Kedua netra Mama Kirana serta Jihan membulat saat melihat keberadaan Calista bersama dengan Fadli.'Jadi mereka juga di sini?' batin Jihan.Calista menatap ke arah paper bag yang berada di samping kursi Jihan, kemudian dia menatap tajam ke arah adiknya. 'Pasti wanita itu habis memoroti Mama? Benar-benar licik. Dia bukan hanya berniat untuk merebut Mas Fadli saja dariku, tapi merebut keluarganya juga.' batin Calista."Mamah, Jihan, kalian sedang apa di sini?" tanya Fadli penasaran sambil duduk di hadapan kedua wanita itu."Mama sengaja mengajak Jihan untuk belanja, ditambah Mama juga ingin menanyakan warna yang bagus untuk acara 4 bulanan Calista nanti," jawab Mama Kirana dengan santai.Mulut Calista menganga dengan wajah kaget saat mendengar penuturan sang mertua. Dia yang hamil tapi mama Kirana malah meminta persetujuan kepada Jihan, benar-benar menjengkelkan."Mah ... kan di sini aku yang hamil, bukannya dia!" tunjuk Calista pada Jihan. "Kenapa Mama malah minta masukkan warnanya dar
Mama Kirana mendekat ke arah Calista sambil tersenyum miring, membuat wanita itu tidak bisa berkutik karena saat ini Calista benar-benar ketakutan, cemas, gelisah, semua menjadi satu bahkan kakinya sedikit bergetar."Calista kamu ..." Mama Kirana menggantungkan ucapannya, semakin membuat nafas Calista tercekat di tenggorokan."Mah, aku ... aku ..." Calista tidak bisa berkata apapun, wajahnya terlihat amat sangat pucat dan gugup."Kenapa kamu segugup itu? Mama ke sini hanya ingin bilang, untuk acara 4 bulanan nanti mengundang para anak yatim saja dan beberapa kolega bisnis. Mama dan papa sudah mengaturnya, dan untuk dekorasi lain-lain juga sudah mama atur, jadi kamu tinggal beres aja."Calista mahela nafas dengan lega saat mendengar penuturan mama Kirana. 'Syukurlah ... aku fikir Mama tadi melihatnya. Untung Dewi Fortuna masih berpihak kepadaku, jadi aku masih aman,' batin Calista sambil tersenyum dengan lega."Kenapa wajah kamu tadi sangat gugup? Kamu seperti orang yang ketakutan?" ca
"Iya Mah, Papa rasa Fadli itu sudah mencintai Jihan, tapi karena dia menutup hatinya ditambah karena perjanjian lalu janjinya juga kepada Calista, membuat Fadli tidak sadar. Papa benar-benar bingung," terang papa Zahid."Papa ini kalau bicara jangan setengah-setengah sih! Tadi khawatir dengan Fadli, terus sekarang menjadi bingung, maksud omongan papa itu menuju ke mana?" Wajah mama Kirana terlihat begitu frustasi.Sebab dia sama sekali tidak mengerti dengan arah pembicaraan dari suaminya, di mana mengkhawatirkan Calista, Fadli, Jihan dan sekarang papa Zahid malah terlihat kebingungan."Iya Mah, papa khawatir jika Fadli akan menyakiti batinnya Jihan dengan sikap cueknya, dinginnya bahkan dengan perlakuan Fadli yang menurut papa tidak manusiawi, di mana menjadikan Jihan hanya pelampiasan naf-su saja. Dan papa takut nanti Jihan akan membenci Fadli, dan suatu hari nanti jika mereka berjodoh, Jihan tidak akan mau kembali padanya."Mama Kirana terdiam saat mendengar ucapan suaminya, karena
Jihan duduk di samping Ibu Kulsum, dia sedang membaca doa dan tak luput dari pandangan Fadli, pria itu terus saja mencuri-curi pandangan ke arah Jihan.'Kenapa rasanya aku ingin selalu melihatnya? Aura kecantikan dia benar-benar terpancar hari ini, sehingga membuat aku tidak ingin berpaling,' batin Fadli.Haikal melihat ke arah sang kakak yang sedari tadi terus saja melirik ke arah Jihan. Hatinya merasa sakit, tidak suka, tapi Haikal juga sadar jika Fadli adalah suaminya, jadi tidak ada salah jika pria itu melirik istrinya.Namun tetap saja, Haikal merasa bahwa Fadli bukanlah pria yang tepat untuk Jihan, mengingat latar belakang pernikahan mereka yang dilandasi oleh sebuah perjanjian.'Jika kamu berani menyakiti Jihan, ku tidak akan membiarkan itu Kak. Aku akan merebutnya darimu!' batin Haikal.Setelah acara selesai semua tamu undangan sedang memakan hidangan yang disediakan oleh keluarga Mama Kirana, namun untuk yatim piatu sudah pulang, sementara di sana tinggallah kolega bisnis dar
Mama Kirana menetap kaget ke arah Calista, dia tak menyangka jika Calista melakukan hal itu kepada adiknya sendiri.'Ap yang ada di dalam pikirannya sampai ia memperlakukan Jihan seperti ini? Tahukah ia, jika tak secara langsung dia mempermalukan dirinya sendiri?' batin Mama Kirana."Astaga! Wanita macam apa dia? Berjilbab tapi hamil diluar nikah? Benar-benar memalukan. Menjijikkan." ledek para tamu yang ada di sana.Jihan segera menjauh dari Calista, tapi ia melihat senyuman miring di bibir wanita itu. Tak pernah menyangka jika Calista akan berbuat hal yang merugikan dirinya sendiri."Sayang, apa yang kamu lakukan?" bisik Fadli, "Kenapa kamu mempermalukan Jihan?" bingungnya.Fadli juga tak habis pikir dengan Calista, karena tindakannya bisa saja membuat mereka berdua malu. Akan tetapi, Calista tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh suaminya.Rasa cemburu telah menggerogoti hati wanita itu, sehingga Calista tidak bisa berpikir dengan jernih.Para tamu undangan semakin mencemooh Ji
"Saya tak ada pilihan lain, karena saat itu Ibu saya sedang koma dan saya butuh biaya untuk operasinya dan juga perawatannya." Sejenak Jihan menghentikan ucapannya.Air mata kembali jatuh saat mengingat hal itu. "Saya harus rela menjual rahim ini demi pengobatan ibu, apa itu salah? Tapi saya bukan wanita murahan yang mau hamil tanpa dinikahi. Setidaknya saya melakukannya dengan suami sah saya," jelas Jihan dengan air mata yang sudah berderai.Semua tamu yang ada di sana terdiam, mereka seakan kehabisan kata-kata untuk menjawab."Kenapa kalian diam saja? Bukankah tadi kalian mencemoohnya? Menghinanya dan mengatakan hal yang begitu menjijikkan kepadanya? Kenapa kalian diam saja sekarang? Apa kalian akan tetap menghinanya saat kalian tahu kebenarannya? Apa kalian tidak akan melakukan hal yang sama saat itu terjadi pada diri kalian atau keluarga kalian sendiri?" tanya Haikal dengan suara lantangnya.Calista hanya diam terpaku dengan wajah yang begitu tegang saat mendengar Jihan mengungkap
Ibu Kulsum tersenyum miring, dia kembali berjalan ke arah Calista, membuat wanita itu semakin dilanda kegugupan, apalagi Fadli Dia takut jika Ibu Kulsum berbicara kepada mama papanya. 'Aduh ... gimana ini? Apa ibu akan bicara sama Mama dan Papa? Jangan sampai itu terjadi. Ini tak boleh dibiarkan.' batin Fadli, 'tapi bisa saja kan itu hanya sebuah gertakan?' harapnya.Tanpa bicara apapun bu Kulsum menatap Calista dengan tajam dan dingin, lalu dia melayangkan satu tamparan kembali mendarat di pipi wanita itu, membuat semua yang ada di sana kembali tercengang dengan tindakannya.Fadli yang melihat istrinya terus-terusan ditampar pun tak terima. "Cukup Bu! Ibu ini apa-apaan sih? Kenapa sedari tadi menampar Calista terus-menerus? Yang hamil kan anak Ibu kenapa seakan Calista yang di--" Ucapan Fadli terhenti saat tiba-tiba saja Ibu Kulsum juga menamparnya."Kamu juga patut mendapatkannya. Kalian ini adalah manusia biadab, laknat dan kejam!" makinya dengan marah.Calista tak terima sejak t
Tanpa mengatakan apapun, Papa Zahid langsung pergi ke kamar, membuat Fadli dan Kalisa semakin bingungSaat Mama Kirana akan menyusul, tiba-tiba Fadli menahan tangannya. "Tunggu Mah!" cegahnya, "Mama dan papa kenapa aneh sekali? Kenapa kalian tidak membela kami saat aku dan Calista dihina? Dan kenapa--""Cukup Fadli! Mama tidak ingin mendengar apapun. Kami sudah lelah dengan drama ikan tongkol." Setelah mengatakan itu Mama Kirana pun pergi dari sana.Calista dan juga Fadli kini tinggal di ruang tamu dengan alis bertaut heran saat mendengar ucapan Mama Kirana. Semua orang bahkan sudah pergi. Kemudian Calista duduk di sofa dengan wajah yang ditekuk."Mas, maksud mama apa sih? Kenapa sih Mama dan Papa aneh banget sikapnya? Drama ikan apa yang mereka maksud? Apa ada yang salah ya dengan kata-kata kita? Atau jangan-jangan benar dugaanku Mas, kalau mereka itu sudah tahu semuanya?" panik Calista.Fadli hanya diam, dia pun bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya sekarang. Kemudian Calis
Hari ini Fadli sudah di izinkan pulang oleh dokter, dan dia akan rawat jalan di rumah. Jihan sengaja menjemputnya bersama dengan Dixon."Boleh aku menggendongnya?" pinta Fadli saat berada di dalam mobil."Tentu saja. Tapi apa perut kamu sudah enakan? Nanti takutnya lukanya malah basah kembali karena tekanan yang cukup berat," khawatir Jihan."Tidak. Sudah lebih baik kok." Kemudian Jihan pun memberikan Dixon kepada Fadli dengan hati-hati.Pertama yang dilakukan Fadli adalah mencium seluruh wajah Dixon. Air matanya tidak bisa terbendung lagi, dia amat sangat bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri.'Terima kasih ya Allah, Engkau sudah memberikanku seorang keturunan. Dia amat sangat tampan. Terima kasih juga telah memberikanku istri yang begitu sabar, semoga Engkau tidak memisahkanku dengan Jihan untuk kedua kalinya.' batin Fadli sambil menatap hangat ke arah putranya."Dia sangat tampan ya," ucap Fadli sambil melirik ke arah Jihan.Wanita itu menganggu
Haikal tersenyum melihat wajah Zahra yang terlihat begitu lucu di matanya. Kemudian dia membantu wanita itu untuk membereskan bekas acara tahlilan.'Jika dilihat-lihat, dia sangat cantik.' batin Haikal saat dia sedang membereskan botol Aqua di samping Zahra, dan diam-diam pria itu mengamati wajah cantik milik wanita tersebut. 'Ya ... walaupun sedikit barbar, tapi dia benar-benar wanita yang baik.'..Satu minggu telah berlalu, Jihan saat ini sedang ditelepon oleh Mama Kirana karena Fadli sudah siuman, dia pun segera bergegas ke rumah sakit.Sesampainya di sana, Jihan langsung memeluk tubuh Fadli. "Akhirnya kamu sadar juga Mas. Aku senang sekali," ucapnya dengan haru."Ini juga karena berkat doa kamu, sayang," jawab Fadli dengan lembut.Pipi Jihan merona malu saat Fadli tiba-tiba saja menyebutnya dengan kata sayang. Karena baru pertama kali pria itu berkata semanis dan seromantis itu kepada dirinya."Boleh kan, jika aku memanggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Fadli dengan tatapan
"Kami akan menceritakannya, tapi nanti. Sekarang kamu mandi lalu makan!" titah Mama Kirana.Akan tetapi, Nuha menolak. Dia tetap ngotot ingin mengetahui semuanya. Melihat kekeras kepalaan putrinya, mama Kirana menatap ke arah papa Zahid, meminta persetujuan suaminya. Akhirnya mau tidak mau, papa Zahid pun menganggukkan kepala."Calista sudah mencelakai kakakmu. Dia menusuk Fadli," ungkap mama Kirana.Nuha menggelengkan kepalanya, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang Mama. "Tidak. Tidak mungkin jika Kak Calista mencelakai Kak Fadli, Mah, Pah. Mama dan Papa kan tahu, bahwa Kak Calista itu sangat mencintai kak Fadil. Jadi tidak mungkin!" Nuha terus membantah.Baginya hal itu sangatlah mustahil, di mana seorang Istri yang sangat mencintai suaminya mencelakai begitu saja."Tapi itulah faktanya. Sebenarnya memang Calista tidak ingin mencelakai Fadli, tapi yang ia tuju adalah Jihan." Mama Kirana menatap ke arah menantu keduanya.Mendengar hal itu Nuha mengikuti tatapa
"Eekhm!" Zahra berdehem, membuat kedua orang itu seketika melepaskan pelukannya dan menatap ke arah pintu."Eh, kamu Ra. Ada apa?" tanya Haikal.'Dia bertanya dengan begitu entengnya. Ada apa? Sama sekali tidak merasa bersalah atau canggung dengan kehadiranku, begitu? Menyebalkan!' gerutu Zahra di dalam hati.Dia pikir Haikal akan merasa gugup atau gelisah saat melihat kedatangannya, tapi terlihat wajah pria itu datar saja tidak ada ekspresi rasa bersalah sedikitpun, dan itu semakin membuat Zahra merasa kesal.Dia menatap ke arah wanita cantik yang saat ini tengah berdiri di samping Haikal. "Ini ... aku mau anterin berkas untuk kamu tanda tangani." Wanita tersebut menaruh berkas di atas meja Haikal, kemudian dia menatap sinis ke arah wanita yang tak lain adalah Nuha."Hey, kamu! Kamu adalah mantannya Haikal, ya? Wow! Ternyata kamu tidak mempunyai satu mantan saja, Haikal, tapi ternyata banyak," sindir Zahra sambil tersenyum miring."Maksudmu?" Haikal melihat dengan tatapan memicing ke
Haikal mencoba untuk menetralkan sikapnya, kemudian dia menatap ke arah Zahra. "Lo kenapa?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Zahra yang tadinya sedang malu-malu seketika menjadi tegang saat mendengar pertanyaan Haikal. Dia bimbang, apakah harus mengatakan tentang pesan itu atau tidak kepada pria yang saat ini berada di hadapannya."Tidak apa- apa," bohong Zahra. Akan tetapi, Haikal tidak bisa dibohongi , sebab ia bisa melihat dari raut wajah Zahra yang dilanda kegugupan serta kecemasan."Jangan bohong! Udah yuk masuk dulu ke mobil!" ajaknya.Zahra pun menurut, hingga mereka memasuki mobil. Akan tetapi, wanita itu masih diam memikirkan siapa dalang dibalik pesan tersebut."Sekarang katakan! Ada apa?" Haikal lagi-lagi bertanya, karena entah kenapa melihat wajah Zahra yang seperti itu membuatnya tak tega.Wanita tersebut membuang nafasnya dengan kasar, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mengutak-atik sebentar lalu memberikannya kepada Haikal."Bacalah!" titahnya.Haikal
"Begini ... apa kau mau terbebas dari, Sean?"Zahra menautkan kedua alisnya, "iya maulah. Tapi bagaimana caranya?""Begini ... karena kak Fadli masih berada di rumah sakit dan dia belum sadarkan diri, sementara aku yang menghandle perusahaan sampai dia sehat. Aku tidak mempunyai partner, jadi aku mau menawarkan mu untuk bekerja di perusahaan ku, membantuku dalam segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan," tawar Haikal."Lalu, apa hubungannya dengan Sean?"Kemudian Haikal pun menjelaskan bahwa penawarannya ada hubungan dengan Sean, di mana pria itu akan menanamkan saham di perusahaan orang tua Zahra, dan sebagai imbalannya Zahra harus membantunya untuk bekerja sebagai sekretarisnya di kantor.Mendengar penjelasan dari Haikal, Zahra pun menimbangnya. Dia bingung apakah jawabannya harus ia atau tidak. Tapi Sean juga sudah memberi modal untuk perusahaan orang tuanya."Tenang saja. Tentang modal dari pria itu, biar dikembalikan saja. Jadi tidak usah merasa tidak enak. Daripada kau harus
"Jelas aku harus ikut campur. Anda ini sangat kasar pada perempuan ... lepaskan dia!" Tatapan Haikal begitu tajam.Dia memang tidak mengenal pria yang berada di hadapannya, tetapi melihat cara pria itu memperlakukan Zahra, Haikal benar-benar merasa tak terima."Memangnya kau siapa? Kekasihnya bukan, tunanganya juga bukan. Tapi kau sudah berani untuk memerintahku. Asal kau tahu ya! Dia ini adalah calon istriku!" tegas pria tersebut.Mendengar hal itu Haikal malah tertawa, seakan apa yang dia dengar adalah lelucon yang begitu menggelikan hatinya."Kenapa kau tertawa? Memangnya ucapanku ada yang salah?""Tidak. Ucapanmu tidak ada yang salah. Tapi kau bilang apa tadi? Calon istri? Zahra saja belum tentu mau denganmu," sindir Haikal sambil mengangkat satu alisnya dengan senyuman miring, akan tetapi tatapannya terkesan meremehkan.Pria tersebut melepaskan cekalan tangannya di lengan Zahra, kemudian dia maju ke hadapan Haikal dan menarik kerah baju pria itu. Akan tetapi, Haikal masih terseny
Semua menanti dengan wajah yang tegang, khawatir dengan keadaan Fadli. "Bagaimana Dok, keadaan putra saya?" tanya papa Zahid yang sudah tidak sabar yang segera mengetahui keadaan putranya."Pasien dalam keadaan kritis, sebab lukanya sangat dalam, ditambah pasien juga kehilangan banyak darah,"papar dokter tersebut.Seketika tubuh Mama Kirana menjadi lemas. Dia pun tak sadarkan diri saat mendengar jika putranya saat ini tengah dalam keadaan kritis.Sementara Jihan terduduk di lantai dengan air mata yang sudah kembali mengalir deras hingga matanya sudah sipit seperti orang Cina, karena sejak tadi terus saja menangis.'Mas Fadli, maafkan aku mas. Gara-gara aku kamu jadi seperti ini.' batin Jihan merasa bersalah.Zahra yang melihat sahabatnya tengah terpuruk kemudian mendekat ke arah Jihan, lalu dia merangkul pundak wanita itu dan membawanya dalam dekapan."Lo yang sabar ya. Gue yakin kok, suami lo itu adalah pria yang kuat. Dia pasti akan selamat."Jihan tidak menjawab, dia hanya mengan
Haikal memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia melihat ke arah Calista yang sedang bangun dengan tertatih.Untung saja wanita itu jatuh di rerumputan, jadi lukanya tidak terlalu parah. "Calista! Tunggu kamu!" teriak Haikal.Calista yang merasa panik melihat ke arah Zahra dan Haikal yang mulai mendekat. Dia pun berlari dari sana hendak menyeberangi Jalan, akan tetapi naas ... dari arah berlawanan ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, sehingga menabrak tubuh Calista.BRUGH!Dan yang lebih naas lagi adalah ... Calista tidak bisa menghindar, hingga dia pun terpental cukup jauh. Dan lebih mengenaskannya lagi ... dari arah yang tak diduga-duga, ada sebuah mobil sehingga melindas kepala milik Calista hingga wanita itu pun meregang nyawa di tempat."Aaaakh!" Zahra yang melihat kejadian itu pun menjerit. Dia langsung memeluk tubuh Haikal karena merasa takut dengan kejadian tersebut. Tubuhnya bergetar, tidak pernah melihat hal yang begitu mengerikan