"Sial bener hidup ini. Mimpi apa harus nikah sama jodoh orang begini?" tanya Cakra ketika ia berada di kamar Nayra saat ini setelah acara pernikahan selesai.
Nayra hanya menghela nafas berat saat mendengar ucapan Cakra suaminya.Namun perempuan itu memilih untuk diam dan tidak menanggapinya."Heh kamu tuh sama orang tuamu sengaja menjebak saya kan supaya mau nikahin kamu karena calon suamimu itu ga datang? Emang benar-benar jahat ya," kata Cakra dengan marah pada Nayra."Apa kamu bilang? Menjebak? Heh jangan sembarangan ya kamu! Kalaupun saya dan orang tua saya memang sejahat itu juga pasti akan pilih-pilih kali, ga mungkin lah milih orang kaya kamu," ucap Nayra dengan kesal."Nah ini buktinya apa? Saya juga kan yang kamu jebak buat nikah sama kamu gantiin calon suamimu yang ga bertanggungjawab itu?""Siapa yang menjebak kamu sih? Jelas-jelas kamu yang datang ke sini dan membuat semuanya jadi salah paham kan? Semua itu gara-gara kamu."Nayra tidak terima atas tuduhan yang diberikan oleh Cakra padanya. Menurutnya Cakra sudah benar-benar keterlaluan sampai menuduhnya seperti itu."Gara-gara saya gimana? Pasti kamu kan yang nyuruh penjahat itu buat kejar-kejar saya sampai bikin saya masuk ke kamar kamu dan akhirnya nikah sama Kamu? Kamu seneng kan ditinggal calon suami terus dapat pengganti laki-laki ganteng kaya saya ini? Kamu untung saya yang rugi.""Siapa juga yang mau nikah sama kamu? PD banget sih jadi orang," jutek Nayra tidak henti-hentinya dia kesal pada suaminya sendiri.Nayra hanya bisa mengucap istighfar dalam hati sambil membereskan alat make up nya."Saya akan pastiin kalau semua ini salah, Kamu bukanlah jodohku," kata Cakra sambil menunjuk ke arah Nayra."Nay, kenapa ribut-ribut?" tanya Maya yang mendengar keributan dari dalam kamar Nayra."Mampus kamu," ejek Cakra."Iyaa Ma, engga kok, ga ada apa-apa Ma," jawab Nayra berusaha tenang.Maya dan Hendrawan menunggu Nayra dan Cakra untuk makan malam bersama.Maya masih saja tidak percaya dan kesal pada suaminya yang menikahkan Nayra dengan mudahnya."Pah, mama tuh ga yakin sama semua ini Pa, mereka itu bahkan ga saling kenal, dan keluarga dari laki-laki itu belum tentu bisa menerima Nayra juga Pa.""Udah lah Ma, Mama tenang aja, papa yang akan bicara pada orang tua Cakra dan memastikan kalau Nayra akan diterima sama keluarganya, lagian dia juga yang salah, berbuat seperti itu sama Nayra, mereka berdua sam-sama salah jadi harus menikah," ucap Hendrawan dengan tenang."Ngomong mah gampang Pa, tapi papa ga denger apa kalau mereka kaya berantem gitu? Itulah sebabnya kalau pernikahan ini salah pa, mereka ga jodoh.""Ga jodoh gimana? Udah nikah dengan lancar juga. Kalau masalah cinta Papa yakin lama-lama juga akan tumbuh sendiri.""Tumbuh kalau disiram Pa, dipupuk, dirawat, kalau udah gersang dari awal ya Wallahu alam," kata Maya dengan kesal."Emangnya anggrek kamu tu yang di depan? Udah lah Ma, Papa lapar kita makan dulu ah," ujar Hendrawan tidak sabar untuk makan.Hendrawan pun merasa kesal pada Ezhra yang tega sekali sampai sekarang tidak bisa dihubungi bahkan menurut informasi yang didapatkan keluarga Ezhra juga tidak ada di rumahnya.Maya memanggil Nayra lagi supaya cepat-cepat bergabung untuk makan malam karena Hendrawan sudah lapar."Ayok, udah ditunggu Mama sama Papa tuh," ajak Nayra pada Cakra yang asik memainkan handphone di tangannya."Mama Mama, siapa? Saya ga lapar, udah kenyang mikirin nasib. Kok ada ya orang bisa salah jodoh gini dalam sekejap?" tanya Cakra menyindir Nayra."Saya paham kok sama situasi ini, tapi kamu harus makan, sejak siang belum makan kan? Masalah itu bisa kita cari solusinya nanti, yang penting kita makan dulu," kata Nayra tidak tega melihat wajah Cakra yang lebam gara-gara ayahnya."Mama ga akan racunin kamu juga kok," ucap Nayra memberikan pengertian pada Cakra.Mendengar ceramah dari Nayra pun membuat Cakra berhenti memainkan benda kecil di tangannya itu dan menatap Nayra yang bicara serius padanya."Gini ya rasanya punya istri kecepetan?" tanya Cakra tiba-tiba."Istri dari jodoh yang salah," lanjutnya lalu mengikuti Nayra keluar dari kamar untuk makan malam bersama.Cakra masih merasa ngeri jika harus berhadapan dengan Hendrawan yang sudah bersikap kasar padanya siang tadi.Sekarang wajah Cakra jadi memar dan merah-merah, Cakra yakin kalau Oma tahu dia pasti akan memarahi orang yang sudah berani melukainya.Tapi nyatanya Cakra hanya bisa bilang pada keluarganya kalau hari ini dia tidak bisa pulang ke rumah karena menginap di rumah Reno sahabat baiknya.Cakra tidak bisa mengatakan semua kejadian ini lewat telepon. Dia berharap kalau besok dia datang dengan Nayra, keluarganya tidak ada yang setuju dan menyuruhnya untuk segera bercerai maka selesai sudah masalahnya yang ia dapatkan hari ini."Cakra," panggil Hendrawan saat Cakra hendak pergi ke kamar Nayra saat sudah selesai makan malam."Iya Om.""Saya mau bicara sama kamu."Meskipun sangat malas, Cakra harus tetap nurut pada laki-laki yang sekarang berstatus sebagai mertuanya itu."Nayra bantu mama cuci piring aja ya," ucap Nayra sambil mengangkat piring kotor setelah makan malam selesai.Entah apa yang Hendrawan bicarakan dengan menantu barunya, Maya tidak ingin ikut campur soal itu, dia pikir lebih baik memikirkan kehidupan Nayra ke depannya.Setelah selesai dengan pekerjaannya Nayra kembali ke kamarnya dan memikirkan Ezhra.Tiba-tiba saja rasanya ingin menangis mengingat laki-laki yang ia tunggu ternyata malah tega mengingkari janjinya untuk menghalalkan dirinya hari ini.Nayra justru harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal dan menurutnya Cakra orang yang menyebalkan."Ngapain kamu belum tidur? Lagi bayangin malam pertama sama calon suamimu yang ga datang ke pernikahanmu itu?"Tiba-tiba Cakra datang dan melihat Nayra melamun sendirian di kasur empuknya.Sifat jail Cakra keluar begitu saja dan langsung bertanya tanpa menyaringnya dulu."Apaan sih?" jawab Nayra dengan cuek."Yeeee apaan apaan? Kamu tuh kalau punya masalah harusnya jangan menyeret orang lain masuk ke dalam masalahmu tau ga?""Saya harus panggil kamu apa supaya bisa diem dikit?" tanya Nayra benar-benar kesal dengan Cakra."Kamu tuh yang harusnya diem! Saya kasih tau ya, kalau kamu itu gagal nikah ya gagal aja ga usah cari-cari orang buat gantiin posisi calon suamimu yang tiba-tiba ngilangi itu, bikin susah orang aja," curhat Cakra.Nayra yang mendengar itu tentu tidak terima. Cakra menyalahkannya seperti itu seolah dia yang paling benar."Terserah kamu mau ngomong apa, saya mau tidur, dan kamu ga boleh tidur di sini," kata Nayra sambil menunjuk kasur miliknya."Oh gitu ya?" tanya Cakra heran."Katanya saya sekarang suamimu kan? Papa kamu tercinta itu sudah maksaku nikah sama kamu. So, saya minta jatah saya malam ini sayang."Cakra pun bersiap-siap untuk mendekati Nayra di tempat tidurnya.Bersambung.Kira-kira Cakra beneran ga ya? Aneh-aneh aja si Cakra. Dan gimana nih dengan Ezhra yang udah ngecewain Nayra?"Engga ga, mau ngapain kamu?" tanya Nayra ketakutan. "Kan tadi saya udah bilang? Masa perlu diulang sih? Gimana sayang? Udah siap kan?" tanya Cakra dengan nada menggoda. "Emang bener ya kamu laki-laki kurang ajar, laki-laki ga bener. Hiiiihh." Nayra memukul Cakra menggunakan bantal dengan kesal dan mengusirnya dari sini. Dia benar-benar terkejut dengan sifat Cakra yang menurutnya sangat mengerikan ini. "Loh loh sama suami kok marah? Saya kan cuma–" "STOOPP, please! Kamu mau saya teriak terus papa bakal pukulin kamu lagi?" ancam Nayra sekenanya. "Silahkan aja. Kamu mau bilang apa sama papamu itu? Mau ngadu kalau saya mau ngapa-ngapain kamu?" tanya Cakra dengan penuh kemenangan. "Kita kan sudah halal sayang, pernikahan ini harus ada untungnya juga dong buat saya, iya kan?," tambah Cakra lagi sambil membuka kancing bajunya yang paling atas. Nayra menutup mata dengan kedua tangannya dia tidak bisa melawan Cakra lagi karena bantal dan gulingnya sekarang sudah berjatuhan di lantai.
Setiap pagi Nayra selalu membantu Maya memasak. Pagi ini dua perempuan itu sibuk memasak di dapur. Maya membuatkan kopi untuk suami dan anak mantunya, Hendrawan dan Cakra sedang berbincang di teras."Hari ini, kamu harus ikut sama suami kamu ke rumahnya, walaupun kamu tidak menyukai pernikahan ini, tapi sekarang dia adalah suamimu dan kamu harus patuh sama dia," jelas Maya dengan berat hati mengatakanitu."Tapi Ma, ini tuh ga bener, keluarga dia ga mungkin menerima semua ini gitu aja, pernikahan ini ga wajar Ma. Dari pihak Mas Cakra pun ga ada pas pernikahan, gimana tiba-tiba dia pulang bawa Nayra sebagai istrinya?" "Nanti kan Papa kamu juga ikut ke sana buat jelasin semuanya–""Iya Ma, tapi ini tetap saja salah, semua orang pasti akan berpikir kalau kita memanfaatkan dia karena Ezhra ga dateng buat nikahin Nayra," ucap Nayra dengan berat hati juga karena masalah ini."Pernikahan ini aja udah bikin semua orang nunggu hampir satu jam, belum lagi orang-orang harus tanya kenapa mempela
"Sekali lagi saya meminta maaf karena sudah menikahkan Cakra dengan tiba-tiba, tapi saya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Saya dan keluarga saya mengucapkan terimakasih sudah menerima semua kejadian ini dengan lapang dada."Sebelum pulang Hendrawan berterimakasih pada Pramudyantoro dan istrinya karena sudah berbaik hati menerima semua ini dengan tangan terbuka. "Gapapa, lagipula Cakra memang salah. Kalau saya menjadi orangtua Nayra saya juga akan melakukan hal yang sama. Kelihatannya Nayra juga gadis yang baik, istri saya aja langsung suka sama Nayra," jawab Pramudyantoro."Idih, kenapa ga mama aja yang nikah sama dia kalau mama suka?" tanya Cakra berbisik pada Kania dengan kesal.Setelah orang tua Nayra pulang gadis itu harus tinggal di rumah Cakra. Pikirannya masih saja tidak tenang tiba-tiba dia harus terlempar ke rumah orang asing yang bahkan dia belum kenal sebelumnya.Kania mengantarkan Nayra ke kamar Cakra, entah sihir apa yang Nayra miliki sampai dia bisa membuat Kania
"Cakra bakal nikah sama pacarnya, kamu ini bener-bener ya," ucap Oma Dewi dengan kesal sebelum semua orang berkumpul untuk makan malam."Siapa yang bakal nikah Bu?" tanya Pramudyantoro yang mendengar perkataan ibunya."Kamu ini gimana sih? Main setuju-setuju aja anaknya dinikahin paksa begini?" protes Oma dengan kesal."Buk, udahlah, lagian Nayra ini juga gadis baik-baik kok–""Baik-baik apanya? Bukan gadis baik kalau dia ditinggal calon suaminya sendiri di hari pernikahannya, kamu ini harusnya mikir dong nasib anak kamu. Dia jelas-jelas dimanfaatin oleh perempuan ini dan orang tuanya buat nutupin aib mereka yang batal nikah," ucap Oma panjang lebar.Cakra merasa terwakili oleh perkataan Omanya, hatinya benar-benar bersorak senang akhirnya ada orang yang membelanya."Omaa, Oma tenang dulu, mereka ga manfaatin Cakra kok Oma, Cakra sendiri yang salah, kalau dia ga masuk ke kamar Nayra dan berlaku tidak baik padanya, pernikahan ini juga ga akan terjadi," ujar Kania berusaha untuk tenang.
"Kamu tenang aja, kalau dia jodoh kamu, dan orang yang baik buat kamu, pasti bakalan balik dan jemput kamu kok," ucap Cakra."Ya tapi sekarang dia udah pergi, salah saya juga apa coba? Padahal sebelumnya dia laki-laki yang baik makanya saya cinta sama dia." Nayra menangis sesenggukan meratapi apa yang terjadi padanya.Ia masih belum mengikhlaskan Ezhra yang pergi meninggalkannya dan tidak datang untuk menikahinya.Saat ini dirinya benar-benar sangat sedih dan moodnya sedang tidak baik. Nayra ingin sekali bertemu Ezhra dan bertanya kenapa dia meninggalkannya. Berulang kali Nayra mencoba untuk berusaha mengikhlaskan, namun dia tidak bisa membohongi hati kecilnya yang masih ingin menuntut Ezhra supaya menikahinya."Saya sama Ezhra udah persiapin semua acara pernikahan kita. Ga pernah sedikitpun terpikir kalau dia bakalan ga hadir kaya gini," curhat Nayra dengan sedih dan masih berada di pelukan Cakra.Sedangkan laki-laki yang kini berstatus sebagai suami sah Nayra itu bingung harus baga
"Ya Allah kok bisa pecah sih?" tanya Nayra cemas karena takut semua orang akan terbangun karena terganggu oleh suara itu.Dan benar saja Kania dan suaminya terkejut dan mengira ada maling yang masuk sehingga dia buru-buru untuk mengeceknya. Nayra buru-buru mengumpulkan pecahan vas bunganya dan Kania pun melihatnya."Nayra? Ngapain kamu di sini? Mama kira apa?" tanya Kania begitu melihat Nayra.Mendengar itu Nayra pun terkejut dan kebingungan."Kok kamu disini? Cakra mana?" tanya Pramudyantoro ikut bertanya pada Nayra."Udah udah ga usah kamu bersihin. Biar bibi aja yang yang beresin," ujar Kania menghentikan Nayra.Kania bingung saat melihat ada bantal dan selimut yang Nayra bawa. Dia menatap Nayra mencoba mencari kebenaran apa yang sedang Nayra sembunyikan."Nayra, ini–" kata Kania sambil menunjuk bantal dan selimutnya. "Oh itu–""Sekarang kamu jelasin sama mama kenapa kamu malam-malam bisa ada di sini bawa bantal sama selimut segala? Kamu mau nonton TV di sini? Tapi di kamar Cakra
Pagi-pagi sekali Nayra sudah bangun untuk sholat subuh dan mencopot tirai pembatas tidurnya karena teringat pada apa yang Cakra katakan semalam.Lagipula Kania juga sudah bilang akan merenovasi kamarnya hari ini, dia takut tiba-tiba Kania datang dan melihat tirai pembatasnya lalu akan bertanya padanya soal itu.Sebenarnya Nayra bisa berkata jujur, tapi dia tidak ingin menambah masalah. Dia ingin supaya tidak terjadi keributan karena hal sepele, ya meskipun dirinya dan Cakra sering berdebat setiap saat."Cakra, bangun! Sholat subuh dulu."Meskipun merasa malas dengan Cakra namun Nayra tetap membangunkan Cakra untuk sholat subuh."Udah siang ah, udah telat," jawabnya."Ya makanya kalau dibangunin tuh jangan susah. Sekarang udah bangun kan? Sholat dulu.""Apaan sih? Kata malaikat pencatat amal baik dia udah tutup buku, percuma saya sholat udah telat ga dapat pahala," kata Cakra beralasan.Laki-laki itu benar-benar susah untuk bangun pagi apalagi untuk sholat. Nayra hingga heran denganny
"Omaa, Kania ngerti ini mungkin terlalu cepat dan mendadak, tapi Oma jangan salahin Nayra juga dong," kata Kania sedih.Selesai sarapan pagi, Oma Dewi, Kania dan Pramudyantoro berbicara bersama membahas masalah pernikahan Cakra."Kamu ini kalau udah ngerti semuanya, udah ngerti perempuan itu maunya menikah sama siapa ya harusnya jangan kamu tahan buat jadi istrinya Cakra dong, itu sama aja kamu ngerebut calon istri orang buat anak kamu. Kok rendahan banget sih kaya nyuri pengantin aja buat anak laki-laki kalian.""Lebih baik sekarang kita cari solusi untuk masalah ini," ujar Oma Dewi lagi. "Akan lebih baik jika kita membantu menemukan calon suami gadis itu dan kita bantu dia buat menikah karena mereka pasti saling mencintai, bukannya malah ditahan buat lanjutin pernikahannya sama Cakra," usul Oma Dewi.Pramudyantoro dan Kania terdiam mendengar penjelasan dari Oma Dewi. Menurut Pram itu tidak perlu dilakukan karena keluarga Nayra sudah menjelaskan semuanya. Di satu sisi mereka juga me
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan