“Kau kembali, Sayang? Kau akhirnya pulang ...,” ucap Bianca dengan suara yang nyaris tidak terdengar saking sedih dan terharunya.Melihat tangan Bianca masih menggantung di udara, Kane yang tinggi menjulang berinisiatif untuk berjongkok di depan kursi roda yang diduduki oleh wanita itu. Wajahnya sangat cantik dan juga sendu, tampak sembab dan penuh dengan kesedihan.Mendapati wajah yang ingin dia sentuh sudah berada di depan dirinya, Bianca langsung saja menyentuh pipi Kane dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.“A-aku ... aku merindukanmu, Zack! Kau akhirnya pulang ...,” lirih Bianca lagi dan Kane hanya diam mematung menikmati pemandangan di depannya.Wajah sedih dan kerinduan seorang wanita yang dia sama sekali tidak kenali. Akan tetapi terasa sangat menyentuh hati hingga ingin rasanya Kane membawa Bianca ke dalam pelukannya. Agar wanita itu tenang dan tidak lagi bersedih. Setidaknya, kerinduannya pada pria yang dinantikannya itu bisa sedikit terobati.Di belakang Kane, pas
“Apa yang baru saja kau katakan, Kane! Sudah aku peringatkan untuk tidak memberikan harapan palsu pada menantuku! Dan kau! Kau sama sekali tidak pantas menjadi putraku!” ucap Albert dengan emosi menggebu.Dadanya bergemuruh ketika mendengar ucapan Kane sesaat tadi. Itu seperti nyata seorang Zacky berkata kepada Bianca dengan sangat lembut. Bianca pun terpukau dengan kalimat dan nada bicara Kane kepadanya.“Al ... tenangkan dirimu. Jangan terlalu emosi! Ingat kesehatanmu juga tidak baik-baik saja belakangan ini,” kata Olivia berusaha memperingati suaminya akan hal itu.“Kau tidak dengar apa yang baru saja dia katakan, Sayang? Dia berlagak seperti dia memang adalah Zacky. Sungguh tidak bisa aku percaya dia akan melakukan hal itu dengan sangat mudah!”“Dad! Apakah aku memang tidak pantas menjadi putramu lagi?” tanya Kane dengan suara yang mendayu sedih.Namun, bukan pertanyaannya itu yang membuat Albert diam tak berkutik di tempatnya. Panggilan yang baru saja disebut Kane kepadanya bukan
Di rumahnya, Auriel tampak murung dan tidak bersemangat untuk melanjutkan makan malamnya. Tidak ada panggilan atau pesan sama sekali dari Kane dan itu membuat feelingnya sebagai seorang wanita bekerja keras.Rasa cemburu tiba-tiba saja menyeruak di dalam hatinya dan ia takut jika ternyata Kane sudah terpikat dengan wanita lain saat berada di kota ini. Auriel tidak akan membiarkan hal itu terjadi karena ia sudah terlanjur mencintai Kane.“Sayang ... kenapa tidak dihabiskan?” tanya Rossi dengan heran melihat tingkah aneh putrinya kali ini.“Aku kenyang, Mom. Aku akan ke kamar sekarang. Selamat malam, Mom. Selamat malam, Dad!” jawab Auriel dengan wajah yang masih tampak murung.“Tunggu, Aurel! Tetap duduk di sini sebentar. Ada yang ingin Daddy katakan padamu,” cegah Rocky yang memang dari tadi menampilkan wajah seriusnya kepada Auriel dan juga Rossi.“Besok saja, Dad. Aku benar-benar sedang tidak mood malam ini,” tolak Auriel yang memang sudah terbiasa manja kepada orang tuanya itu.“Tid
Malam itu pukul delapan, Kane masih duduk di salah satu kursi yang tersedia di meja makan kediaman Albert. Mereka baru saja selesai menyantap makan malam dan nyaris tidak ada percakapan selama jam makan tadi.Kane juga sudah selesai diperiksa oleh dokter keluarga Albert yang mana hasilnya tentu saja menjadi alasan mereka terdiam saat ini. Tak mampu berkata-kata karena masih terbayang dengan ucapan sang dokter pribadi.“Sebaiknya kau menginap saja di sini malam ini, Kane.” Olivia berkata memecah keheningan di meja makan.Semua mata tertuju pada Olivia sesaat setelah ia mengatakan hal itu kepada Olivia. Tentu saja kecuali Bianca yang justru merasa heran dengan ucapan Olivia itu. Bianca mendadak sudah bersikap seperti sedia kala lagi saat ini.Dia sudah bicara dan melakukan segalanya sendiri, tanpa bantuan dari pengasuh atau pun perawatnya itu. Hanya saja, Bianca masih duduk di kursi roda karena tulang kakinya masih terlalu lemah untuk dia bawa berdiri apalagi berjalan seperti seharusnya
Malam itu Kane menginap di kediaman Albert dan Olivia. Namun, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu saja ada yang melintas di dalam pikirannya. Kane tidak tahu mengapa dia tidak bisa menolak apa pun yang diminta oleh Albert dan Olivia kepadanya.Bahkan, saat mereka meminta pada Kane agar tetap berusaha menjadi Zacky dalam beberapa waktu ke depan. Semua itu karena Bianca akan menjalani pemeriksaan rutin lusa depan dan itu biasanya akan memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.Pasalnya, Bianca yang merasa dan menganggap bahwa dirinya masih sehat dan juga tidak mengalami depresi selalu saja menolak saat diadakan sesi tanya jawab oleh psikolognya.Bukan hal yang mudah untuk Albert dan Olivia membujuk Bianca, bahkan terkadang mereka terpaksa memakai suntik penenang yang bisa membuat Bianca menjadi lebih rileks. Atau di lain kesempatan, mereka terpaksa menjadi Brian sebagai umpan agar ibunya itu bersedia melakukan pemeriksaan dan diberikan obat yang memang seharusnya ia konsu
Sudah tiga jam Aurel menunggu Kane di lobi karena ia tidak ada di kamarnya. Namun, saat ia mengetahui Kane berbohong hati Auriel langsung merasa sakit dan kecewa. Bagaimana bisa Kane berbohong dengan mengatakan bahwa ia ada di hotel malam ini?Dan andai pun memang ada di hotel, tidak pernah Kane menolak kedatangannya seperti itu. Hati Auriel benar-benar tidak bisa untuk merasa baik-baik saja saat ini.Sementara itu, di balkon tempat Kane duduk menelpon Auriel tadi tengah terjadi saling tatap yang terasa sangat mencekam. Rasanya tidak ada ruang untuk Kane bernapas setelah ia memutuskan panggilan telponnya dengan Auriel. Lalu memalingkan wajahnya dan melihat sosok yang berdiri dekat pintu balkon.“Siapa yang kau panggil dengan sebutan sayang?” tanya wanita yang tak lain adalah Bianca.“I-itu ... aku bisa jelaskan nanti. Semuanya tidak seperti yang kau duga,” jawab Kane terbata karena sungguh tidak tahu harus bagaimana memberikan penjelasan kepada Bianca.“Apa lagi yang ingin kau jelaska
“Brian ... kau terbangun, Sayang?” tanya Olivia dan bergegas menghampiri cucu laki-lakinya itu dengan wajah panik.Brian memang tidak hadir sejak sore di tengah keluarga mereka. Itu karena bocah remaja itu tertidur karena terlalu kelelahan membaca dan mempelajari managemen bisnis dari komputernya. Ia adalah anak yang sangat gigih dan rasa ingin tahunya sangat tinggi.“Ya, Nek. Aku mendengar suara Mami berteriak. Ada apa dengan Mami?” tanya Brian lagi setelah menjawab pertanyaan Olivia.Olivia mengusap kepala Brian dan mencoba untuk melempar senyum terbaiknya, meski hatinya masiih dalam keraguan saat ini.“Semua baik-baik saja sekarang. Oke? Kau bisa kembali tidur ke kamarmu, atau kau lapar sekarang? Nenek akan memanaskan makanan untukmu di dapur.”“Tidak, Nek. Terima kasih. Aku akan meminta bibi saja yang menyiapkan. Nenek istirahat saja dan beritahu aku jika terjadi apa-apa lagi pada Mami. Mungkin, dia butuh aku untuk bisa tenang.”“Baiklah, Sayang. Aku percaya itu, tapi sekarang dia
Brian sudah pergi tapi wajahnya dan suaranya masih tertinggal dalam ingatan Kane. Ia tidak bisa melupakan wajah tampan anak remaja itu dengan mudah. Kilatan seorang bayi laki-laki yang sedang menangis di dalam gendongan Bianca melintas dengan sangat cepat di pikirannya.“Aaah!” jerit Kane dan memegang kedua sisi kepalanya dengan sangat erat.Kepala Kane tertunduk dan telinganya berdenging. Mengeluarkan suara-suara yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.“Sudah, pergi saja sana! Tidak akan ada yang tergoda dengan pria dingin dan sombong sepertimu. Kau arogant dan terlebih kau sudah punya anak. Wanita mana yang mau menerimamu dengan seorang putra?”“Jangan ragu, Sayang. Pesonaku tidak akan luntur dimakan waktu. Seperti Daddy yang sampai saat ini saja masih sering diteror oleh wanita yang tidak dikenalnya dan tiba-tiba saja meminta Daddy untuk menikahinya.”“Coba saja kalau kau berani melirik atau menyimpan wanita lain. Masa depanmu bisa aku musnakan saat itu juga.”“Maka aku tidak akan
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka