Karena bosan, lelah dan kesal menanti, akhirnya Rieka memutuskan untuk rebahan saja di sofa. Mungkin karena tubuhnya sedikit lelah karena persiapan surprise party ini seharian, akhirnya Rieka ketiduran beneran. Entah sudah berapa lama dirinya terbuai ke alam mimpi sampai didengarnya sebuah sapaan halus dan kecupan lembut yang mendarat di pipinya, membangunkannya."Honey..." Rieka mendapati wajah Edwin yang begitu dekat dengan wajahnya. Membelai lembut rambutnya dan memberikan kecupan ringan kesebelah pipi untuk membangunka dirinya."Mas Edwin?" Rieka bangkit perlahan dari posisi tidurnya di sofa."Honey...maaf banget ya. Aku, aku lupa hari ini..." Ujar Edwin dengan nada sangat bersalah."Selamat ulang tahun, hubby. Wish you all the best." ujar Rieka setelah menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Berusaha untuk menekan rasa kesal dan marahnya pada Edwin. Rieka berusaha memberikan senyuman lebar dan indahnya
"Krucuk... krucuk..." tiba-tiba terdengar suara yang tidak pada tempat dan waktu yang pas. Suara perut Rieka yang sedang kelaparan. Gimana gak kelaparan kalau seharian dirinya sibuk di dapur dan mempersiapkan segala sesuatunya sampai lupa makan. Eh nungguin Edwin gak datang-datang lagi, bahkan Rieka juga sampai ketiduran. Jadinya kelaparan yang melandanya sudah kronis sekarang. "Eh suara apa itu?" Edwin tertawa tertahan. "Aku...aku lapar, Mas." Rieka mengakui dengan muka merah padam. Parah, gak anggun banget jadi wanita. "Lho kamu belum makan jam segini?" Edwin kembali diserang oleh rasa bersalah. Dia telah membuat Rieka nungguin lama, udah gitu langsung 'makan' aja tadi tanpa nanya Rieka sudah makan malam apa belum. Bener-bener terasa sebagai suami yang egois. "Aduh, maaf ya honey. Karena aku kemalaman pulangnya ya?" "Ayo Mas kita dinner dulu, Mas Edwin juga pasti udah lapar kan? Aku udah siapin makan malam spesial lho." tanya Rieka beranjak bangkit dari ranjangnya. "Rieka, ho
Saat memasuki ruangan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Hartanto Medika, Rieka dikagetkan oleh sesuatu yang lain dari biasanya disana. Sebuah buket bunga yang indah sudah ada di meja kerjanya. Bunga mawar berwarna pink, peach dan putih yang ditatap apik menjadi satu kesatuan dalam sebuah vas keramik berbentuk bulat. Indah sekali bentuknya.Rieka mengerutkan dahinya karena keheranan saat menghampiri bunga itu. Dari siapa? Tapi kalau melihat bentuk dan ukuran buket bunga yang lumayan besar ini pasti cukup mahal harganya. Pastilah bukan orang sembarangan yang memberinya. Mungkin si sultan kebanyakan duit yang memberikan untuknya. Edwin? Tentu saja tebakan pertama langsung jatuh pada nama Edwin.Ngapain coba suaminya itu mengirimkan buket bunga? Apa sebagai permintaan maaf karena mengacaukan pesta ulang tahunnya kemarin? Sogokan biar Rieka gak ngambek? Ada-ada saja.Rieka mengamati sekali lagi buket bunga itu, mencari jika ada tulisan atau pesan apapun disana. Biasanya kan selalu ada no
Karena masih penasaran Rieka memutuskan untuk menghubungi Laras, adik dari Edwin. Ingin bertanya apakah ada undangan ke pesta hari ini. Kalau pesta besar dengan ngundang Edwin, biasanya pasti juga mengundang Mahes, suami Laras kan? Karena keduanya sering berhubungan, baik dalam urusan bisnis maupun pertemanan dan persaudaraan."Halo Ras, hari ini ada undangan ke pesta gak?" Rieka bertanya pada Laras setelah sambungan telepon terhubung."Hari ini kan ada undangan acara pertunangan Tyo Sampoerna dan Renata Sudibyo? Mas Edwin juga pasti diundang lah." Laras menjawab pertanyaan Rieka.Rieka menyetujui dalam hati ucapan Laras ini. Karena Tyo adalah salah satu teman dekat sekaligus mitra bisnis Edwin. Sedangkan Renata adalah mantan pacar Edwin. Jadi tidak mungkin kalau Edwin tidak diundang untuk menghadiri acara pertunangan mereka berdua."Oalah acara itu, makanya ini tadi mas Edwin nyuruh aku siap-siap dan berdandan cantik. Emang nanti pestanya jam berapa?"
Sepertinya Laras masih teringat kejadian buruk yang menimpa Rieka di pesta terakhirnya. Laras tak ingin kakak iparnya itu mengalami hal yang tidak menyenangkan lagi. Waktu itu memang Rieka belum resmi menjadi istri Edwin, sehingga ada berani menghina dan melecehkannya karena berasal dari kalangan non sultan.Bahkan lebih jauh lagi kejadian itu berakhir dengan sangat dramatis dimana Rieka sampai tercebur kolam renang dan Edwin yang sampai ikut nyebur untuk menolongnya. Pastilah kenangan buruk itu meninggalkan trauma tersendiri bagi kakak iparnya itu."Oke, aku setuju." Rieka menyetujui usulan keduanya. Toh semua juga demi kebaikan dirinya sendiri.Tak lama kemudian driver memberitahukan bahwa mereka telah sampai setelah antrian drop off point di loby hotel yang cukup panjang. Berarti mobil sudah berada di posisi yang benar untuk mereka bisa keluar dari kendaraan.Sesuai dugaan Rieka, lobby telah dipenuhi oleh para wartawan. Mereka sibuk dengan kamera
Edwin sudah gelisah karena kemacetan yang terjadi saat mobilnya mendekati area J.W Melati hotel. Kemacetan karena antrian untuk menurunkan para undangan pesta tepat di depan lobi pintu masuk hotel.Edwin tidak tenang demi memikirkan Rieka yang harus hadir di pesta sendirian. Takut terjadi apa-apa pada istri tercintanya itu. Laras sama Mahes memang sudah dititipi buat jagain Rieka si, tapi kan keduanya juga harus menyapa dan beramah tamah dengan banyak orang.Edwin semakin tidak tenang lagi setelah melihat foto yang Rieka kirimkan padanya tadi. Cantik banget istrinya itu. Memang pakaiannya tidak terlalu terbuka, tapi tetap saja masih terlihat sexy. Gimana kalau ada pria lain yang naksir? Gimana kalau ada yang berani godain Rieka? Gak boleh! Rieka milikku! She's mine!Saking tak sabaran menanti antrian, Edwin memutuskan untuk turun dari mobilnya. Dan meneruskan ke ballroom hotel dengan berjalan kaki. Edwin berjalan dengan langkah c
"Oiya aku masih penasaran kenapa Mas Edwin kasih hadiah hari ini?" tanya Rieka saat mereka menjauhi kedua tuan rumah menuju ke stall buffet yang tertata rapi di bagian pinggiran ballroom."Emang gak boleh aku kasih hadiah sama istri sendiri?" tanya Edwin tidak senang dengan pertanyaan Rieka."Bilang saja kamu masih merasa bersalah karena kejadian kemarin?" Rieka menebak-nebak alasannya."Sebagian iya, sebagian lain sebagai balasan karena kamu udah kasih aku kado ini." Edwin menunjukkan jam di pergelangan tangannya dengan bangga."Kamu kan lagi ulang tahun kemarin, sudah sewajarnya aku kasih kado. Malah dikasih balasan yang jauh lebih banyak lagi. Kalau cuma mau ke pesta kan gak perlu dibeliin satu set outfit baru begini." Rieka memprotes."Aku cuma ingin kamu tampil cantik di pesta pertamamu sebagai Nyonya Besar Wijayamalam ini. Agar kamu percaya diri dan bangga sebagai istriku.""Tapi kan di rumah sudah bany
Untuk beberapa saat selanjutnya Rieka dan Edwin menikmati hidangan yang ada di piring, sambil bercengkrama dengan para sahabat mereka. Bercanda dan bersenda gurau serta sesekali menggoda Irza, man of the day. Irza secara sengaja didudukkan di tengah-tengah keempat wanita kandidat JOHAN-nya. Tinggal pilih saja dia mau sama yang mana, mau ambil semua juga bisa banget. Gak bakal bangkrut kok Wismail Group.Laras dan Mahes adalah yang pertama pamit undur diri dari pesta ini. Maklum saja mereka sudah cukup lama meninggalkan Rangga, putra mereka yang masih berusia setahunan bersama Nanny-nya. Tentu saja mereka khawatir dengan keadaan putra mahkota dari Hartanto Group itu.Pasangan selanjutnya yang pamit undur diri adalah Johanh dan Kika. Seperti biasa Kika tidak bisa terlalu lama untuk kegiatan seperti ini. Apalagi dengan skandal besar yang belum lama ini menimpa dirinya, tentu dia masih merasa tidak nyaman untuk berada terlalu lama ditempat umum begini. Disaat banyak mata masih mengawasiny
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.Aaarrrgggh bisa gila!Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Setelah beberapa bulan berlalu dalam kedamaian, Edwin tidak menyangka bahwa pengalamannya yang luar biasa karena proses ngidam-mengidam Rieka akan terjadi lagi dalam waktu singkat.Hanya berselang beberapa hari saja sejak Rieka diketahui positif hamil, Edwin harus memulai lagi petualangan serunya. Petualangan apa? Tentu saja untuk menuruti dan mencari semua keinginan Rieka dalam rangka ngidam part dua.Keinginan yang kadang aneh-aneh dan sering gak masuk akal sama sekali. Kalau dulu di kehamilan pertamanya Rieka sangat menyukai makanan manis, kali ini berbeda. Kali ini Rieka lebih menyukai makanan asin dan pedas. Kalau dulu sukanya kue-kue pastry, sekarang beralih ke jajanan dan makanan kuliner jalanan khas pedagang kaki lima.Kapan hari Rieka meminta sate batas kota yang pernah dimakan Naruto, Edwin terpaksa harus membelikan disana sambil Selfi dengan gambar Naruto-nya. Pernah lagi Rieka minta belikan bakso telur, yang isinya telornya ada dua. Mana ada kan? Akh
Rieka bergegas turun dari mobil begitu Edwin memarkirkan Porche-nya di car port. Dia mendahului langkah Edwin untuk masuk ke dalam rumah, tak sabar untuk segera melakukan tes untuk mengetahui kepastian kehamilannya. Lebih jauh Rieka bahkan sudah berjalan cepat, setengah berlari."Honey, jangan buru buru. Kamu pake high heels loh. Hati-hati nanti jatuh," tegur Edwin sudah sangat khawatir Rieka akan terpeleset dengan heels sepatunya yang hanya setipis jari telunjuk itu."Hehehe, iya maaf Mas. Aku penasaran pengen cepetan liat hasilnya." Rieka memperlambat langkahnya.Rieka langsung mengarah ke kamar mereka di lantai dua. Masuk ke kamar mandi bahkan tanpa melepas heels dan pakaian pestanya terlebih dahulu.Edwin yang dengan setia menunggui Rieka keluar dari kamar mandi dengan harap-harap cemas. Menanti perguliran detik demi detik jam yang terasa sangat lambat berjalan.Rieka kok lama b
"Mas, jangan lupa kasih selada yang banyak, terus gak pake irisan tomat. Sambelnya banyakin juga." Rieka menambahkan detail pesanannya sebelum Edwin menuruni mobil."Beli 3 yah Mas," tambah Rieka sambil tersenyum lebar, nyengar-nyengir."Iya-iya," Edwin sudah pasrah saja untuk menuruti semua permintaan sang Ratu Rieka. Dia mendatangi stand penjual kebab dan memesan tiga buah kebab sesuai order.Tak lama kemudian pesanannya selesai, Edwin segera kembali ke mobilnya dan menyerahkan pesanan kepada Rieka. Yang langsung digigitnya dengan sangat lahap seperti orang kelaparan saja."Nih buat Mas Edwin satu, buat aku dua." Rieka menyodorkan satu kebab untuk Edwin."Kamu beneran doyan kebab ya?" Edwin menerima pemberian Rieka dan ikutan memakan kebabnya.Rieka hanya mengangguk sebagai jawaban, sambil terus mengunyah dan memamah biak, menghabiskan kedua kebab miliknya. Cukup lama mereka berdua duduk di mobil sambil menikmati suasana jalanan pasar mala
Kemeriahan pesta pertunangan Linggar dan Ditha terus berlanjut. Mulai dari prosesi resmi bersulang wine, memotong kue bahkan sampai pertukaran cincin kedua calon mempelai sudah dilaksanakan dengan lancar. Selanjutnya setelah seluruh prosesi resmi acara serta prosesi pemotretan selesai, yang tersisa hanyalah sesi ramah tamah saja. Rieka dan Edwin menyempatkan diri untuk berkeliling ballroom menyapa para kolega bisnis, serta kerabat dekat dari keluarga mereka. Sebelum akhirnya keduanya undur diri untuk duduk di bagian VVIP sambil menikmati hidangan yang yang tersaji disana. Edwin mengamati Rieka yang sepertinya sedang tidak bersemangat menyantap makanan di piringnya. Dari tadi istrinya itu hanya memutar-mutar sendok dan garpunya, memainkan makanan di atas piring. Bahkan tanpa menyuapkan ke mulutnya. Kenapa dia? "Honey?Makanannya gak enak ya?" tanya Edwin menyelidik. "Apa kamu mau coba ganti makanan yang lainnya?" "E
Bagas yang dapat merasakan ada yang tidak beres dengan kedua pasangan itu segera cepat-cepat mohon diri dan menggiring Rischa untuk segera memasuki ballroom. Bisa makin runyam kalau si cewek cablak ini dibiarkan terus ngomong gak jelas begitu."Tunggu, jangan cepat-cepat jalannya Gas!" Rischa kewalahan mengikuti langkah Bagas yang lerlalu cepat untuk dirinya."Kamu itu ya, bisa gak sih kamu menahan diri dan mengerem omongan kamu sedikit?" Geram Bagas setelah menghentikan langkah di tempat yang sedikit lenggang."Haaah? Emangnya kenapa?" Rischa tak dapat mengerti kenapa Bagas jadi terlihat semarah itu kepadanya."Dokter Rieka itu habis keguguran ... " Bagas tentu tahu apa yang telah terjadi dengan Rieka. Ya meski pun menyatakan menyerah untuk mendapatkan Rieka, tapi tetap saja dia selalu update tentang info mengenai dokter itu.Apalagi dengan papanya yang masih setia menjadi pasien Rieka. Tentu saja sedikit banyak Bagas jadi tahu a
"Waduh nambah satu lagi ini orang yang menyebalkan," Linggar mengeluhkan kedatangan Mahes.Kakak iparnya ini sama saja kerasnya dengan Edwin, kakak kandungnya dalam memberikan didikan kepadanya. Bahkan Mahes ini sering lebih sadis kalau ngomong, nusuk banget."Siapapun juga bakal ngamuk kalau liat kelakuan minus kamu itu, Nggar!" Laras ikutan menyeletuk mendukung ucapan suaminya."Kemana perginya Mbak Laras yang dulu selalu membelaku? Kenapa sekarang jadi ikutan menyebalkan begini?" Linggar pura-pura merengek manja pada Laras."Gak ada! Adanya sekarang Larasati yang bijaksana. Yang tahu mana benar dan salah." Jawab Laras sok bijak sekaligus congkak."Saking bijaknya sampai keasikan arisan ya?" Mahes balik menggoda nakal pada istrinya itu."Iiiiiih Mas Mahes bukannya memuji malah buka aib istrinya sendiri. Kesel deh, gak ada jatah buat kamu malam ini!" Sewot Laras pada suaminya."Hahaha kapok!" Linggar tertawa ngakak mendengar pe