Bab95"Arya, kamu bagaimana sih, katamu dia sudah berubah dan tidak akan mengganggu kita lagi. Buktinya, dia datang mempermalukan keluarga ini," keluh Helena."Arya juga nggak tahu, Bu. Arya tidak pernah tahu lagi tentang dia, tiba- tiba malah datang kemari," jawab Arya yang juga bingung."Mas,"lirih Elea.Arya menoleh ke arah istrinya itu."Elea masuk ya, rasanya sangat malu pada tamu dan para tetangga. Mereka menatap Elea, seakan menatap jijik."Suara- suara sumbang terdengar pelan mulai bergosip tentang Helena dan Elea.Acara 7 bulanan itu pun tidak berjalan sesuai harapan, hati Elea patah, rasa malu menyelimuti perasaannya.Helena berusaha mencairkan suasana, para tamu berusaha menghargai itu dengan tetap bersikap biasa.Usai acara selesai, Elea menangis tersedu- sedu di dalam kamar. Arya duduk mendekati istrinya itu."Jangan begini, kasihan anak kita, dia juga akan ikut bersedih," ucap Arya mencoba menenangkan istrinya itu.Perasaan Ibu hamil memang lebih sensitif. Semenjak hamil
Bab961 tahun telah berlalu, perceraian Delima dan Arya menyisakan luka pahit di hati Delima.Telepon Delima terus meronta- ronta, karena panggilan telepon dari seseorang yang membuat hidup Delima semakin tidak tenang."Bu, Bapak telepon tuh," kata Andre, yang mendaratkan bokongnya di atas sofa, di samping Delima."Biarin, minta uang terus kerjaannya, bajingan memang," jawab Delima dengan ketus."Lagian ngapain dulu mau buat perjanjian gila sama Bapak, kan akhirnya jadi pusing begini," celetuk Andre."Semua juga demi masa depan kita, dari pada terus bertahan sama Bapakmu, kita bisa mati kelaparan saat itu."Andre menarik napas berat. "Kenapa nggak cerai aja sama Bapak sih dulu itu? Kan jadinya nggak seribet ini.""Pengennya Ibu dulu juga begitu. Tapi Bapak kamu tidak mau, malah ngancam mau melaporkan Ibu yang ketangkap basah tidur sama Arya. Gara- gara ide Bapakmu juga, hidup kita jadi senyaman sekarang," jelas Delima panjang lebar."Kamu saat itu mana ngerti yang beginian, taunya sib
Bab97"Kamu, bagaimana kamu sampai di sini?" tanya Ijah dengan suara bergetar.Pertanyaan Ijah di sambut dengan gelak tawa si Tuan."Bertahun- tahun aku kau tipu, kau katakan anakku meninggal bersama Ibunya. Rupanya itu anakmu. Disaat aku tahu kenyataannya, kamu dengan berani membawanya pergi begitu saja. Kamu pikir aku akan diam dan membiarkan kamu? Tidak. Katakan, dimana dia sekarang?" bentak lelaki itu dengan sorot mata penuh kemarahan.Tatapan setajam selet itu, seakan membunuh keberanian Ijah untuk melawan."Jangan cari dia lagi, biarkan dia bahagia. Kehadiran kamu, hanya akan menyulitkannya."Suara hentakkan tangan lelaki itu di atas meja, bagaikan gempa di telinga Ijah. Ijah memekik, dengan tubuh yang semakin bergetar hebat."Ijah! Jangan menguji kesabaranku. Aku bisa saja menjadi gila dan sadis. Katakan dimana dia? Aku ingin melihatnya Ijah ...." Lelaki itu berteriak.Ijah menutup mata. "Dia sudah menikah sekarang, Erlan. Dia sudah bahagia, jangan ganggu dia. Sarah terlalu be
Bab98Keluarga Arya Zubair Wiharja kini diliputi kebahagiaan. Telah lahir anak pertama, sekaligus cucu pertama keluarga Zubair. Yang berjenis kelamin perempuan. "Cantik sekali, persis banget wajah Ibunya," seru Erina, yang kagum pada kecantikan putri kecil Elea.Wanita itu baru datang dari luar kota, setelah liburan selama 2 bulan di tempat Neneknya di kota Bandung."Siapa dulu Papahnya, lihat aja nih hidungnya, mancung persis denganku," timpal Arya dengan bangga, sembari menggendong putri kecilnya itu."Iya deh, keturunan Zubair memang bukan kaleng- kaleng," kekeh Erina lagi."Ini mah mirip Oma, sini sayang, ikut Oma ya." Helena ikut bersuara dan mengambil alih si cantik."Siapa namanya, Kak?" tanya Erina lagi, yang memang belum tahu."Cinta Mentari," jawab Elea, yang baru saja keluar dari kamarnya dan ikut bergabung bersama di ruang keluarga."Idih namanya cantik banget sih, persis lah dengan wajahnya. Putih merona, entar besar jadi artis ya sayang," puji Erina sembari terkekeh."
Bab99Elea terkekeh, melihat wajah tegang Erina."Pamali kenapa, Kak? Penasaran nih.""Pamali, entar malah kepilih yang tidak sesuai harapan kita.""Alah hoaks, mana ada begitu. Ibarat beli buah, kita nggak suka, mana mungkin kita pilih dan beli.""Haha, semoga aja deh nggak seperti dugaanku nantinya."______Perut terasa melilit, Elea pun terbangun dari tidurnya."Mas, laper," rengek Elea, ketika waktu sudah menunjukkan tengah malam.Dengan pelan, Elea menggoyang lengan Arya, berharap lelaki itu bangun."Mas, laper," bisik Elea lagi. Arya menggeliat, mencoba mengumpulkan kesadarannya dari buaian mimpi. Pelan, Arya berusaha kuat melawan ngantuk, dan membuka matanya yang terasa masih lengket."Mas, Elea laper, tapi takut keluar sendirian.""Rengekkan semacam ini seperti langganan tiap tengah malam, El. Lama- lama, Mas pindahin ke kamar juga tuh dapur," celetuk Arya dengan kepala yang masih terasa pusing."Namanya juga Ibu menyusui, Mas. Bawaannya lapar melulu," jawab Elea sambil ters
Bab100"Erina ...." Wanita itu menghentikan langkahnya, ketika Ajay memanggil.Erina membalikkan badan, dan melihat Ajay."Ada apa? Tumben memanggil aku," kata Erina, yang tidak begitu mengenal Ajay."Aku cuma mau tanya, Elea nggak ngampus lagi?""Iya sudah nggak lagi, kan sekarang sudah punya anak juga. Jadi, Elea sekarang fokus ngurus anak aja. Lagian kuliah juga kasihan, anak- anak pada seenaknya bully dia.""Sudah punya anak?" Keterkejutan terlihat jelas di wajah Ajay."Kenapa memangnya? Kan Elea dah punya suami, wajar jika dia punya anak. Lain halnya sama kamu, nggak wajar jika kamu punya anak," cerocos Erina begitu saja."Apaan sih, Er. Galak bener," ucap Ajay kesal."Siapa lagi yang galak, nggak usah dekat- dekat Elea lagi, dia itu Kakak Ipar aku," jelas Erina.Ajay semakin terkejut."Kakakmu kan sudah menikah sama mantan mertuanya Elea, kan? Kok bisa jadi Kakak ipar kamu. Apa gosip itu benar? Elea pelakor?""Hush, jaga tuh mulut! Ngapain kamu kepo?""Galak banget sih, Er. Lagi
Bab101"Andre, kamu percaya dukun nggak sih?" tanya Delima, ketika keduanya sedang santai sembari menonton tivi.Hari ini Delia sedang berkunjung ke rumah orang tuanya, sehingga di ruang keluarga hanya ada Delima dan Andre."Ngapain percaya Dukun? Aneh- aneh saja. Jangan sampai Ibu ke Dukun ya," pinta Andre yang tak senang, jika menyangkut urusan mistis begitu."Kan cuma nanya," gumam Delima."Lagian itu perbuatan musrik, Bu.""Alah berasa jadi Ustadz dadakan aja luh," cibir Delima. Andre hanya terkekeh.Sudah 1 tahun lebih usaha Delima ke Mbah Mijan, berharap si Dukun pelet yang dia percaya, bisa membantunya mengembalikan Arya ke hidupnya.Sudah puluhan juta dia habiskan, demi membeli jasa mbah Mijan, dengan harapan rumah tangganya yang kandas bisa kembali pulih.Tapi sayangnya, hingga saat ini, usaha Delima tidak membuahkan hasil yang dia harapkan."Mau kemana?" tanya Delima, ketika Andre beranjak dari duduknya."Mau ketemu seseorang," sahut Andre."Pasti Selena, kan!" tebak Delima
Bab102"Hahaha, yaj lupa diri kamu. Memangnya aku tidak tau, bahwa kamu juga merebut Andre dari istri pertamanya," ejek Selena, seakan menampar langsung mental Delia."Aku bukan pelakor seperti kamu! Sialan. Mas Andre, pulang sekarang," teriak Delia histeris, hingga membuat Shena ketakutan."Papa," rengek Gadis kecil itu, membuat Delia semakin syok.Keributan mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung tempat wisata itu.Andre menggendong Shena yang menangis ketakutan, karena Delia terus berteriak."Del, ada apa?" tanya Mumun yang tergopoh- gopoh menyusul anaknya yang terlihat mengamuk.Sedari tadi Mumun dan Sapto sedang asik duduk di sebuah kedai kecil yang ada di tempat wisata itu.Keduanya menyesap minuman dan memakan beberapa cemilan ringan sembari menikmati suasana.Hingga terlihat Delia yang sedang berteriak- teriak histeris, membuat Mumun langsung berlari mendekati anaknya."Mas Andre selingkuh, Bu! Ini perempuan gatal penggodanya," teriak Delia lagi."Heh, dasar pelakor gat
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond