Karena kejadian perampokan tersebut, Disha dibawa ke kediaman Lucas– malam itu juga. Dia hanya sendiri, Stella memilih pulang dengan Sera karena tak mungkin dia meninggalkan sahabatnya tersebut. "Ini kamarmu, beristirahatlah," ucap Damon setelah mengantar Disha ke sebuah kamar tamu. Dia beranjak pergi dari sana, tetapi Disha tiba-tiba menahan tangannya. "Ma--Maaf." Sadar dengan kelakuannya, Disha dengan cepat melepaskan tangannya dari pergelangan Damon. "Begini, Pak--Mas, aku tidak selamanya tinggal di sini kan?" tanya Disha, merasa tak enak jika dia harus bermalam dan tinggal di kediaman Lucas. Bagaimana dengan keluarga pria ini dan istri pertama Damon? "Istirahat, Disha," ucap Damon, dingin dan penuh peringatan. Dia mendorong pundak Disha ke dalam kamar, setalah itu tanpa menjawab perkataan Disha, Damon segera beranjak dari sana– setelah dia menutup pintu kamar Disha. Shit! Belum beberapa menit Disha di rumah ini dan dia sudah memikirkan kapan untuk pergi dari sini. 'Dia tidak
"Mommy …!" pekik Marc dengan riang, memeluk kaki Disha sembari mendongak ke arah Mommynya. "Daddy tidak membohongi Marc, Mommy benar-benar di rumah Marc," ucap anak kecil tersebut dengan nada riang dan senang. 'Aduh ….' Disha semakin meringis dalam hati, cengengesan lagi dan lagi ke arah kedua wanita di depannya tersebut. "Ka--kamu istri kedua Damon?" pekik Tiara dan Audi secara bersamaan, melotot lebar sembari menatap tak percaya pada wanita di depan mereka. Sial! Se--semuda ini?! Tapi …-"Aku hanya penga …-" Disha sebenarnya masih ingin mengelak, dia takut dikuliti hidup-hidup oleh kedua wanita di depannya ini. Namun, perkataan Disha terhenti begitu saja karena Marc menarik dan menyentak tangannya begitu kuat. Itu mengalihkan fokus Disha ke arah Marc. "Mommy, cium Marc cium Marc," ucap Marc yang berubah menjadi anak yang jauh lebih aktif dan ceria."I--iya, Nak, iya." Disha berkata gagap, berjongkok untuk sejajar dengan Marc lalu mencium putranya tersebut dengan hangat dan penuh
Setelah berhasil membujuk Damon untuk ke kantor, akhirnya Disha bisa ke kantor dan sekarang dia berniat bertemu dengan teman-temannya. Namun, tiba-tiba saja saat Disha akan masuk dalam lift, seseorang menarik Disha dari sana kemudian langsung melayangkan tamparan ke pipi Disha saat sudah berada di tempat sepi. "Aku peringatkan padamu yah, Jalang, jangan mencoba-coba mencari perhatian pada suamiku dan keluargaku!" Sehabis menampar Disha, Kinja memaki dsn marah pada perempuan tersebut. Dia memperingati Disha untuk tak macam-macam padanya. "Kamu ini hanya istri kedua suamiku! Sapi beranak kami! Jadi jangan merasa kege'eran saat Damon mendekatimu. Kamu cuma sapi beranak! Cih." Kinja berdecis angkuh, kemudian segera beranjak dari sana dengan langkah anggun dan air muka jutek– sisa-sisa kemarahannya. Disha langsung menyentuh pipinya yang terkena tamparan Kinja, dia menundukkan kepala sembari menyerap perkataan tajam dan kasar Kinja padanya. "Hanya sapi beranak," ulangnya dengan suara li
"Astaga!" pekik Disha, sadar jika dia tidak dalam kamarnya. Matanya yang membulat semakin melebar ketika menyadari jika dia berada di kamar Damon. Sontak Disha memeriksa pakaiannya, untungnya--"Berganti?" gumamnya pelan, memperhatikan piyama hitam yang melekat di tubuhnya. Pertama, Disha tidak pernah punya piyama seperti ini. Yang kedua, siapa yang mengganti pakaiannya? 'Apa Pak Damon?' batin Disha, menoleh ke sana kemari untuk mencari keberadaan Damon. "Mas Damon tak ada di sini," ucap Disha pelan, buru-buru turun–mengeratkan baju piyama di tubuhnya, mencengkeram bagian dada karena baju ini kebesaran dan pundaknya jatuh. "Aku mau keluar tapi …-" ucap Disha saat di depan pintu, namun menjeda sembari menatap ke bawah– ke arah kakinya yang telanjang, tak memakai celana dan hanya dalaman. Bagaimana dia akan keluar dalam keadaan seperti ini? Pahanya akan terlihat dan ini sangat seksi. Banyak bodyguard pria di rumah ini, dan jarak kamar Damon dengan kamarnya itu jauh. Ceklek'Kenop pin
Di sinilah Disha sekarang, di kamarnya bersama Stella– melanjutkan gosip mereka mengenai kematian tragis sang direktur M.Cosmetik. Sebenarnya, Disha seharunya ke kamar Damon. Karena malam ini, Damon meminta Disha untuk tidur di sana. Namun, bukan karena Stella tiba-tiba kembali dari apartemen Sera, tetapi Damon sendiri. Disha melihat pria itu bersama dengan Kinja, setelah makan malam dan saat Disha ingin kembali ke kamar Damon. Hah, walau Disha berusaha untuk tak cemburu akan tetapi tetap saja Disha merasa sakit melihat Damon bersama Kinja. "Bayangkan saja, Dee. Dia mati di rumah mewahnya, dalam keadaan berdandan menjadi perempuan. Lipstik berderak di kamarnya, gosib mengatakan semua dinding kamar beliau dicoret-coret dengan lipstik. Sampai lantai pun penuh dengan coretan lipstik," cerita Stella, sembari mengetik di laptop. Dia dan Disha bergosip sekaligus bekerja– menyelesaikan pekerjaan kantor masing-masing. "Aneh sekali." Disha menanggapi, "maksud kamu, dia ditemukan mati dalam
"Agkh.""Mampus!" Disha membelalak horor. "Kamu!" teriak Kinja, melotot marah ke arah Disha dengan tangan yang sudah mengepal kuat. Sialan! Istri kedua dari suaminya tersebut sungguh berani melemparnya dengan sandal, "beraninya kamu melemparku dengan sandal?! Kamu bosan bekerja di sini, hah?!" marah Kinja, berteriak ke arah Disha tanpa peduli jika orang-orang sudah berkumpul dan memperhatikan mereka. "Maaf, Ki--Bu. Saya tidak sengaja," ucap Disha dengan menundukkan kepala. Sera sendiri, sudah berdiri dan bernasib sama seperti Disha; menundukkan kepala serta tak berani menatap Kinja. Bukan takut pada perempuan itu. Ah, maksudnya takut-- takut pada posisi Kinja. Yeah, selain model terkenal, Kinja juga merupakan istri dari pemilik perusahaan ini. "Dasar wanita sialan!" maki Kinja pada Disha dan Sera. Dia memutar tubuhnya, berniat beranjak dari sana. Namun, mengingat sesuatu Kinja menghentikan langkahnya. Senyum culas langsung muncul di bibirnya, menatap Sera dan Disha dengan air muk
"Kau mau kemana?" tanya Damon, mencegah Disha pergi dengan mencekal tangan istrinya tersebut. Pertemuannya dan Chan telah berakhir, Chan serta orang-orangnya juga sudah pergi– menyisahkan Damon, Disha, Kinja, Ben dan juga sahabat dari istrinya ini. "Aku dan Sera akan kembali ke kantor, Mas," jawab Disha, melepas tangan Damon dari pergelangannya lalu mundur beberapa langkah– tak enak karena Kinja di sini serta memperhatikannya. "Pak maksudku," ralat Disha dengan suara pelan. "Aku akan mengantarmu," ucap Damon, berdiri dari kursi dan berniat untuk menbawa Disha dari sana. Namun, sebelum dia melakukan itu tangan Kinja lebih dulu melingkar di lengan Damon. "Damon," manja Kinja, mengerucutkan bibir dan menampilkan air muka cemberut ke arah Damon. "Aku masih ingin di sini dengan kamu," lanjutnya, menjatuhkan kepala ke lengan Damon– supaya Damon tidak bisa meninggalkannya. "Tenang saja, Nyonya Kinja. Aku tahu jalan pulang ke kantor, dan aku terbiasa melakukan apapun sendiri. Jadi tak pe
"Berjanjilah untuk tidak terlalu dekat dengan lawan jenis, Disha," ucap Damon dengan serak dan lembut, duduk di sebuah sopa dalam kamar dan sembari memangku Disha– mengoleskan sebuah salep khusus ke leher istrinya yang memerah dan ada bekas gigitan. Itu tanda kepemilikannya! Namun karena mereka harus pulang; Marc menunggu mereka, jadi Damon terpaksa harus menyamarkan tanda tersebut. "I--iya, Mas," cicit Disha, masih takut dan belum bisa berdamai dengan apa yang Damon lakukan padanya tadi. Sampai saat ini, tubunnya masih bergetar ketakutan sebab apa yang Damon perbuat padanya. "Aku tidak akan melakukan hal tadi padamu jika kau tidak memancingku," ucap Damon, lagi-lagi nadanya lembut dan halus. "Kau harus tahu, Disha, jika aku sangat berharap banyak padamu," tutur Damon, menatap Disha dengan tatapan hangat dan menghanyutkan. Tatapannya lembut dan tulus, akan tetapi raudnya yang dingin dan garis bibirnya yang membentuk garis horizontal, itu malah membuat Disha kewalahan dan bingung.
Beberapa bulan kemudian. "Namanya Davin Sbastian Lucas," ucap Daniel, memberikan nama pada cucunya yang baru lahir. Disha dan Damon sama-sama tersenyum mendengar nama tersebut. Nama yang bagus untuk putra mereka yang baru lahir. "Namanya indah dan bagus, Ayah," ucap Disha, tersenyum hangat ke arah ayahnya tersebut. "Humm, nama yang bagus." Damon ikut berkomentar, menggenggam tangan istrinya yang baru melahirkan dan terus menatap Disha dengan penuh cinta, hangat serta penuh kasih sayang. Istrinya ini baru saja melahirkan putra mereka. Damon sangat berterimakasih dan sangat bersyukur. Disha telah berjuang untuk sebuah kehidupan baru, dan Disha memang wanita yang hebat. Dia sangat hebat di mata Damon. "Arshila, sekarang kamu punya adik. Hihihi … adik yang tampan sekali," ucap Sera yang dengan menggendong bayi berusaha satu bulan, sembari memperlihatkan baby Davin pada bayi tersebut. Arshila Keyna Lucas. Bayi Sera dan Ben yang masih berusia satu bulan. Yah, Sera lebih dulu melah
Hingga tiba-tiba saja …."Aulia, bekalnya man--" Aulia spontan menoleh ke arah ambang pintu, menatap seorang pria yang terdiam di sana dengan raut muka yang sulit dijelaskan. Sadar akan keadaannya, Aulia buru-buru menyekat air mata yang sempat membasahi pipi. Dia berusaha untuk tersebut ke atas Ando, berdiri kemudian menghampiri suaminya tersebut. Dia memilih menunda untuk memakan bekal sarapan untuk suaminya tersebut. Ah, sepertinya Ando kembali karena ada hal penting. Mungkin handphone atau dokumennya tertinggal. "Ada apa, Tuan Ando? Ada yang ketinggalan yah?" tanya Aulia lembut dan hangat. Aulia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik pada suaminya. Meskipun Ando belum bisa menerima kehadirannya, tetapi Aulia akan tetap belajar menjadi istri yang baik. "Aku … meminta bekal sarapan dan makan siang," ucap Ando dengan pelan, menatap Aulia dengan pandangan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah bekal yang sudah dimakan secara miris. Bukan! Ando bukan sedang marah karena
Setelah pernikahan mereka, Ando memilih memisah dari keluarganya– dia memutuskan untuk tinggal rumah miliknya sendiri dengan istrinya, Aulia. Dia menikahi perempuan ini karena perasaan iba dan tanggung jawab atas perbuatannya pada Aulia. Oleh sebab itu, setelah menikahi Aulia, sikap Ando pada perempuan itu terkesan cuek. Sebab dia tidak mencintai Aulia. "Tuan Ando, aku sudah memasak sarapan. A--apa Tuan tidak sarapan lagi?" tanya Aulia, gugup setengah mati ketika berhadapan dengan suaminya tersebut. Hidupnya jauh lebih baik setelah menikah dengan Ando. Hanya saja, suaminya ini sangat cuek padanya. Dari hari pertama mereka menikah, Ando belum pernah sekalipun mau menyentuh masakan yang dia buat. Mereka bahkan pisah kamar. "Tidak." Ando berkata datar, "maaf, aku sudah terlambat," lanjutnya dengan menoleh ke arah jam tangannya. 'Padahal masih jam setengah tujuh.' batin Aulia murung. "Kalau begitu Tuan Ando bawa saja bekal ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapan dan maka
"By the way, kau menangis karena apa? Cemburu-- atau … kau takut kehilanganku karena kau mulai mencintaiku, heh?"Sera mengerjab beberapa kali, mengatur wajah untuk tak terlihat gugup dan agar biasa saja. Meskipun sejujurnya pertanyaan Ben tersebut sudah membuat jantungnya dalam sana berdebar kencang. 'Asal jawab saja.' batin Sera, diam-diam meneguk saliva secara kasar. "Jangan kepedean!" Sera berkata ketus, "aku menangis karena aku … aku mengidam ingin menangis. Udah, aku nggak mau drama lagi," cerocos Sera sembari turun dari pangkuan Ben. "Aku ingin tidur," ucapnya kemudian, naik ke atas ranjang dengan langsung membaringkan tubuhnya di sana. Ben berdecis geli, ikut merebahkan tubunnya di sebelah Sera– menarik perempuan tersebut untuk tidur dalam pelukannya. "Caramu mencintaiku sangat unik, Sera. Dan aku sangat menyukainya.""Aku tidak mencintai Pak Ben. Jangan kepedean," bantah Sera, memutar bola mata dengan jengah. "Kalau begitu, katakan jika aku tidak mencintaiku sembari menat
"Kau sudah mengembalikan Marc dan Gebara pada Kak Damon dan Kakak ipar?" tanya Ben ketika melihat Sera masuk dalam kamar. Sera menganggukkan kepala, air mukanya terlihat datar dan tatapannya sedikit memicing dan malas; terkesan tengah marah dan kesal secara bersamaan. "Kenapa?" tanya Ben lagi saat menyadari raut muka Sera yang terlihat tengah menahan marah. "Ada yang mengganggumu, Humm?" "Ya, mantan istrimu menggangguku," ketus Sera, meraih bantal lalu melemparnya ke arah Ben yang duduk di ranjang. "Kau pernah menikah dan kau tidak mengatakannya padaku. Sebenarnya maumu apa, hah?"Mata Ben sedikit membulat, wajahnya mendadak kaku dan beberapa detik dia terlihat panik serta khawatir. Shit! Sera tengah hamil dan dia tak ingin masalah ini mempengaruhi kesehatan istri dan bayi dalam perut Sera. "Kau punya mantan istri. Kenapa kau menutup-nutupinya dariku? Apa yang kau rencanakan, Pak Ben yang terhormat? Jujur saja, sampai detik ini aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan semua ini
"Kau bilang apa?" dinginnya, membuat Sera mendadak pucat pias– menciut dengan raut muka gugup dan harap cemas. "Aku hanya bilang tolong buka pintunya," ujar Sera gugup dan kaku, mendongak sepenuhnya ketika Ben tiba-tiba sudah berada di tepatnya– menarik pinggang Zelda dengan menyentak kuat lalu mengalungkan tangannya secara possessive di sana.Cup'Dengan cepat, Ben mendaratkan bibirnya di atas bibir Sera– meraupnya lalu melumatnya lembut namun sedikit menuntut. Sera awalnya menolak, tetapi pada akhirnya dia menerimanya. Bagaimanapun Ben sangat mahir dan Sera sulit menolaknya. "Bibir sangat manis," ucap Ben sembari membelai bibir Sera, membersihkan sisa pergulatan mereka di sana, "tetapi sayang, suka mengatakan kata kotor. Bisa ubah?" Ben menatap Sera, tepat pada manik mata perempuan tersebut– melayangkan tatapan yang menghunus tajam serta penuh peringatan. "Cik! Itu karena aku kesal saja," dengkus Sera pelan. "Tolong buka pintunya dan lepaskan aku," ucapnya kemudian sembari meraih
"Benar anaknya begitu?" Disha mengganggukkan kepala, tersenyum simpul ke arah Neneknya untuk meyakinkan sang nenek jika Aulia adalah anak yang baik– tidak jahat sama sekali seperti kakaknya atau keluarganya. Tadi malam suaminya meminta bantuan padanya untuk berbicara pada neneknya agar Ando diizinkan untuk menikahi Aulia. Satu hal yang membuat Tiara tidak merestui, karena dia takut jika Aulia sama seperti kakaknya, Kalea. Sedangkan Daniel, dia tidak menyetujui pernikahan Ando dengan Aulia, karena dia takut jika Aulia hanyalah pion dari Arman. Namun, setelah Damon sendiri yang menjelaskan jika Aulia berbeda, bahkan korban kekerasan di rumahnya sendiri, Daniel akhirnya luluh. Dan sekarang giliran Disha yang membujuk sang nenek. "Aulia sangat baik, Nek. Selema di rumah, tinggal denganku dan Mas Damon, dia sangat-sangat baik. Masakannya juga enak dan … Marc serta Gebara suka dengannya. Aku rasa Aulia juga cocok dengan Pak Ando yang kaku. Soalnya Aulia kan manis dan ceria," ucap Disha,
"I'm sorry, Darling." Damon berkata lirih, tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai– bertekuk lutut di hadapan Disha sembari memeluk kaki istrinya tersebut. "Ke-- kenapa, Mas Damon?" lirih dan cicit Disha, menunduk sembari menatap suaminya yang masih bersimpuh di lantai sembari memeluk kakinya. Ketika Damon tiba-tiba bertekuk lutut di lantai kemudian memeluk kakinya, ketakutan Disha seketika lenyap. Dia lega dan jauh lebih rileks. Disha mengulurkan tangan, menyentuh rambut Damon– menyisir dengan jemari tangannya yang lentik sembari sesekali mengelusnya. Tebakannya sudah mengarah ke sana. Namun, melihat Damon seperti ini rasanya Disha tidak sanggup untuk marah. Suaminya bersimpuh penuh penyesalan di hadapannya, sembari memeluk kakinya. Bagaimana Disha tidak tega?!"Aku melenyapkannya," ucap Damon dengan nada yang benar-benar pelan tetapi masih bisa didengar oleh Disha. Dia mendongak untuk menatap wajah cantik istrinya, masih memeluk kaki Disha sembari bersimpuh, "dia menantangku d
"Akhirnya aku menemukanmu, Disha sayang!" ucap seorang pria yang tiba-tiba mendatangi Disha dan Sera, berniat memeluk Disha namun Sera lebih dulu mendorong pria tersebut. "Kamu ini siapa sih?" ketus Sera, menatap tajam dan kesal pada pria yang hampir saja memeluk sahabatnya tersebut. Sera menatap pria itu dari atas hingga bawah, memperhatikan penampilan pria tersebut yang menurutnya sangat narsis– memakai setelah jas kebesaran dipadu dengan sneakers putih serta kaca mata hitam. "Saya calon suami dek Disha. Minggir, saya ingin bicara dengan calon istri saya," ucap pria itu, mendorong pundak Sera agar dia bisa lebih dekat dengan Disha. "Wah!" Sera yang didorong seketika menatap nyalang dan marah pada pria tersebut. "Sepertinya tinjuku perlu kenalan dengan Bapak-bapak Jamet satu ini."Sera mengepalkan tangan dengan kuat, kemudian langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria tersebut. Bug'"Argk.""Astaga, Sera!" Disha memekik, langsung menarik sahabatnya tersebut untuk menjauh dari A