Di rumah, Nayra juga sama ia memikirkan Cakra bagaimana akan hidup seorang diri di desa tanpa orang dikenalnya. "Pa, Nayra itu masih istri Cakra. Papa ga bisa larang Nayra kaya gini dong pa," bujuk Nayra pada Hendrawan ayahnya.Hendrawan yang masih benci dengan Cakra tidak akan mengijinkan anak perempuannya ini kembali pada laki-laki yang sudah melukai hatinya. "Masih banyak laki-laki yang baik di dunia ini Nayra. Sekarang papa ga akan ijinin kamu sama laki-laki itu," ucap Hendrawan dengan datar.Nayra menatap wajah ayahnya dengan penuh harap. "Tapi Nayra masih istri mas Cakra pa.""ISTRI APA?"Nayra menjadi kaget saat laki-laki yang ia sebut sebagai ayahnya itu kini membentaknya. Hendrawan menatap Nayra dengan kemarahannya. "KALAU CUMA ITU ALASAN KAMU, KAMU BISA PISAH DARI DIA. LAKI-LAKI ITU GA PANTAS BUAT KAMU. PAPA YANG AKAN MEMBANTU PROSES PERCERAIANMU."Deg. Perceraian? Nayra sungguh tidak terima jika ia harus berpisah dari Cakra. Ia tahu Cakra mungkin memang telah salah pada
"Sekarang apa rencanamu kedepannya Cakra?" tanya Maya saat laki-laki yang menjadi menantunya itu kini menginjakkan kaki lagi di rumahnya."Kamu ingin menceraikan Nayra dan menikahi perempuan yang selalu kamu temui selama menikah dengan Nayra atau kamu tetap akan menikahi wanita itu tanpa menceraikan Nayra?" tanya Maya lagi dengan menahan sesak di hatinya.Cakra merasa nyalinya sangat ciut saat mendengar pertanyaan itu dari ibu mertuanya.Kemarin sebelum ia pergi dari rumah Nayra, Hendrawan yang memarahinya, sekarang ia dipanggil lagi ke sana dan Maya yang menginterogasinya."Tante, saya—""Jawab saja kapan kamu akan menceraikan Nayra? Aku ga akan nyuruh kamu ninggalin perempuan itu, tapi kalau kamu memang cinta sama dia silahkan tinggalkan saja Nayra!"Nayra hanya diam belum bisa mengatakan apapun saat ini. Semua orang sudah tahu masalah dalam rumah tangganya termasuk orang tuanya sekarang sudah tahu juga. Ia berpikir keras bagaimana mengatasi masalahnya tanpa harus menekan Cakra den
Meskipun dilarang oleh orang tua Nayra. Perempuan itu tetap pergi menyusul Cakra di desa setelah Hendrawan sembuh dari sakitnya."Bagaimana dia akan hidup disana Pa? Sejak kecil Nayra selalu mendapatkan kasih sayang dan cinta dari kita. Setelah menikah semua itu hilang darinya," keluh Maya dengan cemas.Maya juga tidak bisa mencegah Nayra untuk pergi. Segala sesuatu sudah ia lakukan termasuk mengancam Cakra, namun Nayra justru kecewa karena hal itu dan tetap memilih pergi menemani Cakra."Biarkan saja Ma, kita tidak bisa mengatur hidupnya.""Tapi Cakra harus bertanggung jawab atas semua ini.""Tapi Nayra sudah memilihnya sendiri.""Tapi Cakra tetap bersalah, dia tidak pantas untuk ditemani Nayra saat ini. Laki-laki itu membuat anakku hidup dalam penderitaan dan sekarang justru lebih buruk lagi Pa."Maya memegang kepalanya. Ia sangat pusing memikirkan hidup Nayra. Maya tidak tahu kapan Nayra menjadi sebodoh ini.Pertama Cakra sudah menyakitinya dengan terus berhubungan dengan Verlisa,
"Nay, kamu yakin mau tinggal bersamaku?" tanya Cakra dengan ragu. Ia merasa Nayra harus mendapatkan semua masalah karena dirinya. Perempuan yang dicemaskan oleh Cakra itu pun tersenyum dan mendekatinya. "Apapun yang sudah aku putuskan berarti aku harus menjalaninya mas," jelas Nayra. "Tapi rumah ini sangat sempit Nay, keadaan disini tidak akan sama seperti tempat tinggal kita sebelumnya. Semua kemudahan ada di sana, tapi disini?" tanya Cakra dengan frustasi. Laki-laki itu berpikir jika dirinya saja mengalami culture shock, apalagi Nayra? Orang tua Nayra menyalahkan Cakra dan ia rasa dirinya memang pantas disalahkan. "Disini kita akan belajar banyak hal baru mas. Sebelumnya kita sama-sama belum pernah berada di tempat ini. Tapi sekarang kita ada di sini, kita akan belajar. Sama-sama belajar hidup sederhana dan betanggung jawab, juga mandiri. Papa akan sangat senang kalau kamu bisa bertahan hidup di sini dan saat kamu pulang nanti kamu sudah menjadi laki-laki tanggung yang papa ingi
Pagi hari Pram, ayahnya Cakra memastikan bahwa mulai sekarang Cakra sudah harus belajar hidup sederhana dengan penuh perjuangan yang harus ia lalui.Pram ingin supaya Cakra menjadi laki-laki yang tangguh, tidak mudah menyerah dan bisa menjadi orang yang mandiri."Kamu ini keterlaluan sekali Pram, memperlakukan anakmu dengan cara tidak adil."Oma Dewi mengeluh kesal dan marah atas keputusan Pram yang mengasingkan Cakra seolah membenci anaknya sendiri. "Tindakanmu ini tidak mencerminkan sebagai orang tua yang menyayangi anaknya, kamu menyuruh Cakra hidup susah sedangkan kamu enak-enak di sini." Oma Dewi tidak percaya Pram akan tega berbuat seperti itu pada Cakra. Hari ini Oma Dewi akan memarahi Pram dan menyuruh laki-laki itu menjemput Cakra."Buuk, aku melakukan semua ini karena ingin mendidiknya mandiri, dia adalah pewaris yang harus benar-benar dipersiapkan dengan baik mempimpin perusahaan. Apapun yang aku lakukan-""APAPUN YANG KAMU LAKUKAN SAAT INI ITU SALAH PRAM!"Pram hanya men
Sore hari Nayra mencoba memasak seadanya. Uang yang ia pegang saat ini sudah ia belikan beras dan perlengkapan dapur lainnya agar bisa memasak dan membuat makanan untuk Cakra.Meskipun sudah tinggal di kota dengan nyaman sejak kecil. Saat ini Nayra tetap bisa bertahan hidup walaupun dalam keadaan yang serba kekurangan.Selesai memasak, Nayra membersihkan kamar Cakra dan menyiapkan air hangat untuknya. Laki-laki itu seharian ini sibuk mengikuti pak Sobari berkeliling kebun. Nayra tahu pasti Cakra pasti sangat lelah."Udah pulang mas?" tanya Nayra menyambut suaminya.Cakra terlihat sangat lesu dan duduk di kursi yang tersedia di ruang tamu rumahnya."Mau langsung mandi atau istirahat dulu sebentar mas?" tanya perempuan itu agak bingung menghadapi Cakra yang kelelahan."Nanti saja lah Nay," jawabnya singkat. Melihat Cakra yang tidak bersemangat setelah pulang membuat Nayra bersedih. Ia lalu menuju ke dapur dan membuat teh untuk Cakra.Nayra berharap setelah ini Cakra akan cerita mengen
Pagi hari selesai sholat subuh, Nayra langsung menyiapkan sarapan seadanya. Ia membuat nasi goreng dan teh hangat untuk Cakra sarapan. Nayra tahu Cakra sebenarnya tidak bisa tinggal di tempat ini dalam keadaan seperti ini, tapi mau bagaimana? Nayra selalu meyakinkan bahwa ini hanya untuk sementara saja. Saat ada tukang sayur lewat, Nayra buru-buru bergabung dengan tetangga lainnya untuk membeli sayuran."Tetangga baru ya?" tanya salah satu ibu-ibu yang juga membeli sayur bersamanya."Iya bu, baru pindah ke sini kemarin," jawab Nayra.Kebetulan ada Siti juga di sana yang tidak menyapa Nayra dan terlihat kesal dengannya. Nayra tidak tahu kalau setelah ia pulang, ternyata Siti datang ke rumahnya juga.Cakra yang menemui perempuan itu. "Ngapain juga dia kesini?" tanya Nayra kesal."Wah makasih ya Siti, tapi ini aku udah sarapan jadi ga bisa makan sekarang. Tapi nanti saya makan kok," ujar Cakra sambil memaksakan sedikit senyumannya. "Alah gapapa Mas Cakra. Tapi dicoba dulu sedikit, b
Hari ini Oma Dewi nekat menemui Cakra dan ingin membawanya pulang ke rumah."Oma? Silakan masuk oma," kata Cakra mempersilahkan perempuan itu masuk ke tempat tinggalnya."Cucu kesayanganku, apa kabar nak?" sapa oma Dewi dengan penuh kasih sayang pada Cakra.Ia benar-benar rindu dengan Cakra dan ingin membawanya pulang. Tidak peduli dengan apa yang akan Pram lakukan nantinya.Nayra yang melihat Oma Dewi pun berniat untuk menyapanya juga. Sayangnya oma Dewi tidak suka pada perempuan itu.Oma Dewi sibuk menatap rumah kecil yang Cakra tempati saat ini. 'Sangat tidak layak,' pikirnya.Bagaimanapun juga, Cakra harus pulang hari ini dan tidak tinggal di tempat yang tidak seharusnya ia tinggali. "Oma kesini karena ingin jemput kamu Cakraa. Kamu ga perlu tinggal di tempat ini, apalagi bekerja keras seperti orang ga punya. Biar oma yang bicara sama papamu itu," jelas oma Dewi langsung pada intinya. Cakra hanya diam mendengar itu. Sejujurnya ia mengiyakan semua yang oma Dewi ucapkan. Tapi enta
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan