Tampak nama Dion terpampang jelas di layar ponsel Dania. Melihat amarah yang Sangga yang baru saja mereda tentu Dania tidak ingin menyulutnya kembali dengan menerima panggilan dari Dion. “Kak Dion,” ucap Dania menunjukkan ponselnya ke arah Sangga, dia tidak ingin ada salah paham lagi di antara mere
Sangga duduk sendiri di instalasi gawat darurat, tatap matanya tertuju ke arah tempat di mana sang istri mendapatkan penanganan dari tenaga medis. Dia merasakan tubuh dan kakinya lemas, bukan karena kondisi fisiknya yang sedang menurun, tetapi karena dia tidak sanggup melihat keadaan sang istri yang
Sangga merapikan selimut Dania, sejenak dipandangnya wajah pucat sang istri. Setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter, Dania pun terlelap tidur. "Mala, aku titip Dania sebentar. Ada yang harus aku bicarakan dengan Pak Adnan." "Baik, Mas!" sahut Kemala sambil tersenyum dan menggeleng pelan.
“Mama harap kau bisa berpikir dengan jernih untuk saat ini, Reisa. Jangan egois! Kau tidak bisa hidup sendiri!” ucap Ina sesaat sebelum meninggalkan Reisa dan kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua ruko yang sekarang menjadi tempat tinggalnya bersama putri semata wayangnya. Kini di ruang ter
Dania membuka matanya dengan perlahan. Tidak ada siapa-siapa di ruangan tersebut, hanya dirinya sendiri. Pikirannya pun melanglang buana, permasalahan Reisa masih menjejali benaknya. Hingga dia melihat pintu mulai terbuka, dan muncullah Sangga dengan wajah lelahnya. "Dari mana?" tanya Dania dengan
Dion terkejut saat melihat Sangga yang duduk di kursi Dania. Dalam benaknya langsung berpikir ada sesuatu yang sangat buruk terhadap Dania hingga membuatnya tidak masuk kerja hari ini. "Duduklah," perintah Sangga dengan suara yang tenang dan penuh wibawa. Meskipun terlihat ragu, tetapi akhirnya Di
"Kau butuh sesuatu?" tanya Kemala, matanya penuh perhatian menatap Dania yang masih terbaring lemah di atas brankarnya. Semua itu Kamal lakukan ebagai bentuk pengabdiannya kepada keluarga Adityawarman, sehingga dia bersedia melayani Dania dengan sebaik-baiknya. Janda satu anak itu sadar jika Dania
Dania benar-benar ingin melupakan apa yang pernah Dion dan Reisa lakukan terhadap dirinya. Ya, dari peristiwa tabrak lari itu Dania bertemu dengan Sangga, pria yang saat ini menjadi suaminya. Bukan hanya mendapatkan suami yang baik dan bijaksana, yang paling utama pria itu sangat mencintai dirinya.
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany