Di rumah Geraldi, para koki dan cheff handal sedang berburu waktu menyiapkan beberapa jenis makanan jepang yang sebenarnya sangat simpel dalam penyajian tapi sangat rumit proses pembuatannya dan agar rasanya cocok di lidah Mr Lee, mereka harus bekerja tanpa cela dalam hal cita rasa.
Zahra yang melihat keadaan itu, menjadi bingung. Karena sama sekali tidak tau apa yang akan terjadi di rumah tempatnya bekerja itu. Sambil menggendong Dayana dengan sangat hati-hati, Zahra menunju ke taman di belakang rumah. Dia duduk di ayunan sambil menimang-nimang Dayana. Matahari tidak terlalu terik, karena hari sudah menunjukkan pukul empat sore.
Dayana terlihat sangat senang saat Zahra mengajaknya bermain di taman. Sambil terus mengajak bayi mungil itu bercengkrama, Zahra masih memikirkan apa yang akan di adakan Gerald di rumahnya. Kenapa Gerald tidak memberitahu apa-apa padanya?
'Ah, lagi pula apa pentingnya bagiku? Ini rumahnya, tentu saja dia berhak melakukan apa sa
Setelah memastikan semuanya cukup baik dan selesai, Gerald bisa bernapas lega. Para cheff itu hanya tinggal menyiapkan hidangan penutup dan pencuci mulut. Ia rasa waktunya masih sangat cukup untuk menyiapkan semua itu. Kemudian, Gerald meninggalkan dapur dan menuju kamar pribadinya di lantai tiga. Rumah Gerald memiliki tiga lantai, asal kalian tau. Ia membangun rumah dengan konsep dan design-nya sendiri. Karena ia memiliki selera yang berbeda soal rumah. Baginya rumah adalah tempat pulang yang harus membuatnya sangat nyaman dan aman. Jenjang yang diukir sedemikian rupa dengan gaya khas eropa, membuatnya terlihat sangat indah dan mewah. Di lantai tiga, hanya ada dua kamar yang memang sengaja dibuat Gerald. Tujuannya dulu adalah satu kamar untuk dia dan istrinya. Satu kamar lagi untuk berganti suasana jika istrinya bosan di kamar utama dan ingin memiliki sensasi bercinta yang berbeda. Karena kedua kamar itu memuliki nuansa yang sangat jauh bertolak belakang. Ka
"Baiklah, aku rasa pembahasan kita cukup sampai di sini. Aku akan menunggu hasil terbaik dari kolaborasi kalian berdua," ucap Mr Lee sambil beranjak dari kursinya. "Baik, Mr Lee. Terima kasih banyak atas semua kritik dan saranmu dalam pengembangan bisnisku." jawab Gerald yang sudah berdiri dengan mengulurkan tangannya pada Mr Lee. Kemudian, Mr Lee menyambut uluran tangan Gerald dan mereka berjabat tangan bergantian secara keseluruhan. Tidak terkecuali Zacky. Namun, saat Fio mengulurkan tangan padanya tentu saja Zacky tidak menyambut uluran tangan gadis itu. Fio tampak semakin tersinggung. Agar salah paham tidak semakin berlanjut, Mike memutuskan untuk memberitahu Fio yang sebenarnya. "Maaf, Nona Fio. Tuan Muda Zack alergi terhadap wanita. Itu sebabnya ia tak biss berjabat tangan denganmu." "Alergi terhadap wanita? Sungguh penyakit yang aneh. Aku tidak berpikir penyakit itu benar-benar ada," jawab Fio dengan tak percaya. "Itu alergi turunan dar
Tiga bulan sudah berlalu sejak pertama kali Zahra datang ke rumah Gerald sebagai pengasuh putrinya, Dayana. Selama rentang waktu itu pula, kedekatan antara keduanya sudah mulai terjalin dengan akrab. Setidaknya, Gerald tidak lagi bersikap dingin dan cuek seperti ketika baru-baru bertemu dengan Zahra. Dan lagi, kini Gerald sudah mulai terbiasa menghabiskan waktu di rumah bersama Zahra dan Dayana. Gerald sangat senang melihat tumbuh kembang Dayana yang sangat pesat. Semua itu, tentu saja tak lepas dari campur tangan Zahra sebagai pengasuhnya. Selama itu pula, orang tua Zahra masih tidak tau kalau putri mereka menjadi pengasuh bayi. Karena, Zahra memang menjadi seorang design seperti yang ia katakan pada Albert dan Olivia. Saat Dayana tidur, ia akan mulai bekerja. Beberapa hasil karyanya juga sudah mulai di pasarkan oleh sebuah perusahaan yang baru saja merintis. Zahra memang sengaja memilih perusahaan baru untuk hasil karyanya. Karena, ia ingin semua usah
Setelah kecupan singkat tadi, hanya ocehan Dayana yang masih terdengar di dalam mobil sepanjang jalan. Gerald menawarkan untuk pergi sarapan pagi di sebuah Restoran yang lumayan jauh dari rumahnya. Zahra setuju, tapi keduanya hanya memasang aksi diam sedari tadi. Sesekali Zahra akan menyapa Dayana yang terus menarik-narik hidungnya dengan suara gelak tawa. Begitu pun dengan Gerald, sesekali ia melirik ke arah Dayana. Dan tak lupa mwncuri pandang pada gadis di sebelahnya itu. Setelah sampai di Restoran, mereka memesan menu sarapan paginya hari ini. Dayana sudah bisa duduk sendiri di sebuah kursi bayi yang memang telah di sediakan oleh pihak Restoran sebagai bentuk pelayanan maksimal bagi pelanggan yang mungkin membawa bayi saat datang menikmati sajian di Restoran ini. "Jadi, sekarang kau masih mencintai bajingan itu?" tanya Gerald sambil menatap layar ponselnya. "Siapa? Eh, em...maksudku, tidak. Untuk apa aku masih mencintai pria seperti dia," jawab Za
"Kau...kau adik Tuan Muda Zack? Kembarannya?" tanya Gerald lagi, tak percaya bahwa Zahra adalah kembaran lawan bisnisnya selama ini. Yang itu berarti, Zahra juga lebih tua satu tahun dari dirinya. "Benar. Aku selalu menyembunyikan diriku selama ini. Aku tidak suka terlalu di kenal banyak orang." ucap Zahra sungguh-sungguh. Gerald terdiam, mencoba mencerna semua yang sedang terjadi padanya. Ia tak bisa membayangkan, jika ternyata Zahra memang adik dari Zacky. Entaj apa yang akan terjadi pada nasibnya dan perusahaannya nanti. "Ini lah yang paling aku takutkan saat orang-orang mengetahui siapa aku. Hanya akan ada 2 pilihan. Pertama, mereka akan menempel padaku dan menjadi parasit dalam hidupku. Kedua, mereka akan menjauhiku karena takut pada Ayah dan Kakakku." jelas Zahra melanjutkan pembicaraan, karena ia melihat Gerald masih enggan mengeluarkan suaranya. Zahra paham dan sangat meyakini, bahwa Gerald mengetahui dengan pasti siapa Zacky. Ia mungkin adala
Setelah cukup lama, Dayana terlihat sudah lelah mendengarkan kedua orang dewasa itu mengatakan hal-hal yang sama sekali ia tak mengerti. Dayana beberapa kali menguap dan mulai merengek manja minta digendong oleh Zahra. Dengan sigap, Zahra membersihkan tangan dan mulut Dayana dengan tisu basah. Lalu menanggalkan kain yang terikat di lehernya sebagai pelindung bajunya agar tidak terkena kotoran dari serpihan remah-remah biskuit. Zahra memindahkan baby Dayana dari dalam kursi bayi ke pangkuannya. Memberinya satu botol susu formula yang sudah ia persiapkan sebelumnya. "Sepertinya ini sudah jam tidur Dayana. Sebaiknya kita kembali ke rumah sekarang." ajak Zahra pada Gerald yang terus memperhatikan interaksi antara dua wanita yang terpaut usia cukup jauh di depannya ini. "Baiklah. Aku akan membayar pesanan ini dan kita akan pulang setelahnya." jawab Gerald. Dengan menjentikkan jarinya sebanyak tiga kali, seorang pelayan datang dan Gerald membayar pesa
"Ayo pulang bersamaku!" ajak Zacky dengan nada yang penuh penekanan. "Aku tidak bisa, Zack. Aku akan kembali ke mansion nanti malam. Seperti biasanya," tolak Zahra dengan suara nyaris tak terdengar. "Zahra! Jangan membantahku lagi. Kau tidak seharusnya ada di sini sepanjang hari meski kau menyayangi bayi itu!" hardik Zacky yang sudah kehilangan kesabarannya. "Tolong, mengerti lah sedikit saja yang aku rasakan, Zack. Selama ini, aku tidak pernah menentang semua yang Daddy dan Mami katakan. Aku juga selalu menuruti perintahmu. Tapi, kali ini aku akan menentukan jalan hidupku sendiri. Aku lebih tau apa yang aku inginkan. Tolong jangan pernah memaksakh lagi!" Zahra memohon dengan nada memelas yang terdengar agak menyedihkan. "Apa maksudmu? Jangan katakan bahwa kau ingin hidup dengan bocah ini?" "Ya, Zack! Aku nyaman di sini. Aku menemukan cinta lain di sini. Aku merasakan diriku hidup kembali setelah bertemu dengan Dayana dan Gerald. Aku tidak ped
Zacky akhirnya kembali ke apartemen dengan perasaan yang tak menentu. Ia yang awalnya marah pada Zahra dan Gerald, sekarang sama sekali tak bisa fokus lagi pada masalah itu. Kini pikirannya malah terfokus pada Bianca. Saat sampai di apartemen, Zacky duduk di sofa dengan mengacak-ngacak rambutnya frustasi. 'Kenapa aku memikirkan gadis menyebalkan itu? Bukan kah akhir-akhir ini kehidupanku saat damai tanpa gangguan darinya?' batin Zacky berkata. Zacky segera membersihkan dirinya di bawah guyuran air hangat di sower itu. Kemudian, kenangan malam panas yang ia lewati bersama Bianca muncul seketika di dalam pikirannya. Saat menggosok badan dengan sabun, Zacky yang sedang mengenang percintaan pertamanya dengan Bianca tiga bulan yang lalu, tanpa sengaja mengusap dan mengelus lembut batang kejantanannya. "Oh shit!" umpat Zacky saat merasakan kejantanan itu sudah mengeras, meminta untuk dimanjakan. "Bagaimana mungkin, hanya dengan membayangkan dirinya
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka