Sudi kiranya sobat reader yang budiman memberikan vote serta kritik dan saran untuk cerita ini. Terima kasih
Dania berusaha untuk tetap bersikap professional. Meskipun saat ini suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, tetapi dia tetap berusaha untuk datang ke kantornya. Dia terlambat cukup lama karena harus membeli pakaian terlebih dahulu, karena Dania sama sekali tidak membawa pakaian untuk ganti saat
“Dania, kenalkan dia putraku, namanya Cyrus! Cyrus … Dania.” Singgih berdiri di antara Dania dan Cyrus. “Cyrus,” ucap Cyrus memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan ke arah Dania. “Dania,” sahut Dania sambil menjabat tangan Cyrus. Sejenak tatapan mereka saling bertaut, hingga akhirnya Dania
Mendengar suara pintu yang diketuk membuat Dania bergegas untuk membukanya, karena beberapa saat yang lalu dia baru saja memesan makan malam. Wanita hamil itu terkejut, saat mengetahui ternyata yang berdiri di balik pintu adalah Sangga, suaminya. “Boleh saya masuk?” tanya Sangga masih tetap lembut
Sangga menatap Dania yang sangat lahap menikmati makan malamnya. Pria berusai menjelang setengah abad itu harus rela untuk menunda kesenangannya gara-gara kedatangan room servise mengantarkan makan malam pesanan Dania. “Setelah ini kita pulang, kasihan mama yang sudah mempersiapkan acara empat bula
“Kapan Dania pulang?” tanya Santi kepada Sangga yang saat ini sedang duduk di dekat tempat tidurnya. Suara wanita sepuh itu terdengar lirih dan sangat nelangsa karena keadaannya yang sedang sakit. Pagi hari, terjadi sedikit kekacauan di kediaman keluarga Adityawarman saat mengetahui jika kesehatan
Dengan cepat dan setengah berlari Sangga berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ke tempat di mana Dania mendapat perawatan. Hatinya berkecamuk membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada istri dan calon anaknya. Rumah sakit dan kecelakaan adalah sebuah kenangan buruk bagi Sangga. Beb
"Sebentar lagi acara akan dimulai, Bu. Sekarang, saya akan mandikan Ibu dulu, ya," ucap Kemala sambil tersenyum semanis mungkin dalam merayu Santi. Sejak pagi Santi sudah menunggu kedatangan Dania, sampai siang ternyata menantu kesayangannya belum datang juga. Jika acara yang sudah dia rencanakan h
Sepanjang acara syukuran empat bulan usia kehamilan Dania, Santi terus menggenggam erat tangan menantu kesayangannya tersebut. Wanita sepuh itu seolah takut jika dilepas sebentar saja, maka Dania akan pergi meninggalkannya. Ada banyak yang hadir dalam acara tersebut, karena Santi memang mengundang
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany