"Kamu itu ngomong apa sih? Coba kamu ulangi lagi apa yang barusan kamu bilang di depan papa!" suruh Pram yang berhasil membuat Cakra diam."Ulangin apa Pa? Cakra ga ngapa-ngapain kok.""Papa denger kamu ngomong sesuatu sama Nayra. Apa maksudnya itu? Coba kamu ulangin apa yang barusan kamu bilang sama Nayra di depan papa."Cakra mulai gusar karena ternyata Pram mendengar ucapannya pada Nayra tadi.Mau bagaimana lagi? Jika berhadapan dengan Pram, laki-laki itu hanya bisa diam sambil memikirkan alasan-alasan yang harus ia keluarkan."Butuh waktu berapa lama buat mikirin alasan kamu? Semua alasan kamu udah kamu keluarin kan? Atau kamu udah produksi lagi yang baru?" tanya Pram pada Cakra.Pram ingin bicara pada Cakra di ruangannya dan laki-laki itu harus menurut pada papanya.Seperti biasa Cakra mendapatkan teguran dan ceramah panjang dari papanya karena mendengar Cakra berbicara dengan Nayra dengan bahasa yang menurut Pram tidak baik."Paaa, cakra itu cuma bercanda kok Pa, lagian Nayra ga
Berhari hari Cakra mencoba membujuk Verlisa yang masih saja marah padanya. Karena hal itu Cakra jadi sering keluar untuk menemui Verlisa. Nayra juga tidak bisa melarangnya, saat Pram atau Kania bertanya pada Nayra kemana Cakra pergi, gadis itu justru berbohong demi bisa melindungi Cakra dari amukan Pram jika ketahuan berduaan dengan Verlisa."Sebenarnya kenapa sih kamu tuh selalu belain suami kamu itu? Apa yang bakalan kamu dapetin dari berbohong buat ngelindungin dia Ra?"Savia tentu tidak terima dengan apa yang Nayra lakukan itu. Menurutnya Nayra juga salah karena mendukung Cakra."Ya aku harus gimana?""Gimana apanya? Kalau kamu terus-terusan mendukung Cakra sama perempuan itu terus hubungan rumah tangga kamu sama Cakra mau gimana?"Nayra menarik nafas berat karena pertanyaan dari sahabatnya ini. Dia lalu menatap Savia dan menjelaskannya."Apanya yang gimana Sav? Bukannya hubungan aku sama dia itu dari awal emang ga jelas ya? Dia terpaksa nikah sama aku dan aku juga terpaksa nikah
Hari ini Cakra menemui Verlisa lagi di cafe tempat biasa mereka bertemu diam-diam. Nayra sudah melarangnya untuk menundanya dulu karena Pram ayah Cakra, akan bertemu klien nya di sekitar cafe tempat dimana Cakra memilih bertemu Verlisa. Cakra tidak peduli dengan larangan Nayra, dia hanya ingin bertemu Verlisa dan menyelesaikan kekesalan di hati wanita itu.Seperti sebelumnya Verlisa masih merasa kesal karena menurutnya Cakra tidak tegas pada keluarganya mengenai hubungannya saat ini.Verlisa ingin keluarga Cakra menerimanya namun belum untuk tahap pernikahan, ya hanya pacaran seperti ini.Perempuan itu ingin menjalani hubungan ini bebas dengan Cakra tanpa adanya ketakutan-ketakutan dari Cakra karena ketahuan keluarganya. "Emang kenapa sih sama keluarga kamu itu? Takut banget ya kamu sama mereka?" tanya Verlisa. "Sayang kan aku udah bilang kalau mereka itu ingin aku fokus siapin diri buat jadi pemimpin perusahaan jadi ya papa minta aku supaya fokus bekerja sampai kinerja aku bagus
Malam hari Cakra masuk ke kamarnya setelah merasa lelah dengan semua pekerjaanya hari ini.Laki-laki itu terkejut begitu melihat Nayra yang sedang menyisir rambutnya di kamar.Perempuan yang fokus melihat ke cermin itu tidak tahu jika Cakra sudah masuk ke dalam kamarnya.'Ngapain sih nih orang kok tumben ga pakai jilbab?' tanya Cakra dalam hati.'Mana ternyata dia cantik lagi, ah kenapa sih nih otak aneh banget,' pikir Cakra.Saat Nayra melihat Cakra yang terlihat mematung di depan pintu, perempuan itu merasa agak sedikit malu.Nayra tidak pernah membuka jilbabnya selama menikah dengan Cakra, namun hari ini dia memutuskan untuk membukanya.Bukan untuk apa-apa, melakukan itupun tidak akan berdosa karena statusnya yang saat ini masih menjadi istri Cakra."Eem mau saya siapin makan?" tanya Nayra mencoba biasa saja meskipun jantungnya berdetak luar biasa karena ini pertama kalinya dia menampakkan keindahan rambutnya di depan Cakra.Laki-laki yang ditanya itu pun juga tidak langsung menjaw
Hari ini Cakra dan Nayra harus bekerja, setelah kejadian malam tadi, Cakra menjadi tidak fokus.Laki-laki itu berpikir Nayra ternyata berbahaya juga. Pandangan pertamanya ketika melihat gadis itu tanpa hijab sudah membuyarkan hatinya.'kalau terus seperti ini, aku akan bagaimana? Papa sudah tahu kalau aku diam-diam menemui Verlisa, Oma juga tidak bisa membantu, Nayra apalagi? Dia justru membuatku gila,' pikir Cakra."Ngapain sih papa ngajak kita makan siang segala?" tanya Cakra saat mereka harus pergi bersama karena Pram yang memintanya untuk makan siang bersama."Saya juga ga tahu."Cakra berpikir jika ini adalah salah satu langkah Pram supaya membuat Cakra dan Verlisa tidak bertemu lagi.Laki-laki itu berpikir hidupnya semakin sulit saja. Belum lagi jika Verlisa tahu hubungannya dengan Nayra, bisa kacau dia.Sesampainya di tempat makan Cakra hanya diam, dia mencoba menghubungi Verlisa dan mengatakan jika hari ini mereka tidak bisa ketemuan. "Kok tumben sih pa ngajakin kita makan?"
"Nayraa? Kok kamu sendirian di sini? Cakra kemana?" tanya seseorang yang tak lain adalah Reno, teman Cakra.Nayra segera menampakkan wajah cerianya seakan tidak terjadi apa-apa saat mengetahui ada Reno. "Emm Cakra... engga jadi sebenarnya tadi aku bareng sama temen aku tapi—""Kamu ga pinter bohong Nay, ayo naik biar aku antar kamu pulang," suruh Reno.Nayra masih diam di tempat entah apa yang ada di pikirannya, tapi Reno tahu bahwa Nayra dan Cakra sedang tidak baik-baik saja.Atau bahkan Reno menganggap jika Cakra pasti sedang menemui Verlisa dan meninggalkan Nayra sendirian. "Ayo Nay, bentar lagi hujan loh," ajak Reno lagi.Akhirnya Nayra pun masuk ke dalam mobil Reno dan menerima bantuan laki-laki itu. Nayra merasa sangat malas untuk pulang ke rumah Cakra, apalagi setelah mengingat apa yang Cakra tuduhkan padanya. "Eemm Ren, boleh anterin aku ke rumah temen aku ga? Aku ada urusan bentar di sana," pinta Nayra."Tapi kamu udah bilang sama Cakra?""Emm iya nanti aku bilang sama di
"Ngapain kamu kesini? Masuk rumah orang ga salam," omel Savia pada Cakra."Ya orang pintunya ga ditutup, telinga saya juga masih normal kali."Cakra yang berdiri di depan pintu dan mendengar apa yang Savia ucapkan merasa tidak bersalah untuk itu.Pintu yang terbuka dan suara Savia yang sedang kesal tidak bisa ditahan oleh apapun sehingga Cakra pun mendengarkannya."Bagus dong kalau gitu, biar kamu sadar buat ga bikin sahabat aku ini menderita lagi gara-gara kamu," ujar Savia dengan malas.Nayra yang dari tadi terdiam pun hanya bisa menghela nafas pelan. Cakra tidak menanggapi ucapan Savia dan memilih mendekati Nayra yang duduk tenang di belakang Savia."Nay, sorry," ujar Cakra pelan.Terpaksa Cakra harus meminta maaf pada Nayra. "What? Apa kamu bilang?" tanya Savia yang justru kaget dengan permintaan maaf Cakra."Heh saya tuh ga bicara sama kamu ya, diam emang ga bisa? Pantesan jomblo.""Kok kamu jadi ngata-ngatain saya sih? Bawa bawa status lagi, kamu tuh suami ga bertanggung jawab,
Pagi hari Nayra sudah menyiapkan teh hangat dan sarapan untuk Cakra. Hari ini Pram dan Kania ada urusan di luar kota mengantar acara Oma Dewi. Cakra yang sejak habis subuh malah tidur lagi membuat Nayra geram padanya. Wanita itu membuka tirai jendela kamarnya supaya cahaya mataharinya masuk dan membangunkan Cakra secara perlahan. Benar saja laki-laki itu terlihat menggeliat merasa tidak nyaman dengan cahaya itu.Begitu Cakra membuka mata, Nayra sudah berada tepat di depan pandangannya. "Selamat pagi," sapa Nayra dengan senyumannya. Cakra terkejut lalu segera bangun dari tidurnya. "Kamu ... kamu ga pakai jilbab lagi ya?" tanya laki-laki itu seperti amnesia saja padahal malam hari sebelum dia tidur Cakra sudah menanyakannya pada Nayra."Seperti yang kamu lihat aku memakainya atau tidak," ucap Nayra dengan santai."Aduh Nay, kan ada aku sama papa juga, pakai ajalah ngapain di buka-buka?" tanya Cakra asal bicara.Nayra yang sedang mengoleskan selai pada roti di tangannya pun lalu me
Hari demi hari berlalu, bahkan sekarang sudah bertahun-tahun Nayra hidup sendiri tanpa Cakra. Baginya sesuatu yang ia anggap sebagai takdir, cara terbaik untuk menerimanya meskipun suka atau tidak adalah dengan menjalaninya dan tidak berputus asa.Suatu hari Nayra sedang sibuk melakukan acara berbagi takjil gratis di pinggir jalan. Hari ini adalah bulan puasa, dia dan teman-teman komunitasnya sibuk melakukan banyak acara-acara berbagi di bulan yang penuh arti ini.Malam hari sehabis sholat tarawih di salah satu masjid yang besar di kotanya, perempuan itu hendak pulang ke rumah karena hari sudah malam.Saat ia hendak berjalan tiba-tiba seseorang memanggilnya dan membuat perempuan itu harus menoleh ke belakang.Netra perempuan itu langsung menatap laki-laki dengan sarung dan peci hitam dengan baju koko yang berdiri tepat di depannya. Hanya berjarak beberapa meter dari dirinya berdiri saat ini.Mata laki-laki itu tampak berbinar dan tidak percaya bisa melihat Nayra di masjid ini."Nayra,
Nayra sangat pusing dengan pekerjaannya. Beberapa hari kemarin dia harus lembur karena banyak sekali yang harus ia kerjakan. Malam ini, dia juga harus berada di ruangan dalam gedung tinggi yang menjadi kantornya itu.Untung saja masih ada beberapa teman yang masih di sana dan Nayra tidak perlu takut. "Iya Ma, Nayra akan pulang setelah semua selesai," ujarnya saat Maya menghubunginya. Perempuan itu sungguh pusing melihat Nayra yang hanya menghabiskan waktunya unjuk bekerja saja, padahal ia ingin Nayra bisa mencari pasangan lagi dan menikah."Kenapa kamu harus bekerja hingga larut seperti ini Nay? Orang tuamu tidak hidup kekurangan. Apapun yang kamu inginkan masih bisa dipenuhi oleh orang tuamu. Jadi tolonglah, pulang dan jaga kesehatanmu," omel Maya.Nayra sudah pusing dengan pekerjaannya, ditambah lagi harus mendapatkan omelan dari Maya, dia serasa tidak kuat lagi dengan semua itu."Maa, tolonglah, aku pasti akan pulang tapi tidak sekarang. Mama jangan khawatir."Nayra buru-buru un
"Paa, apa kita buat rencana baru aja biar Nayra sama Septian bisa saling kenal dan lebih dekat lagi?" tanya Maya sambil bersiap-siap di dalam kamarnya. Hari ini mereka akan menghadari pernikahan Savia, siapa yang menyangka jika gadis itu akan menikah dengan Reno? Teman baik Cakra. Hendrawan yang sudah putus asa, tidak memiliki ide apapun terhadap saran dari Maya. "Lebih baik jangan dipaksakan Ma, semua yang terjadi sama Nayra, papa juga merasa bersalah. Tapi kalau saja Ezhra tidak pergi saat itu...."Hendrawan tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu jika Ezhra sudah kembali dan beberapa kali menemui Nayra, karena perempuan itu tidak menceritakannya pada orang tuanya. Maya pun mendekati suaminya itu dan menarik nafas berat. "Tidak ada yang salah Pa, mungkin memang takdir cinta Nayra harus seperti ini. Tugas kita sekarang hanya mendoakan dia dan mencoba berusaha agar dia mendapatkan kebahagiaannya lagi," tutur Maya tidak ingin membuat suaminya merasa bersalah. "Tapi apa yang
Berbulan bulan lamanya Nayra belum juga menandatangani surat cerai nya. Ia pikir tidak akan ada bedanya saat ini dia bercerai atau tidak. Semuanya akan tetap sama, dia tidak akan bertemu dengan Cakra dan tetap sendiri.Perempuan itu menjalani hari-harinya dengan mulai bekerja di sebuah perusahaan impiannya.Maya dan Hendrawan hendak menjodohkannya dengan Septian sekarang angkat tangan karena Nayra benar-benar tidak bisa menerimanya."Bagaimana jika dia trauma karena pernikahannya Pa?" tanya Maya saat sedang menikmati kopi bersama di ruang keluarga.Hendrawan menyeruput kopinya dengan santai. Dia tidak bisa berkomentar atas kalimat istrinya itu."Mama jadi khawatir sama dia. Jangan sampai Nayra tidak mau menerima siapapun hingga tua nanti." Maya menjadi sangat sedih saat memikirkan itu. Berbagai cara sudah ia lakukan supaya bisa membuat Nayra melupakan hubungan pernikahannya yang pernah terjadi dengan Cakra.Tapi apa yang Nayra katakan? Bagaimanapun sesuatu yang pernah terjadi padanya
Berhari-hari Nayra terdiam murung di dalam kamar miliknya. Rasa kecewanya pada Cakra masih saja memenuhi pikiran dan hatinya. Namun kejadian yang menimpa Cakra hingga membuatnya masuk penjara juga menjadi pertanyaan di hati dan pikirannya. Dulu ia menahan kesedihan karena ingin ikut bersama laki-laki itu menjalani hukumannya di desa. Ia rela menemani Cakra dan tidak tinggal di rumah orang tuanya.Sekarang ia menangis karena orang yang dulu ia bela dan ia temani sekarang tega mengkhianati. "Kamu tanda tangani saja surat cerai itu Nay. Mau tidak mau kamu harus melakukannya tanpa memikirkan apapun. Mama sudah tidak bisa lagi mentoleransi kesalahan yang laki-laki itu lakukan," ujar Maya dengan kecewa. Perempuan itu mungkin merasa lebih kecewa dari Nayra. Hati seorang ibu yang telah membesarkan anaknya hingga dewasa dengan penuh cinta, namun setelah dewasa anaknya menikah dengan laki-laki yang salah dan tidak membuatnya bahagia sungguh merupakan hal tersedih bagi Maya.Perempuan itu ber
"Jadi kamu lebih memilih laki-laki itu dan menjebaknya daripada menikah denganku?" tanya Axzo yang merupakan kekasih Verlisa.Malam hari selesai dari sebuah club, Verlisa menceritakan bahwa dia tidak bisa dan tidak mau bersama Axzo lagi. Laki-laki itu tentu tidak terima dengan apa yang Verlisa katakan dan pengakuan dari wanita itu membuatnya sakit hati."Dia pacar aku, yang sampai saat ini masih aku cintai—""Lalu kamu jadikan aku ini apa? Selama ini apakah kamu hanya pura-pura mencintaiku?" tanya Axzo dengan sesak.Laki-laki itu memarkirkan mobilnya di sebuah jalanan yang sangat sepi, bahkan mungkin hanya ada kendaraan mereka saja di jalan itu. Verlisa protes kenapa Axzo menghentikan mobilnya. Axzo keluar dari mobil dan berteriak dengan begitu kencang untuk menyalurkan emosi dirinya.Axzo sangat mencintai Verlisa, tapi wanita itu mematahkan hatinya. Baru kali ini Axzo merasa benar-benar tertekan dan sakit hati."Maafkan aku, tapi aku pikir aku bisa mencintaimu dan berusaha mencoba
Sore hari Cakra pergi ke rumah Savia karena ia tahu pasti Nayra ada di sana. Selama mereka menikah dan memiliki masalah, Nayra selalu pergi ke rumah sahabatnya itu.Laki-laki itu merasa tidak berani menemui istri dan Savia karena masalah yang terjadi. Tapi mau bagaimana? Jika ia tidak segera menyelesaikan masalah ini, maka semuanya akan semakin memburuk."Aku mau ketemu sama Nayra," ujarnya saat Savia yang membukakan pintunya."Dia lagi pergi." Savia tidak berbohong akan hal itu, Nayra memang sedang pergi ke masjid untuk menemui salah satu orang yang akan ia minta pendapat dan bisa mengambil keputusan dengan jernih.Cakra tidak percaya jika Nayra tidak ada di rumah Savia. "Aku ga percaya. Aku butuh ketemu sama dia, tolong jangan halangi aku," pintanya dengan penuh harap."Kalau dibilang ga ada ya ga ada, emangnya kalian lagi ada masalah apa lagi sih? Kok kelihatannya masalah selalu ada. Kasihan besti aku tuh kamu sakitin terus."Bukannya ingin ikut campur, Savia hanya merasa kasihan d
Nayra belum bisa menceritakan apa yang terjadi pada Savia. Masalah rumah tangganya kali ini benar-benar sudah membuatnya hampir menyerah.Ia pikir apa Cakra sebenarnya bukanlah jodohnya? Setelah ini bagaimana? Apa perpisahan adalah jalan keluarnya? "Nay, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah, tapi aku ga akan minta kamu cerita kalau emang kamu belum mau," ujar Savia saat perempuan itu sedang makan bersama.Nayra hanya diam. Sebenarnya ia juga butuh seseorang yang bisa membantu mencari solusi untuk masalah ini tapi siapa? Bukankah apa yang terjadi ini adalah aib? Aib suaminya sendiri, yang menyakitinya dan membuat Nayra sedih.Awalnya Nayra menentang orang tuanya demi ikut dengan Cakra sebagai istrinya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang? Cakra menyakitinya. Jika Nayra bicara soal masalah ini dengan orang tuanya, mereka pasti akan langsung membuat Nayra dan Cakra bercerai dan tidak akan memaafkan laki-laki itu."Untuk sementara waktu ini boleh ya Sav aku nginep dulu di rumah kamu. Aku
"Kamu benar-benar udah gila Saa, aku benci sama kamu," ujar Cakra pada Verlisa yang masih berada di hotel.Perempuan itu terkejut, Cakra yang dulunya sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya kini mengatakan kalau dirinya membencinya?Itu sungguh tidak bisa ia terima. Verlisa menatap Cakra tidak percaya. "Benci kamu bilang? Mas Cakra Yudhistira, apa yang mengubah rasa cintamu itu jadi benci ke aku?" tanya Verlisa dengan geram. Perempuan yang awalnya duduk santai di sofa itu menatap Cakra sambil mencoba mengendalikan dirinya."Kamu ga bisa maksa aku Sa, aku udah nikah, aku sudah menyadari kalau memang Nayra yang terbaik buat aku."Cakra berhasil membuat Verlisa murka dengan ucapannya. Perempuan itu semakin benci dengan Nayra.Laki-laki itu cukup geram dan marah juga dengan apa yang terjadi. Ia berniat akan mengusir Verlisa. "Sekarang kamu pergi, ngapain kamu di sini ha? Aku udah ga bisa lagi sama kamu. Aku mau cari Nayra," ujarnya menyuruh Verlisa keluar dari kamarnya.Ucapan