Bab336Wanita yang berdiri di depan pintu itu menatap Asmara dengan lekat."Kamu yakin menolak Kevin?" tanyanya."Kenapa? Jangan bilang kamu juga menyukai dia?" tembak Asmara."Bisa jadi. Siapa yang tidak menyukai lelaki sehebat dia? Selain tampan, dia juga tajir."Asmara terkekeh."Silahkan ambil, jika kamu bisa mendapatkannya. Asal kamu tahu, dia itu cinta berat pada Elea, kamu hanya akan menjadi pelarian.""Oh ya? Aku tidak selemah kamu. Jika dia memilihku, kupastikan, dia hanya akan mencintaiku. Lagi pula, Elea bukan saingan yang berat. Secara, dia punya suami dan 2 anak. Lelaki bodoh yang masih mau sama wanita bersuami dan memiliki anak banyak."Asmara terdiam."Pastikan keputusanmu tadi sudah final. Karena aku jika maju, tidak akan mundur lagi, sekalìpun dia akan tetap memilih kamu, aku akan tetap merebutnya."Asmara bertepuk tangan."Menarik sekali keluarga pelakor ini. Dulu Ponakannya menjadi pelakor, dan kini, giliran tantenya, cih ....."Elea mendengar jelas cibiran Asmara.
Bab337"Kupikir kembali bersamanya, hanya akan menuai luka kembali. Tapi melihat dia dekat dengan orang lain, dan membayangkan anakku diasuh wanita lain, entah mengapa hati ini jadi tak rela," gumam Asmara dalam hati. Gelisah menyelimutinya kini.Usai acara makan, seluruh keluarga mulai berhamburan satu persatu, masuk ke dalam rumah mewah Elea.Mereka merasa lelah, dan memilih istirahat. Tersisa hanya Kevin, Elea, Arya, Zurnal dan Erina.Asmara pun memilih mengajak Jelita tidur, karena gadis kecil itu mulai mengantuk. Sedangkan anak Elea dan Erina, diasuh oleh Ina."Akhirnya nikah juga Lu, gue pikir lu nggak normal," celetuk Kevin pada Zurnal."Enak saja," sahut Zurnal."Ya kan, umur sudah 30 lebih, tapi pacar aja nggak punya," ujar Kevin lagi, sembari tertawa."Ah, aku juga mikir gitu, Nal. Abisnya kamu nggak pernah punya teman dekat wanita," timpal Elea."Asem," tukas Zurnal sembari tertawa."Tapi Lu normal kan? Gue takutnya Erina cuma di jadikan kedok doang," ujar Kevin lagi."Enak
Bab338Elea terdiam. Melihat diamnya Elea, Kevin terkekeh."Sudah ah, nggak usah dibawa serius. Aku masuk dulu, mau nemuin Asmara," ucap Kevin memecah kebisuan Elea.Elea nampak tersenyum kaku. "Ah, ii-ya."Kevin pun berlalu dan masuk ke dalam rumah. Lelaki itu berjalan cepat menuju kamarnya.Elea masih terdiam di taman mini halaman rumahnya, hingga Arya kembali dan bingung, karena hanya ada Elea seorang diri.Elea sengaja tetap disitu, menunggu Arya datang kembali."Kok kamu sendirian?" tanya Arya dan duduk di samping istrinya itu."Kamu mau aku tetap berduaan sama Kevin?" tanya Elea sembari menatap Arya."Haha, biasa aja sih, memangnya kenapa kalau kalian berdua'an. Lagian ini taman, tempat terbuka. Lain halnya kalian berduaan di tempat rahasia, itu lain ceritanya.""Nggak lucu. Ayo tidur, aku ngantuk dan capek juga," ujar Elea, sembari bangkit dari duduknya."Erina mana?""Nggak tau, biarin saja, paling lagi sama Zurnal. Ayo dong masuk ke dalam, aku capek banget loh sayang," ujar
Bab339Asmara menuruni anak tangga dengan lunglai, dia memilih tidur di kamar tamu, yang memang disediakan untuknya. Semula wanita itu memang berniat tidur bersama Jelita, namun kehadiran Kevin di kamar gadis kecil mereka, seakan mendorong Asmara pergi dengan perlahan.Sebelum ke kamarnya, Asmara memilih untuk berjalan sejenak ke taman belakang rumah, sembari memandangi lebatnya pohon mangga yang sedang berbuah.Saat langkah kakinya yang teramat pelan itu, mencapai halaman belakang, dia sedikit terkejut melihat Delima, yang duduk termenung di sebuah kursi besi, sembari memandangi jernihnya kolam renang."Wanita itu? Bukankah dia mantan istrinya Arya, Delima bukan ya?" gumam Asmara dalam hati, sambil melangkah cepat, mendekati wanita itu."Sedang apa di sini?" tanya Asmara dengan ramah. Delima menoleh dan tersenyum."Memandangi air kolam, rasanya pengen sekali berenang. Sayangnya cuaca malam cukup dingin," jawab Delima dengan ramah."Kamu Delima kan?""Betul." Lagi- lagi Delima terseny
Baab340"Ehem ...."Suara berdehem itu mengejutkan Delima. Dengan cepat, wanita itu menoleh ke arah belakang tempat dia duduk."El, sejak kapan kamu disitu?" tanya Delima.Elea berjalan sembari tersenyum dan mendekati Delima."Baru saja aku datang. Di atas balkon, aku lihat kamu duduk di sini. Ngapain? Udara malam begitu dingin, kamu bisa masuk angin," ujar Elea. Dia tersenyum dan duduk di samping Delima."Aku bosan, rasanya tenang saja kalau lihat kolam renang ini. Kadang aku teringat dosaku di masa lalu, yang nyeburin mantan suami, demi mendapatkan Arya," ungkap Delima sembari tertawa kecil."Haha, iya aku tau itu ceritanya. Mas Arya juga cerita, yang kalian ribut gara- gara ketahuan itu kan?"Delima mengulas senyum."Sebenarnya Arya tidak sengaja mendorongnya. Tapi ya, dulu aku jahat banget sih.""Sudah ih, jangan diingat lagi." "Iya bener juga." "Tadi aku buatkan kamu segelas susu hangat. Yuk kita ke dapur, kita masuk saja. Malam semakin larut, sebaiknya kita di dalam rumah saja
Bab341Semua kerabat meninggalkan kediaman Elea, begitu juga dengan Kevin, beserta keluarganya.2 hari sudah mereka di Kalimantan, di rumah mewah Kevin. Sedangkan Asmara tinggal di Paviliun, yang tidak jauh dari rumah mewah itu.Sikap Asmara semakin dingin pada Kevin, dia tidak lagi banyak bicara. Bahkan pagi ini, dia melewatkan sarapan paginya."Mengapa harus wanita itu? Dia bahkan tidak jauh lebih baik dari aku. Apakah karena dia kaya?" batin Asmara.Kevin berkunjung ke paviliun, dengan niat ingin mengajak Asmara jalan- jalan bersama Jelita.Saat Kevin berjalan mendekat, paviliun itu tidak terkunci, dan terdengar suara isak tangis."Aku mendengar dengan jelas, Kevin meninggalkan aku demi melindungi Elea, yang Ayahku ancam akan dicelakai. Hati wanita mana yang tidak hancur? Aku bertahun- tahun menanggung derita ini," ujar Asmara, yang membuat langkah Kevin terhenti.Kevin mendengarkan dengan seksama, tetapi tidak terdengar suara jawaban, namun Asmara kembali bersuara."Aku tahu itu m
Bab342"Kenapa kamu nggak bilang, kalau kamu di pecat Elea?" tanya Asmara, ketika mereka bersama- sama, mengajak Jelita main di taman."Ya sudahlah, nggak apa- apa juga. Lagian bukan aku yang salah, ada yang sengaja memfitnah aku," jelas Sechan."Ceroboh sekali, padahal itu impian kamu."Sechan hanya diam, tidak ingin banyak membahas masalahnya. Biarlah dia simpan sendiri semua itu, Asmara tidak perlu tahu banyak."Ibu, aku haus," rengek Jelita pada Sechan."Ayo kita beli minum," ajak Sechan sembari mendekati gadis gemoy itu."Mah, Jelita beli minum dulu ya," izin anak kecil itu pada Asmara.Asmara mengangguk dan Jelita dengan riangnya berada di gendongan Sechan."Dalam waktu 1-3 hari, kamu merebut seluruh perhatian Jelita dariku. Tapi tidak apa- apa, selagi itu membuat Jelita bahagia, aku tidak masalah," gumam Asmara sembari tersenyum kecil seorang diri.Perasaannya kini benar- benar hampa, dia bahkan tidak tahu harus menjalani hidup seperti apalagi, sebab semuanya menjadi terasa sem
Bab343"Vin." "Hhhmmm.""Apakah kamu masih mencintai Elea?""Kamu masih meragukanku?""Sedikit. Aku hanya takut, takut gagal lagi," ungkap Asmara dengan suara bergetar.Kevin terdiam sejenak."Tidak mudah bukan, mengubur begitu saja cinta pada seseorang. Aku bukan wanita yang sepenuhnya baik, aku bahkan tidak ada dalam kenanganmu. Bagaimana mungkin, kamu tetap ingin mengulang denganku? Sementara hatimu tetap di dia.""Omong kosong." Kevin mendengkus."Dari jawabanmu saja, aku sudah tahu," gumam Asmara pelan."Demi Jelita, apakah begitu sulit, Ra?"Kevin menatap Asmara dengan begitu dalam."Aku ingin anak kita bahagia, aku ingin menjalani sisa hidup bersama kalian."Asmara menunduk."Beri aku waktu, aku harus meyakinkan hati, bahwa pilihanku kali ini adalah tepat. Sebab di masa lalu, karena terburu- buru, aku ...."Asmara menghentikan ucapannya."Kamu menyesal?" Asmara mengangguk."Pada kenyataannya, itulah yang aku rasakan, penyesalan.""Baik, beri aku waktu 30 hari, untuk meyakinka
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond