Setelah Kane pergi, mereka berpindah ke ruang keluarga. Memberikan waktu istirahat yang tenang kepada Bianca dan tentu saja tetap diawasi oleh Ana dan Maria. Sudah pukul empat dini hari dan saat ini pun mata kantuk mereka sudah lenyap.Mereka masih berkumpul dan duduk tanpa suara sepatah kata pun. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Semuanya hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.“Apakah ada yang ingin teh atau kopi? Aku akan menyeduhkannya untuk kalian,” ucap Dayana memberikan tawaran pada semua orang dan memecah keheningan.“Tidak, Sayang. Terima kasih,” sahut Zahra dan membelai rambut putrinya itu.“Daddy mau secangkir kopi susu. Apa itu bisa?” tanya Gerald dengan lembut.“Tentu saja, Dad. Cukup bayar seratus dollar saja karena ini kopi susu yang spesial.”“Wow! Kopi susu di sini harganya sangat mahal.”“Itu tidak seberapa untuk orang kaya seperti Daddy. Tolong jangan terlihat seperti orang susah, Dad!” ledek Dayana dan sedikit banyak membuat tawa mereka pecah.Dayana me
Sementara itu, Kane kembali ke hotel tempat ia menginap dan mendapati bahwa Auriel ada di lobi. Gadis itu tertidur sambil duduk di atas sofa empuk yang ia duduki. Kening Kane berkerut banyak saat menyaksikan hal itu.Kane tidak tahu jika Auriel menunggunya di sana karena sepertinya gadis itu juga tidak memberitahunya tentang hal itu. Kane melihat ponselnya dan tetap tidak ada pesan atau panggilan tak terjawab dari Auriel.Dengan gegas, ia menghampiri seorang petugas resepsionis yang ada di sana dan bertanya pada wanita itu.“Sejak kapan gadis itu tertidur di sana?” tanya Kane pada resepsionis itu sambil mengarahkan telunjuknya pada Auriel.“Kalau tidak salah, sudah sejak jam delapan malam, Tuan.” Wanita itu menjawab dengan sedikit membungkukkan badanya kepada Kane.“Shit!” umpat Kane dan ia langsung menghampiri Auriel.Dengan kedua tangannya yang berotot, Kane mengangkat tubuh Auriel perlahan dan sangat lembut. Ia tak ingin sentuhannya itu membangunkan gadis yang dicintainya dari tidu
“Sayang. Apa yang kau katakan?” tanya Kane dengan nada heran dan langsung memutar tubuh Auriel agar menghadap kepadanya.“Jawab aku!” desak Kane pada Auriel dengan nada bass yang tinggi.Auriel tidak berkata apa pun untuk menjawab pertanyaan Kane itu. Justru ia menunduk karena tidak ingin kembali berdebat dengan Kane. Ia sudah pasrah dengan semua yang akan terjadi dalam hidupnya, karena berharap pada Kane pun rasanya percuma.Kane sama sekali tidak ada niat untuk serius dengannya untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Ia seharusnya sadar akan hal itu dan tidak melupakan bahwa Kane memang pernah mengatakan bahwa dia tidak suka berkomitmen dalam sebuah pernikahan.“Aku tidak ingin bersama orang yang sama sekali tidak ingin bersamaku sampai akhir hayat,” ungkap Auriel sekali lagi dan membuat Kane tertegun.“Apa yang sebenarnya yang sedang ingin kau katakan, Babe?” tanya Kane agar bisa mengetahui semuanya lebih jelas lagi.“Kau sama sekali tidak pernah berniat menikahiku
Sejenak Kane terpaku mendengar pertanyaan dari Auriel dan merasa sangat yakin bahwa dia bisa. Selama beberapa tahun menjalin komitmen bersama Auriel, tidak sekali pun Kane mendekati wanita lain. Itu juga karena Kane memiliki alergi yang tidak biasa, yang tidak dimiliki juga oleh orang lain.“Aku bisa, Sayang. Hanya kau yang akan menjadi satu-satunya wanita dalam hidupku. Apakah kau meragukan aku? Dengan atau tanpa ikatan pernikahan, kau akan menjadi satu-satunya wanita yang ada di dalam hatiku.Memiliki cinta dan kasih sayangku, juga diriku ini tentunya,” ungkap Kane dengan menangkupkan kedua tangannya di pipi lembut Auriel.Mendengar itu, tentu saja hati Auriel langsung berbunga-bunga. Matanya pun berkaca-kaca karena terlalu bahagia. Auriel tidak pernah merasa seburuk lalu menjadi sebaik ini dalam waktu sekejab. Hanya Kane yang bisa membuatnya seperti ini dan Auriel tidak berdaya dengan pesonanya.“Demi dirimu ... aku akan memantapkan hatiku untuk bisa menerima sebuah pernikahan dalam
Kedua tangan Kane memegang pinggul Auriel dengan sangat lembut. Lalu, ia ikut menggerakkan pinggul itu agar naik turun dengan manis. Auriel sungguh tidak bisa menahan kenikmatan itu lagi, sehingga matanya terpejam dan ia menggigit bibirnya menahan ledakan birahi di dalam sana.“Apa kau lelah, Sayang? Aku yang di atas sekarang?” tanya Kane penuh perhatian.“Tentu. Bekerja lah untukku, Kane!” jawab Auriel dengan rasa bahagia.“Baiklah kalau begitu. Mari kita ganti posisinya,” ucap Kane lagi dan berpindah dengan perlahan dengan Auriel. Namun, benda panjang yang tertancap itu seakan enggan terlepas dari dalam sangkar yang menjepitnya dengan erat.Saat ini, Kane sudah berganti posisi dengan Auriel dan Auriel pun menikmati posisinya itu. Kakinya terasa lelah terlalu lama dengan posisi yang seperti tadi. Jadi, sekarang ia bisa sedikit santai dan kepalanya juga diberi sebuah bantalan oleh Kane agar tidak terlalu sakit terkena dasar bathub itu.“Hmmpp ... Kane! Masuki aku lebih dalam,” rengek
“Kau selalu kuat dan tahan lama,” balas Auriel dengan senyum menggoda.Mendengar itu, Kane langsung tertawa dan kemudian keduanya hanyut kembali dalam cumbuan panas yang berujung permainan selanjutnya. Kane seolah tidak pernah bisa menikmati setiap jengkal tubuh wanitanya itu. Begitu pula dengan Auriel, yang tidak pernah merasa lelah melayani birahi lelakinya itu.Kane dan Auriel melakukan penyatuan untuk kedua kalinya. Namun, Auriel sudah mendapatkan pelepasan lebih dari lima kali dalam dua ronde itu. Kane selalu bisa membuat Auriel meledak ledak dan mencapai gairahnya.Setelah cukup puas melakukan permainan dan Kane pun sudah sampai pada puncak kenikmatan untuk kedua kalinya. Mereka membersihkan diri dengan saling membantu satu sama yang lainnya.Tidak ada rasa canggung di antara keduanya lagi, karena mandi berdua setelah puas bercinta itu pun sudah sering mereka lakukan dulu ketika Auriel kuliah di Kanada dan tinggal di apartemen milik Kane. Mereka sudah layaknya sepasang suami dan
Kane sudah rapi dengan balutan tuxedo berwarna hitam yang semakin membuat dirinya terlihat tampan dan rupawan. Gayanya sungguh menawan dan mampu menarik perhatian setiap wanita yang memandang. Usia tidak menjadi penghalang untuk ia dicintai oleh lawan jenisnya.Seperti halnya dengan Auriel yang mencintai pria itu bahkan tidak peduli bahwa usia mereka terpaut sepuluh tahun. Itu tentu saja bukan angka yang kecil, tapi ia sangat tidak peduli dengan semua itu.“Kau tampan sekali, Kane!” puji Auriel dan memeluk pria itu dari belakang.Kane sedang bercermin di depan cermin lemari, sementara Auriel sudah selesai dengan riasannya di depan cermin rias dan menghampiri Kane dengan perasaan bahagia yang tidak bisa juga ia tutupi.“Tentu saja! Kapan aku menjadi tidak tampan bagimu?” tanya Kane dengan menggoda Auriel yang wajahnya tampak sangat berseri.“Kau memang selalu tampan dan mempesona, Sayang. Itu sebabnya aku sangat takut kalau kau akan tergoda dengan wanita lain di luar sana. Pasti banyak
“Selamat siang, Mami dan Papiku tersayang.” Auriel menyapa kedua orang tuanya dengan ramah dan senyum cerah merekah.“Siang, Sayang. Kau dari mana saja? Mami sampai khawatir kau akan kabur dan membiarkan kami dalam masalah besar seumur hidup kami,” sahut Angelina dengan suara yang khas dan ia terlihat benar-benar khawatir.“Aku menginap di rumah temanku untuk menenangkan pikiran, Mi. Bagaimana pun juga, tawaran yang kalian berikan kepadaku itu sangat berat.”“Tapi ... sekarang kau terlihat cerah dan tidak sedih sama sekali. Apa kau sudah siap menikah dengan pria tua itu, Sayang?”“Aku siap menikah dengan pria tua, Mami!”“Syukurlah. Dia akan membantu kita terlepas dari masalah besar ini dan kau ... kau bisa mengajukan gugatan cerai setelah tiga bulan masa pernikahanmu nanti,” jelas Angelina pula kepada Auriel.Auriel sebenarnya ingin memberikan kejutan kepada kedua orang tuanya itu. Yang dia maksud dengan siap untuk menikah dengan pria tua itu bukan lah pria yang dimaksud oleh Angelin
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka