Kepala Cakra rasanya seperti ingin pecah saja. Ia sudah mencoba menghubungi teman-teman dekatnya termasuk Reno.Laki-laki itu terpaksa meminta bantuan pada Reno namun sayangnya Reno juga tidak bisa membantunya. "Dalam keadaan seperti ini harusnya bisa membuatmu sadar Cak, kalau seseorang yang bisa kamu andalkan sekarang cuma diri kamu sendiri. Om Pram ngelakuin semua ini, aku yakin karena tujuannya supaya kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi."Hanya ceramah yang Cakra dapatkan. Sekarang ia sudah benar-benar putus asa dan emosi dengan Reno."Heh jangan ngerasa sok pinter kamu ya! Aku tetap bakal jadi pewaris orang tuaku. Awas kalau kamu sampai macem-macem berpikiran buat gantiin aku. Aku bakal balas kamu dengan lebih buruk!" ancam Cakra mencoba tidak berteriak pada laki-laki itu.Acara ulang tahun Bintang sedang berlangsung sekarang. Cakra mencoba mengikuti acara tersebut dengan was was. Tentu saja ia khawatir Hendrawan akan bertanya sesuatu padanya dan ia tidak bisa menjaw
Permasalahan yang Cakra hadapi hampir membuat laki-laki itu menyerah. Jiwanya berontak marah, namun dia tidak berdaya dengan semuanya.Menikahi Verlisa sudah tidak mungkin, tinggal di rumah Nayra juga bukan pilihannya, apalagi tinggal di rumah Cakra. Sudah tidak ada harapan lagi.Laki-laki itu kecewa pada orang tuanya. Mau tidak mau menerima nasibnya saat ini adalah yang terbaik."Nay, mungkin lebih baik ini saatnya kita pisah," kata Cakra saat malam hari mereka berdua sedang menikmati teh bersama di balkon kamarnya.Mendengar itu Nayra terkejut menatap Cakra dengan sedih. "Pisah?" tanyanya.Cukup lama Cakra terdiam mendengar pertanyaan dari Nayra. Ia sendiri bingung dengan keadaan ini.Mempertahankan Nayra sedangkan ia masih bimbang dengan hatinya membuat Cakra kebingungan dengan hubungan yang memang sejak awal ia merasa tidak siap menikahi Nayra."Udah ga ada harapan lagi Nay, aku udah diusir dari rumah. Setelah ini aku bahkan ga tahu lagi bagaimana akan menjalani hidup sesuai yang
"Jauhi laki-laki yang tidak mencintaimu! Jangan mengambil kesempatan dalam masalah yang terjadi!" Mendengar itu Nayra hanya tersenyum miring. Sudah tidak heran lagi dengan kata-kata seperti itu."Kamu telfon malam-malam cuma untuk mengatakan itu Verlisa?" tanya Nayra dengan tenang. Berbeda dengan Verlisa, emosinya selalu memuncak jika berhadapan dengan Nayra. "Dengar perempuan tidak tahu malu dan tidak tahu diri," tegas Verlisa. "Saat ini Cakra memang bersamamu, tapi lihat! Akan aku beri kamu pelajaran atas apa yang kamu lakukan selama ini."Mendengar ancaman itu Nayra hanya diam, menghela nafas kecil dan membiarkan Verlisa berkata apa saja."Jika sudah selesai bicaranya, tolong tutup telponnya ya, aku sangat mengantuk. Mas Cakra juga udah tidur, jadi tolong berhentilah untuk mengganggunya dengan menghubunginya malam-malam!""KURANG AJAR KAMU YA. Tunggu saja setelah ini lihat apa yang akan kamu dapatkan Nayra."Nayra tidak peduli dengan ancaman dan hal lain yang akan Verlisa lakukan
Ulah dari Verlisa benar-benar langsung memberikan dampak buruk untuk Nayra. Cakra mencoba menghubungi Verlisa supaya menghentikan aksi buruknya di media sosial yang membawa nama Nayra menjadi buruk.Hari ini Maya sudah tahu semuanya bahwa Nayra tinggal bersama Cakra hanya tampak seperti covernya saja, isi dari pernikahan mereka akhirnya diketahui oleh keluarga Nayra termasuk Hendrawan, ayahnya Nayra."Keterlaluan kamu Cakra, kamu menikahinya dan kamu selingkuhi dia?" tanya Hendrawan mulai menatap marah pada Cakra yang siap menjadi mangsanya. Hendrawan mendekati Cakra dengan penuh kecewa. Sedangkan pikiran Cakra sudah melayang ke masa dimana ia pertama kali masuk ke kamar Nayra hingga kesalahpahaman itu terjadi padanya.Ia merasa kemarahan yang sama akan terjadi padanya untuk kedua kalinya. Kemarahan Hendrawan pada saat tahu dirinya memasuki kamar Nayra hingga menghajarnya habis-habisan dan memaksanya menikahi Nayra saat itu membuat ketakutan Cakra saat ini semakin tinggi.Hendrawan
Saat ini Cakra harus pergi dari rumah Nayra dengan perasaan bersalah pada perempuan itu. Ia tidak sempat bicara pada Nayra dan meminta maaf padanya karena Hendrawan melarangnya.Cakra terpaksa menuju ke sebuah desa dengan alamat yang sudah orang tuanya berikan padanya. Rumah kecil bercat biru di tengah desa yang cukup makmur itulah Cakra akan tinggal seorang diri."Kalau butuh bantuan bisa panggil saya aja mas, tinggal teriak aja saya pasti denger," ujar Pak Sobari. Laki-laki yang sudah tua itu akan menjadi tetangga Cakra nantinya."Iya Pak, terimakasih atas bantuannya pak.""Kalau begitu saya permisi dulu ya mas, silahkan istirahat dulu," ujarnya berpamitan dengan Cakra.Laki-laki itu hanya bisa pasrah saat dirinya menginjakkan kaki di rumah sederhana ini.Cakra pikir ini bukan kegiatan KKN saat kuliah, tapi ini adalah kehidupannya. Ia merasa menjadi anak yang malang namun dipaksa menerima kenyataan.Dirinya mulai mengamati rumah yang menurutnya sangat kecil ini. Rasanya Cakra ingi
Cakra sungguh sangat kehilangan separuh bahkan hampir seluruh semangat hidup. Ia tinggal sendiri di rumah yang ada di desa tempat ia tinggal.Pak Sobari orang yang Cakra kenal dan membantunya membersihkan rumah ternyata memiliki seorang anak perempuan bernama Siti, hari ini perempuan itu datang ke rumah Cakra dengan membawa beberapa makanan untuknya."Saya Siti mas, ini ada makanan buat Mas Cakra. Pasti lapar kan ga ada yang masakin?" tanya Siti dengan senyuman di wajahnya. Cakra mencoba untuk tersenyum dengan sedikit paksaan. "Emm iya, terimakasih ya Si ...""Siti," ujar Siti memberitahu saat laki-laki itu hampir lupa siapa namanya. "Siti mas, Si Ti masa gitu aja lupa?" goda perempuan itu dengan sedikit tawanya. "Iya Siti, terimakasih ya," ujar Cakra kemudian.Entah kenapa hati Siti menjadi berbunga bunga mendengar itu.Cakra menjadi bingung kenapa perempuan di depannya ini terus-terusan tersenyum padanya."Emm Siii Ti, ada apa ya?" tanyanya."Oh ga ada apa-apa kok, silahkan mas di
Di rumah, Nayra juga sama ia memikirkan Cakra bagaimana akan hidup seorang diri di desa tanpa orang dikenalnya. "Pa, Nayra itu masih istri Cakra. Papa ga bisa larang Nayra kaya gini dong pa," bujuk Nayra pada Hendrawan ayahnya.Hendrawan yang masih benci dengan Cakra tidak akan mengijinkan anak perempuannya ini kembali pada laki-laki yang sudah melukai hatinya. "Masih banyak laki-laki yang baik di dunia ini Nayra. Sekarang papa ga akan ijinin kamu sama laki-laki itu," ucap Hendrawan dengan datar.Nayra menatap wajah ayahnya dengan penuh harap. "Tapi Nayra masih istri mas Cakra pa.""ISTRI APA?"Nayra menjadi kaget saat laki-laki yang ia sebut sebagai ayahnya itu kini membentaknya. Hendrawan menatap Nayra dengan kemarahannya. "KALAU CUMA ITU ALASAN KAMU, KAMU BISA PISAH DARI DIA. LAKI-LAKI ITU GA PANTAS BUAT KAMU. PAPA YANG AKAN MEMBANTU PROSES PERCERAIANMU."Deg. Perceraian? Nayra sungguh tidak terima jika ia harus berpisah dari Cakra. Ia tahu Cakra mungkin memang telah salah pada
"Sekarang apa rencanamu kedepannya Cakra?" tanya Maya saat laki-laki yang menjadi menantunya itu kini menginjakkan kaki lagi di rumahnya."Kamu ingin menceraikan Nayra dan menikahi perempuan yang selalu kamu temui selama menikah dengan Nayra atau kamu tetap akan menikahi wanita itu tanpa menceraikan Nayra?" tanya Maya lagi dengan menahan sesak di hatinya.Cakra merasa nyalinya sangat ciut saat mendengar pertanyaan itu dari ibu mertuanya.Kemarin sebelum ia pergi dari rumah Nayra, Hendrawan yang memarahinya, sekarang ia dipanggil lagi ke sana dan Maya yang menginterogasinya."Tante, saya—""Jawab saja kapan kamu akan menceraikan Nayra? Aku ga akan nyuruh kamu ninggalin perempuan itu, tapi kalau kamu memang cinta sama dia silahkan tinggalkan saja Nayra!"Nayra hanya diam belum bisa mengatakan apapun saat ini. Semua orang sudah tahu masalah dalam rumah tangganya termasuk orang tuanya sekarang sudah tahu juga. Ia berpikir keras bagaimana mengatasi masalahnya tanpa harus menekan Cakra den
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan