tetapi seperti belati yang menghunus ke arah jantung musuh, Eudora tak mengendurkan tatapan tajam miliknya. Bahkan ia semakin menguatkan aura amarahnya saat ini.Ya! Eudora marah. Tersinggung bukan main.Dia adalah Ratu. Tak apa jika memang tak dianggap, tetapi bagaimana bisa dia diperlakukan seperti tersangka tadi siang dan sekarang dikurung seperti tahanan. Jika Eudora memang melakukan dosa, maka dengan senang hati ia akan menerima semua ini dengan tangan terbuka dan lapang.Tetapi dia tak melakukan apa