Terima kasih untuk para pembaca setia Albert dan Olivia. Berhubung buku ini sudah sampai pada batas yang ditentukan, maka dengan berat hati author harus menamatkan cerita ini.
Terima kasih atas dukungannya selama ini. Terus ikuti novel-novel author yang lainnya ya.
Author akan terus berusaha menyajikan bacaan yang layak dan bagus untuk para pembaca semuanya.
Selamat tinggal mantan, eh 2021. Selamat datang pacar baru, eh 2022.
Jangan lupakan kenangan yang pernah ada di antara kita. Semoga hari esok bisa lebih baik dari hari sebelumnya.
Novel ketiga author sedang menunggu kontrak turun. Nanti kalau udah publish, diserbu ya Kakak-Kakak yang baik hati dan Royal.
Semoga selalu diberi kesehatan dan dilancarkan rezeky nya. Agar selalu bisa top up koin buat baca novel karya icher šš
Selamat Tahun Baru šššš§”ā¤ļøā„ļøš¤šš¤š¤
Hai kakak-kakak pembaca yang aku sayangi dan semoga menyayangiku juga ya. Kalau nggak sayang aku, sayang karya-karyaku aja deh. Hehe Sebelumnya, aku menginfokan kalau season 2 akan lanjut di buku yang baru. Tapi, karena diskusi dengan editorku, aku memutuskan untuk menyambung cerita tentang sepasang anak kembar Albert dan Olivia di buku yang sama. Jadi, kakak hanya perlu menscrol lagi ke bawah. Banyak kisah menarik yang menanti untuk Kakak-kakak baca dan berikan ulasan. Jangan lupa juga berikan gem yang banyak ya, Kak. Agar aku semakin semangat menulis bab demi bab-nya dengan cerita yang semakin menarik setiap harinya. Aku akan selalu usahakan update bab setiap hari seperti sebelumnya. Agar Kakak tidak perlu lama-lama menunggu kelanjutan ceritanya. Dan jika berkenan, mampir juga ya ke cerita aku yang lainnya. Klik tentang penulis untuk menemukan judul buku karya author yang lain. Atas cinta dan keroyalan kakak-kakak semua, aku ucapkan te
"Sayang, tak bisakah kita melakukannya nanti?" tanya Olivia pada suaminya, Albert. "Kau harus membayar untuk harga pernikahan ini, Sayang." ucap Albert saat menghentikan kegiatannya mencumbui tubuh Olivia. "Kau memang seorang pebisnis sejati, tidak mau rugi sama sekali. Bahkan pada istrimu sendiri!" jawab Olivia dengan memainkan jari jemarinya di pipi Albert. "Ternyata, sekarang kau menjadi sangat pintar dan lebih agresif, hum?" "Aku belajar banyak darimu." "Benarkah? Ayo kita buktikan malam ini!" Olivia selalu menjadi prioritas utama bagi Albert. Apapun yang terkait dengan istrinya tak akan dia lewatkan begitu saja. Hingga detik ini, bagi Albert tak ada yang lebih penting dari pada kesenangan dan kebahagiaan Olivia. Segala macam cara akan dia lakukan agar istrinya senang dan bisa menikmati kehidupannya dengan baik. Sekali saja Olivia berkata atau meminta, maka semuanya akan menjadi kenyataan. Bagi Albert, segalanya san
Satu pekan telah berlalu. Hari ini, Olivia berjanji akan bertemu dengan Liona di salah satu pusat perbelanjaan. Awalnya, ia hanya ingin pergi sendiri saja. Namun, mengetahui bahwa Liona akan membawa Steve, tentu saja Zahra merengek agar diizinkan ikut bersama Olivia. Olivia tidak punya pilihan lain. Dan terpaksa juga harus membujuk Zacky untuk mau ikut bersamanya. Karena, hanya pada Zacky sajalah Zahra akan menuruti apapun itu perkataannya. "Mami, apa aku sudah terlihat cantik? Apa Steve akan menyukai penampilanku ini?" tanya Zahra yang masuk ke kamar Olivia dan memperagakan gaun merah muda yang ia kenakan. Sebuah bandana bunga mengitari lingkar kepalanya. Sepatu boots putih membuat dirinya terlihat sungguh seperti seorang gadis remaja. Selera fashion yang sungguh bagus. Bahkan, Olivia saja tak mahir dalam memilih dan memadukan pakaian, sepatu, aksesoris dan riasan seperti itu. Zahra, centil? "Andai Mami adalah seorang pria
Selama di Mall itu, Zacky hanya duduk mengawasi Zahra dan Steve yang berada di dalam arena permainan. Sementara ia bermain saham di tabletnya sambil sesekali melirik ke dalam arena permainan itu. Sementara Olivia dan Liona sedang berkeliling untuk berbelanja pakaian, sepatu dan tas. Olivia adalah seorang istri yang memiliki banyak acara-acara resmi sekarang. Tentu saja ia harus mulai memperhatikan penampilannya. Karena itu akan berpengaruh pada harga diri suaminya. Meski tetap saja Olivia lebih menyukai segala sesuatu yang sederhana. "Steve, apa kau akan menjadi sahabatku selamanya?" tanya Zahra pada Steve di sela permainan bolanya. "Tentu saja tidak!" jawab Steve santai. "Kenapa? Apa kau tidak suka menjadi sahabatku?" Zahra bertanya dengan nada sedih. "Karena, saat sudah dewasa nanti aku akan menikahimu. Jadi kita bukan sahabat lagi." "Benarkah? Lalu kita akan menikah seperti Daddy dan Mamiku kemarin?"
Sesampainya di rumah, Olivia kehilangan mood untuk mereview satu persatu barang yang ia beli bersama Liona tadi. Zacky dan Zahra sudah kembali asik dengan dunia mereka sendiri. Tentu saja, Olivia menyempatkan diri untuk membelikan beberapa pakaian dan mainan untuk kedua bocah kembar itu. Jadi, saat ini Olivia bisa dengan tenang menikmati waktunya di kamar. Ia memijit kepalanya yang terasa sedikit pusing. Seperti apapun ia mencoba melupakan, kata-kata yang Jams ucapkan tadi tetap terngiang di telinganya. Olivia melihat jam, sudah jam lima sore. Pasti sebentar lagi Albert sampai di rumah. Olivia bangkit dari duduknya dan segera mandi, membersihkan diri untuk menyambut suaminya yang akan segera pulang dari bekerja. Namun, Olivia tidak bisa bersikap biasa saja saat ini. Ia harus menanyakan kebenaran hal itu pada Albert. Dulu, Albert mengatakan bahwa Lucy sudah mati bunuh diri dan mayatnya dibawa oleh keluarganya untuk dimakamkan jauh di perkampungan.
"Hai, Mom. Hai, Dad." sapa Zahra dan Zacky serentak, saat melihat Olivia dan Albert jalan bersama menuju meja makan. "Hai, Sayang." "Hai, my twin," Olivia dan Albert menjawab bergantian. Mereka mengambil posisi duduknya masing-masing. Di atas meja, sudah tersusun beberapa macam menu makan malam. Tak lupa buah-buahan dan makanan pencuci mulut lainnya. Sejak Olivia dan si kembar menempati mansion ini kembali, suasana di mansion menjadi lebih hidup dan bewarna. Hidangan makan selalu menyerupai makan di Restoran mewah dengan berbagai jenis menu yang berbeda setiap jam makannya. Tentu saja, Jane dan Darwin adalah cheff yang handal di bidangnya masing-masing. Mereke adalah lulusan terbaik yang dipilih oleh Kakek Albert pada masanya. Sebab itu, Albert tidak hanya menganggap mereka sebagai cheff atau koki saja di mansion ini. Tapi sudah menganggap mereka berdua pengganti orang tuanya. Meski kadang, sifat arrogant masih sa
Jam dua dini hari, Albert berjalan masuk ke dalam kamar tidurnya. Terlihat Olivia yang tidur meringkuk di atas ranjang mereka. Albert mendekatinya. Mata indah itu terlihat sembab. Hidung mancung yang ramping itu terlihat memerah. Sisa air mata masih menggenang di ujung kelopak matanya. Dengan penuh kasih, Albert membelai rambut Olivia. Ia merasa menyesal karena telah berbica kasar dan membentak Olivia. Hingga membuat istrinya itu menangis semalaman. Olivia pasti terluka karena sikap Albert. Saat Albert mengusap pipi mulus itu dengan lembut, Olivia membuka matanya. Menatap sendu pada sang suami. "Jangan menyentuhku, Al." cegah Olivia dengan nada bergetar. "Dengan tangan itu...kau sudah menghilangkan nyawa seseorang." lanjutnya, saat Albert masih diam tanpa kata membalas ucapannya. "Sayang.. kau tidak mengerti segalanya. Tolong, jangan seperti ini," balas Albert lembut. "Lalu, buat aku mengerti. Jelaskan padaku semuanya, agar aku
Akhir pekan telah tiba, semua anggota keluarga sudah siap dengan barang bawaannya masing-masing. Sebenarnya, Albert menawarkan pergi menggunakan jet pribadinya. Namun, Zacky menolak dengan alasan itu terlalu private. Ia ingin merasakan liburan yang sebenarnya, sama seperti yang orang-orang biasa lakukan. Melakukan perjalanan yang melelahkan tapi mengasyikkan. Lagi pula, perjalanan yang umum seperti ini bisa lebih mempererat hubungan antara kedua orang tuanya. "Paman, apa kau sungguh tidak ingin ikut dengan kami?" tanya Zahra pada Mike, saat Mike datang menjemput mereka ke mansion. "Hem...sebenarnya aku sangat ingin ikut bersamamu, Nona Kecil. Tapi, Bibimu sedang tidak bisa melakukan perjalanan jauh saat ini." jawab Mike dengan raut wajah yang dibuat sedih. "Apakah Bibi Mona sudah menyimpan bayi dalam perutnya?" Zahra bertanya dengan polosnya. "Ha-ha...benar sekali, Sayang. Dan kau akan segera menjadi adik. Apa kau senang?"&
āKing! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,ā jawab Zahra dengan keyakinan penuh.āJangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,ā bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.āSayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?ā tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.āTidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,ā jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.āAda apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?ā tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.āBukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,ā jawab Zahra kepada Gerald.āSiapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?ā tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.āTidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.āāKau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.āāJadi, kau suka bertengkar denganku?āāHem ... sepertinya aku lebih suka berteng
āApa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?ā tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.āAku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,ā jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.āKakak. Kapan kau datang?ā tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.āBelum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.ā Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.āSilakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,ā ucap Auriel dengan sangat ramah.āTidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,ā tolak Zahra dengan senyum lebar.āTapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
āDad, aku dan Mami datang.āāZack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?āāMoms ...,ā lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya ā Zacky.āTuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,ā ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.āAku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,ā ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.āAku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.ā Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.āOh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.āāNo, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
āApa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?ā tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.āSelamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?ā tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.āAku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.āBerhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!ā tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.āAku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,ā sahut Thabita yang tidak mau kalah.āKalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!āāUsiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?ā tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.āApa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!ā ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.āBaiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,ā sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka