Share

Pemberian yang Berharga

Penulis: Halona
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-11 10:18:42
“Aku akan menepati janjiku. Karena kamu bersedia menikah denganku. Seluruh aset milikku akan kuubah menjadi namamu,” ucap Deon pasti.

Melani melebarkan mata tidak percaya. Apa lelaki di depannya ini sudah gila? Atau jangan-jangan lelaki yang telah menjadi suaminya itu sedang terlibat pencucian uang dan ingin menyembunyikan kekayaannya di balik nama istri? Melani menggelengkan kepala. “Aku tidak menginginkan semua aset itu,” ujarnya.

“Baiklah, jika kamu tidak menginginkannya, lalu apa yang bisa aku berikan sebagai hadiah untukmu? Katakan kepadaku. Apa yang kamu inginkan saat ini?” Deon menatap lekat Melani. Dia tidak menyangka, Melani akan menolak pemberiannya yang berharga. Sebenarnya apa yang diinginkan wanita itu? Apa ada yang lebih berharga dari aset-aset bernilai miliaran miliknya?

“Tidak perlu memberikan apa pun. Saya tidak menginginkan apa pun dari Anda. Lagi pula, kita tidak pernah tau, apakah pernikahan ini akan bertahan lama?” ujar Melani ragu. Perceraiannya dengan Johan b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Sentuhlah Aku

    “Desy, apa kamu benar-benar tidak mengenal siapa orang yang membeli semua pakaian di butik kita?” Melani merasa penasaran. Jangan-jangan Deon memang membeli di butiknya? Sejak bercerai dengan mantan suami, diam-diam Melani mendirikan butik kecil bekerja sama dengan Desy. Pada hari pernikahannya dengan Deon, dia meminta tolong Desy untuk mengurus semua keperluan di butik karena dia tidak bisa datang ke butik. “Aku benar-benar tidak tahu. Dia tidak menjawab saat aku menanyakan namanya. Ah, tunggu dulu.” Desy membuka daftar riwayat transaksi dan membuka mata lebar-lebar saat membaca nama si pemilik rekening yang melakukan transaksi virtual sejumlah satu miliar rupiah. “Deon Alvarendra. Bukankah dia pria kejam itu? “Bukan pria kejam, dia lelaki yang baik, Desy,” ujar Melani tegas. “Jadi benar Tuan Deon yang membeli semua pakaian di butik kita?” Melani melebarkan mata tidak percaya. Pantas saja dia merasa tidak asing dengan pakaian-pakaian yang di lemari besar pemberian Deon. “Kamu sela

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Jangan Melewati Batas

    “Sentuhlah aku, Istriku!” Deon mendekatkan wajahnya pada Melani. Melani memundurkan tubuhnya, menghindari Deon. Jantungnya berdegup kencang. “Aku akan memeriksa Nafisa,” ucapnya mengalihkan pembicaraan. Dia bergegas pergi menuju kamar Nafisa. Melani tersenyum lembut melihat Nafisa yang telah terlelap. Dia menggeleng-gelengkan kepala melihat selimut Nafisa yang berantakan. Bergegas dia merapikan selimut Nafisa, lalu mengecup kening bocah kecil itu dengan lembut. Saat kembali ke kamar, Melani melihat Deon telah terlelap di tempat tidur. Dia menghembuskan napas lega. Menutup pintu pelan-pelan, lalu berjalan menuju sofa. Dia membaringkan tubuh di atas sofa dan menyelimuti tubuhnya. “Jangan membuatku merasa menjadi suami tidak berguna dengan tidur di sana.” Tiba-tiba Deon berbalik dan menatapnya. “Ke sinilah. Kamu bisa tidur di sebelahku,” ucapnya sambil menepuk-nepuk tempat tidur yang luas di sebelahnya. “Tidak apa-apa, aku tidur di sini saja,” ucap Melani singkat. Dia bersiap memeja

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Aku Bukan Orang Lain

    Melani memejamkan mata hanya untuk menutupi kecanggungannya. Ini bukan kali pertama dia tidur bersama laki-laki, tetapi tetap saja dia merasa canggung ketika harus tidur satu kamar dengan laki-laki yang baru saja dikenalnya. Dia membuka mata untuk melirik suaminya, tetapi buru-buru memejamkan mata kembali ketika melihat Deon sedang memandanginya. “Kamu tidak bisa tidur?” tanya Deon saat memergoki Melani baru saja meliriknya. Bibirnya tidak berhenti mengembangkan senyum. “Apa kamu mau mengatakan sesuatu?” tanyanya lagi. Dia tahu Melani tidak tidur. “Aku mengantuk,” jawab Melani tanpa membuka matanya. Dia mengubah posisi tidurnya membelakangi Deon. Deon melengkungkan bibir ke bawah. Dia mengangkat kedua bahu, lalu menarik selimut dan memejamkan mata. “Malam pertama yang dingin tanpa pelukan istri,” gumamnya. Melani membuka mata mendengar perkataan Deon. ‘Apa katanya? Berani sekali dia membicarakan malam pertama. Bukankah dia sudah berjanji tidak akan menyentuhku?’ Dia menggeser tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Pencopet

    “Mama! Biarkan Om Deon ikut ya, Ma!” Nafisa memohon pada Melani. Dia menarik-narik lengan Melani dan menatap mamanya itu dengan tatapan memelas. "Nafisa! Kita bisa berangkat sendiri. Om Deon harus berangkat ke kantor," bujuk Melani pada Nafisa. "Emangnya kenapa? Om Deon aja gak keberatan kok." Nafisa melengkungkan bibirnya ke bawah. "Lagian, bukannya Mama juga kerja di kantor Om Deon?" tanyanya meminta penjelasan. Melani mengusap-usap kepala Nafisa. "Om Deon adalah pimpinan perusahaan. Dia harus berangkat lebih pagi untuk memberi contoh yang baik pada karyawan-karyawannya," bujuk Melani. "Apa Nafisa mau Om Deon terlambat karena harus mengantar Nafisa dulu?" tanyanya pada Nafisa. Nafisa menggelengkan kepala. "Lalu, bagaimana dengan Mama? Gimana kalau Mama juga terlambat karena mengantar Nafisa dulu?" tanya Nafisa polos. "Tidak apa-apa. Mama ingin mengantar Nafisa dulu sebelum berangkat ke kantor," ujar Melani yakin. Mendengar Melani yang bersikukuh ingin mengantar Nafisa tanpanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Penghinaan Dan Dendam

    "Tolong! Ada pencopet yang mengambil tas milikku!" Melani masih berteriak panik. "Di mana copetnya?" Seorang lelaki setengah baya dan beberapa warga menghampiri Melani. Mereka segera berlari ke arah pencopet. Tiba-tiba Nafisa menangis ketakutan. Melani menatap Nafisa yang merasa ketakutan, dan seketika merasa bersalah. "Hey, kesayangan Mama. Kenapa menangis? Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Pencopet itu akan segera tertangkap," bujuk Melani seraya mengusap pipi Nafisa yang telah basah. Tidak lama Melani menunggu, beberapa warga kembali menghampirinya. "Apa ada barang berharga Ibu di dalam tas itu?" tanya seorang di antara mereka. "Tidak ada. Hanya ada beberapa surat-surat dan dokumen penting," jawab Melani lirih. Untung saja dia tidak menyimpan banyak uang di dalam dompet itu. Namun, akan sangat menyusahkan jika surat-surat berharga dan dokumen penting itu raib. Apalagi di tas itu juga ada rekening berisi uang satu miliar hasil penjualan butik. Rencananya uang itu aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Posesif

    "Tidak perlu khawatir. Aku sudah mengirim dua pengawal ke sekolah Nafisa. Mulai hari ini kamu dan Nafisa tidak boleh ke luar rumah tanpa ditemani pengawal." Deon berkata tegas. Dia masih merasa sangat khawatir setelah peristiwa pencopetan yang dialami oleh Melani barusan. "Mengirim pengawal ke sekolah Nafisa? Apa itu tidak terlalu berlebihan?" Melani yang duduk di sebelah Deon melebarkan mata tidak percaya. "Kurasa tidak perlu berbuat sejauh itu. Nafisa pasti aman di sekolahnya. Kamu tidak perlu mengirimkan pengawal untuknya," lanjutnya memberi pendapat. "Apa yang aku lakukan ini tidak berlebihan. Aku baru bisa tenang setelah yakin Nafisa aman bersama pengawal di sana," ujar Deon tegas. "Apa kamu tidak tahu? Di luar sana banyak sekali penjahat. Mereka mengincar anak pejabat dan orang-orang kaya. Oleh sebab itulah para pengawal mempunyai pekerjaan," lanjutnya berkata panjang lebar. “Kamu tidak lupa, ‘kan? Saat ini kamu adalah istri dari Deon Alvarendra, pewaris perusahaan retail terk

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Situasi Darurat

    "Kenapa kamu melakukannya?" Melani bertanya tidak mengerti. "Aku tau uangmu banyak, tapi kamu tidak perlu membuang-buang uang untuk hal seperti itu. Aku akan mengembalikan sisa uangnya," ujarnya tegas. "Tidak perlu mengembalikannya. Aku melakukannya tulus untuk membantumu. Butikmu akan cepat berkembang jika kamu menggunakan uang itu sebagai modal." Deon merapikan kerah kemejanya. Dia melangkah seraya berkata, "Ayo, aku akan mengantarmu ke butik. Kamu tidak melarangku untuk melihat butik milik istriku, 'kan?" Terpaksa Melani mengikuti langkah Deon. Dia berjalan sambil merogoh ponselnya untuk menghubungi Desy. Sampai di dalam mobil, Melani masih terus berusaha menghubungi Desy. Karena Desy tidak juga menjawab, akhirnya dia mengetikkan sebuah pesan, "Desy, aku sudah berangkat ke butik. Kamu tidak usah menjemputku ya. Makasih." Desy sudah sampai di kantor Deon saat pesan dari Melani terkirim. Dia belum sempat membaca pesan dari Melani karena saat menghentikan mobil, perhatiannya langsu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01
  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Salah Paham

    “Tempat apa ini?” Desy terus menatap rumah megah milik Deon. Dia merasa takjub. “Tunggu di sini. Aku akan kembali secepatnya.” Aldo bergegas melepaskan sabuk pengaman dan turun dari mobil. Dia berlari kecil masuk ke dalam rumah besar itu. “Apa ini rumah Deon Alvarendra? Rumah ini sangat bagus. Pantas saja Melani betah bekerja di sini,” gumam Desy. Netranya berbinar menatap rumah di depannya. Tiba-tiba binar matanya meredup. “Tidak mungkin. Mereka pasti hanya menyisakan kamar yang sangat kecil untuk pembantu,” gumamnya lagi. “Oh, malangnya sahabatku, Melani. Dia pasti sangat lelah membersihkan rumah sebesar itu sendirian,” lanjutnya seraya melengkungkan bibirnya ke bawah. Tiba-tiba Nafisa keluar dari rumah besar itu, disusul Aldo di belakangnya. Wajah muram Desy tiba-tiba berubah sumringah saat melihat Nafisa tampak begitu cantik dan imut dengan mengenakan dress tutu. “Nafisa?” Desy bergegas menuruni mobil dan berlari menemui Nafisa. “Kamukah itu, Cantik? Tante Desy sampai pangling,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-01

Bab terbaru

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Bulan Madu

    “Kamu ada waktu dalam minggu-minggu ini, Sayang? Aku ingin pergi berdua denganmu. Sejak pernikahan kita, aku belum sempat mengajakmu berbulan madu.” Deon menyempatkan menelepon Melani di sela-sela kesibukannya bekerja.Di seberang telepon, Melani sibuk mempelajari berkas-berkas perusahaan. “Maafkan aku, Sayang. Kamu tahu akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Aku harus mengurus butik dan juga mengurus perusahaan Ayah.” Melani berkata dengan penuh penyesalan.“Tapi kamu mempunyai banyak karyawan. Kamu bisa mendelegasikan semua pekerjaanmu pada mereka,” bujuk Deon. Dia sangat berharap bisa menikmati waktu berdua dengan istrinya.“Lain kali saja ya? Kamu tahu, aku baru saja membuat kebijakan baru untuk perusahaan ayahku. Aku membuat mereka menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol. Karena kebijakanku itu, perusahaan mengalami penurunan laba yang signifikan. Aku harus memperbaiki semua ini, Sayang.”“Apa? Apa yang kamu lakukan, Melani?” Tiba-tiba Nenek Karmila masuk ke ruang

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Pesta Pernikahan

    Melani tampak sangat cantik mengenakan pakaian pengantin warna putih. Pesta pernikahan kali ini diadakan di Ballroom Hotel Alvarendra. Jika biasanya para pengantin akan menyewa gedung pernikahan selama dua atau empat jam saja, rencananya mereka akan memakai ballroom itu seharian penuh, dari pagi hingga malam hari.Banyak sekali tamu undangan yang menghadiri acara pesta pernikahan itu, mulai dari rakyat biasa hingga para pejabat dan rekan kerja Deon. Bahkan, para tamu undangan yang datang dari luar kota bisa menginap di hotel setempat dengan gratis.Tiba saat acara lempar bunga, para pasangan maupun para jomlo berebut buket bunga yang dilempar pengantin.Buket bunga yang dilempar Melani jatuh ke tangan Aldo dan Desy secara serempak. Mereka berdua berebut buket bunga itu dan tidak ada yang mau mengalah.“Kenapa kalian harus berebutan seperti anak kecil? Bukankah kalian akan menikah pada hari yang sama?” sindir Vina yang tia-tiba datang dengan gaun merahnya yang indah. Dia berhasil mereb

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Damai

    “Syarat lagi? Apa itu?” Deon bertanya pada mamanya. Dia akan melakukan apa pun, asalkan kedua orangtuanya mau merestui hubungan pernikahan dia dan Melani.“Papa dan Mama tidak hadir di pesta pernikahan kalian dulu. Jadi, Mama mau kalian mengadakan pesta pernikahan lagi. Kali ini harus meriah. Aku mau seluruh teman Mama dan rekan bisnismu diundang di pesta itu.” Mama Deon berkata panjang lebar.Deon dan Melani saling berpandangan. Mereka mengangguk pasti. Keduanya tersenyum bahagia setelah mendapatkan restu dari kedua orangtua Deon. Rasanya, satu beban yang mengganjal di hati mereka telah terbebas dan lepas.“Sekarang, kita tinggal meminta restu pada ayahmu, Melani,” gumam Deon. Melani mengangguk setuju.“Deon, Mela, bolehkah kami meminta bantuan kalian?” ujar Papa Deon memohon. “Aku ingin bertemu dengan Brian Atmajaya, ayah Melani. Bisakah kalian membawaku ke sana?” lanjutnya.Deon dan kedua orangtuanya pergi untuk menjenguk Brian Atmajaya di Lapas. Sementara, Melani akan menyusul set

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Syarat

    “Apa kamu tidak bercanda, Deon? Mela, istrimu?” Mama dan Pap Deon bertanya serempak. Mereka saling berpandangan untuk sejenak. Tidak percaya dengan pengakuan Deon barusan.“Kamu pasti berbohong, Deon! Kamu berbohong agar kami merestui hubungan kalian. Sejak kapan kamu mulai berani berbohong?” Papa Deon menatap tajam anaknya.“Aku setuju! Aku juga menyangsikan ucapanmu, Deon. Mana mungkin Mela adalah istrimu? Jelas-jelas mereka adalah orang yang berbeda. Istrimu berasal dari keluarga kaya raya, sedangkan Mela hanya gadis sederhana yang berasal dari kelas menengah. Mereka sangat berbeda, Deon.” Mama Melani menyangkal.“Pa, Ma, tapi Mela benar-benar telah menjadi istriku istriku. Mela dan Melani adalah orang yang sama. Nama lengkapnya Melani Atmajaya, saat di sekolah dulu, teman-teman kami memanggilnya Mela.” Deon menjelaskan panjang lebar. Dia menghentikan kalimatnya sejenak untuk mengambil napas, kemudian kembali me

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Gadis Masa Lalu

    “Bagaimana Anda akan mengeluarkan Brian Atmajaya dari penjara?” Aldo bertanya pada Deon. “Apa itu tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku?” lanjutnya.“Itu bukan hal yang sulit.” Deon tersenyum miring. “Kamu tahu, hukum di negara kita bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. Sebenarnya aku tidak ingin membeli hukum, tapi jika itu demi kebaikan, kenapa tidak? Lagi pula aku bukan membela orang yang salah. Bukankah Brian Atmajaya tidak bersalah? Dia hanya dijebak,” ujarnya panjang lebar.“Lalu, apakah menurut Anda Brian Atmajaya akan menepati janjinya? Apa dia berani mengambil tindakan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaannya, sementara tindakan itu mendapatkan pertentangan dari banyak pihak?” Aldo bertanya penasaran. Dia khawatir Brian Atmajaya akan mengingkari janjinya.“Jangan khawatir, Aldo. Aku tidak peduli dengan langkah apa yang akan diambil ayah mertuaku s

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Tolong Dihapus Kak

    Maaf semuanya, dua bab terakhir yang berjudul Direktur Baru dan Ayah Mertua terbalik karena kesalahan teknis saat posting. Seharusnya baca bab Ayah Mertua lebih dulu baru kemudian baca bab Direktur Baru. Sekali lagi mohon maaf ya. Akan segera diperbaiki.Oh ya, kalian juga bisa membaca karya aku lainnya di Good Novel yang berjudul "Dicerai Setelah Malam Pertama" (Nama pena Norasetyana), hanya 40 bab yaFollow juga sosmed-ku juga yaF* Norasetya (Mommykhaa)I* NuurahmaaSelamat malam. Selamat berakhir pekan. Semoga cerita-ceritaku ini bisa menghibur bagi kalian. Semoga kita semua dilancarkan rejekinya dan diberi kesehatan, aamiin.Menjadi Janda Tajir Melintir akan segera tamat di bab 130-an. Selamat membaca. Ikuti terus ceritaku ya.

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Direktur Baru

    “Ayah tenang saja. Aku akan mengusahakan Ayah agar segera keluar dari penjara ini,” ujar Deon pasti. “Ayah tidak akan mengingkari janji, ‘kan? Ayah akan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol?” Dia bertanya memastikan. Brian hendak mengangguk pasti, tapi Nenek Karmila memelototinya. “Itu tidak akan terjadi. Apa kamu pikir aku tidak tahu, mengapa kamu meminta kami menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaan kami?” Nenek Karmila menghentikan kalimatnya sejenak. “Itu karena perusahaan kalian sedang merencanakan untuk membangun bidang usaha yang sama. Kalian ingin menyingkirkan pesaing berat yang akan mengganggu penjualan perusahaan kalian,” lanjutnya. Deon hendak membela diri, tetapi tiba-tiba dua orang sipir datang menghampiri mereka. “Waktu jenguk sudah habis. Sekarang, sebaiknya kalian pulang. Kami akan mengantar narapidana kembali ke tahanan.” Mereka menangkap kedua tangan Brian dan membawanya masuk ke sel tahanan. Sementara itu

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Ayah Mertua

    “Siapa kalian?” Brian Atmajaya bicara dengan terbata-bata. Dia terus menatap dua orang laki-laki di depannya. Laki-laki yang berusia jauh lebih muda darinya. “Apakah kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Pasti orang perusahaan yang menyuruh kalian menemuiku. Pulanglah! Aku tidak ingin membahas pekerjaan selama di sini,” ujarnya seraya memalingkan muka. “Kami tidak ingin membahas pekerjaan, Pak. Kami ke sini karena ingin membantu Anda keluar dari tempat ini,” ujar Deon meyakinkan. Dia tidak mengungkapkan identitas dia yang sebenarnya kepada laki-laki yang mengenakan baju tahanan. “Sungguh?” Brian melebarkan mata tidak percaya. Dia tertawa keras. “Bagaimana kamu bisa membebaskan aku dari sini? Sementara keluargaku yang kaya saja tidak bisa melakukannya?” Dia turus tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tahu, Anda masih harus menjalani masa tahanan selama tiga tahun. Aku mau membantu Anda untuk mengurangi masa tahanan Anda. Bukankah lebih baik jika Anda lebih cepat

  • Menjadi Janda Tajir Melintir   Besanan dengan Narapidana

    “Papa janji akan menjemput Mama dan Nafisa secepatnya, ‘kan?” Nafisa memelas. “Jangan sampai Papa Johan yang menjemput kami lebih dulu,” ujarnya dengan melengkungkan bibir ke bawah.“Papa Johan?” Deon mengerutkan keningnya. “Kenapa Papa Johan menjemput kalian? Itu tidak mungkin terjadi.” Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Dia pikir, Nafisa hanya bercanda.“Papa Johan menginap di sini kemarin malam,” ujar Nafisa polos.“Apa? Papa Johan menginap di sini? Kamu, Mama, dan Papa Johan tidur di kamar ini bertiga?” Deon melebarkan mata. Tiba-tiba terasa panas di dadanya.Nafisa menggelengkan kepala. “Hanya Nafisa dan Papa Johan. Mama tidur di kamar Nenek.” Nafisa menjelaskan. Dia sama sekali tidak menyadari jika papa sambungnya itu mulai cemburu.“Kenapa nenekmu dan mamamu mengizinkan Papa Johan menginap di sini?” Deon meminta penjelasan. Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika mantan suami Melani bisa tinggal d rumah ini dan bertemu Melani, sementara dia tidak bisa. Bagaim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status