Imelda tidak lagi bisa berkata-kata setelah hentakan demi hentakan terasa memberikan kenikmatan yang bahkan belum pernah dia dapatkan dari mantan suaminya dulu. Permainan yang dilakukan oleh Zacky benar-benar di luar ekspetasinya dan memberikan gelombang rasa yang siap meledak bersamaan dengan sesuatu yang ingin dikeluarkan oleh Zacky di dalam sana. “Ouughh Shit! Kau sempit sekali, Sayang!” Entah itu umpatan atau bahkan sebuah pujian dari Zacky kepada Imelda. Imelda merasa dia ingin melepaskan sesuatu dari dalam dirinya yang tidak pernah dia rasakan selama ini. Selama bersama suaminya dulu, Imelda tidak pernah merasakan ledakan-ledakan gairah seperti ini. “Aku ... akan keluar!” lenguh Zacky kepada Imelda dan semua gerakan itu masih tetap sama seperti tadi. “Aku merasa ... seperti ada yang ingin keluar. Aku ... ingin pipis,” ucap Imelda dengan malu-malu. “Tidak apa-apa, Honey. Keluarkan saja, lepaskan! Kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa nanti,” titah Zacky pada Imelda da
Di lain tempat, Queen masih merasakan hidup bak ratu dalam rumahnya sendiri. Itu semua tentu saja tidak lepas dari campur tangan Albert dan Leo. Serta, tidak tertinggal kasih sayang dan perhatian yang tulus dari Paulina dan juga Rose tentunya.Mereka berdua begitu mencintai Queen dan tidak pernah sama sekali mengabaikan Queen. Mereka juga tidak pernah memandang semua harta dan fasilitas yang diberikan oleh keluarga Queen. Terlebih pada Paulina, yang begitu tidak ingin lagi melepaskan Queen dari dalm hidupnya. Seolah Queen sudah menjadi satu dengan denyut nadinya dan jika Queen pun pergi seperti putrinya dulu, entah bagaimana dan jadi apa hidup Paulina nantinya.“Mami ... aku bosan! Apa boleh aku tidak belajar untuk hari ini?” tanya Queen dengan sangat manja kepada Paulina.“Tentu, Sayang. Masa-masa emasmu adalah masa bermain. Belajar tidak harus dan tidak dengan tuntutan seperti ini. Seharusnya!” jawab Paulina dan mengelus rambut panjang Queen yang sudah dia jalin dan kepang kuda.“La
Paulina sudah siap dengan pakaiannya dan juga sebuah tas kecil yang dijinjingnya sejak tadi. Semua itu sudah tersedia di dalam rumah dan di hanya tinggal menggunakannya saja sesuai dengan kebutuhan. Sebuah kartu gold unlimited juga tersedia untuk memenuhi semua keperluan Queen. Sementara, untuk dirinya sendiri dan Rose ada sebuah kartu lagi yang setiap bulan jumlahnya akan terus bertambah sampai Queen berusia tujuh belas tahun nanti.“Mami cantik sekali dengan gaun itu. Aku sangat menyukaimu dengan tampilan anak muda seperti ini,” puji Queen yang baru saja melihat penampilan Paulina.“Terima kasih, Sayang. Sesekali tidak ada salahnya memanjakan diri sendiri dengan bersikap seolah aku adalah gadis remaja bukan?” tanya Paulina yang tersipu malu mendengar pujian dari Queen tadi.“Tentu saja tidak masalah. Mami memang sangat cantik dan seperti masih seusia dua puluhan tahun. Aku bahkan merasa bahwa Mami lebih cocok aku panggil dengan sebutan kakak,” ungkap Queen yang jelas sekali pandai m
Tadinya, Auriel ingin mendengarkan semua percakapan Queen dengan Paulina. Akan tetapi, tiba-tiba saja King sudah menghampirinya dan mengajaknya untuk membeli bahan lainnya. Auriel tidak ingin jika King sampai melihat Queen. Hal itu karena memang Auriel tidak ingin ada perasaan yang lain tumbuh di hati mereka masing-masing.Baik perasaan sayang yang mungkin saja terjalin secara alami karena mereka berasal dari gen yang sama. Atau mungkin rasa saling benci satu sama yang lainnya. Namun, sudah tiga bulan Auriel memang tidak pernah lagi melihat Queen berada di sekolah.Sementara itu, Imelda juga sudah lama tidak lagi bekerja sebagai tenaga pengajar di sekolah itu. Hal yang akhirnya membuat Auriel juga tidak lagi bersemangat membawa King ke sana. Yang mana tujuan awal Auriel membawa King sekolah ke tempat itu adalah agar dia sering bertemu dengan Queen yang mana nantinya dia berharap mereka akan bersahabat.“Apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Jika Queen dan Imelda tidak lagi sama-sama a
“Apa maksudmu, Sayang? Kau merindukan King? Kenapa kau tidak pernah kelihatan lagi, Sayang?” tanya Auriel beruntun pada Queen dan langsung mendekatinya, mencoba mengambil hati gadis itu dengan membelai kepalanya dengan lembut.“Aku merindukan saat di mana aku berkelahi dan berdebat dengan King sampai kami tidak bertegur sapa dalam beberapa saat. Kau ingat itu, King?” tanya Queen dengan lembut pada teman lamanya itu.“Tentu. Aku tidak akan pernah lupa dengan semua itu, Queen. Kau ... apa kabar?”King menjawab dengan gayanya yang dingin dan cuek. Namun, setelahnya dia bertanya kepada Queen tentang kabar gadis yang menurutnya semakin cantik itu. Anak seusia mereka sudah bisa menilai lawan jenisnya cantik atau tidak. Semua tergantung pada tingkat kecepatan mereka beranjak dewasa dan juga memahami keadaan di sekitarnya.“Aku? Tentu aku baik-baik saja. Aku tidak perlu bertanya padamu tentang kabar, karena sepertinya kau juga dalam keadaan sehat saja.”“Ya. Aku memang baik-baik saja. Kau tid
Tiga belas tahun ternyata memang bukan lah waktu yang sangat lama untuk dijalani oleh orang-orang yang hidup dalam cinta kasih dan kasih sayang melimpah.“Mami ... nanti sore aku akan pergi bersama teman-teman satu group design yang aku ikuti,” ucap Queen dengan suara pelan dan kemudian mendaratkan kecupan pada seorang wanita separuh abad itu.“Ke mana, Sayang? Apa kau butuh sesuatu?” tanya Paulina dan kemudian membuat Queen mendelik dengan cemberut.“No, Mami. Aku sudah dewasa sekarang. Jadi berhenti lah terlalu memperhatikan dan memanjakanku seperti itu. Okey?”“Hmm ... bagiku kau tetap saja putriku yang berusia tiga tahunan saat itu. Putri yang mengikutiku ke rumah ini hingga sekarang kau sudah berusia enam belas tahun. Sekarang kau sudah sebesar ini, tapi di hatiku kau tetap putri kecilku,” ungkap Paulina dan mencubit pipi Queen dengan sangat gemas.“Uh, Mami ....”Kedua wanita itu sudah hidup berdua selama sepuluh tahun ini. Itu semua karena hanya tiga tahun saja kebersamaan mere
Queen sudah menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan dan kedamaian selama tiga belas tahun ini. Namun, dia tentu tidak akan pernah lupa dari mana dia berasal. Di mana keluarga kandungnya dan siapa-siapa saja yang masih tersisa di dunia ini.Memang, Albert sudah lima tahun yang lalu meninggal dunia, dan saat itu pun Queen datang ke acara pemakaman Albert. Mana mungkin dia tidak menghadiri pemakaman kakek yang sangat menyayangi dirinya dan melakukan segalanya demi menyelamatkan nyawanya dari ancaman seseorang.Gadis yang sebentar lagi menginjak usia dewasa itu sudah tahu siapa saja yang dulu sempat berniat melenyapkannya dan itu semua hanya demi kekuasaan. Jabatan dan harta tentu saja. Queen tidak pernah melewatkan satu pun informasi yang diterimanya dari Leo.Yup, benar! Leo selalu mengirim informasi itu kepada Queen karena tidak ingin Queen hidup dalam kehampaan dan juga kesepian seperti yang dulu pernah dirasakan oleh beberapa orang dalam keluarga Albert. Termasuk pada Leo sendiri
“Bukannya ini ponsel Queen? Kenapa bisa tertinggal di sini?” tanya Paulina yang melihat sebuah ponsel keluaran terkini dan termahal itu tergeletak begitu saja di atas meja cermin hias.Paulina langsung mengambil ponsel itu dan menatapnya dengan heran. Sekilas tidak ada yang aneh di ponsel itu dan Paulina juga tidak ingin mengganggu privasi putrinya itu. Selama ini, Paulina tidak pernah memeriksa ponsel Queen karena dia percaya pada Queen. Apalagi, Queen memang selalu menghabiskan waktunya di rumah.Semua kegiatannya dia lakukan di rumah, dan itu membuat Paulina bisa sedikit bernapas lega karena hal buruk biasanya terjadi di rumah. Apalagi pada usia remaja beranjak dewasa seperti Queen. Biasanya, pergaulan dari teman-teman akan sangat berpengaruh.“Siapa ini yang mengirimkan pesan pada Queen dan memanggilnya dengan sebutan ‘Nak’? Kakek Leo? Siapa dia?” tanya Paulina saat tidak sengaja melihat notif yang baru saja masuk ke ponsel Queen.Paulina tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka