"Mulai malam ini bayi Melati tidur denganku," bisik Ros memberi tahu Riswan sambil berlalu menuju ke kamarnya dengan bayi Melati belum lama terlelap.
Riswan terdiam mendengar ucapan Ros. Ada raut tidak suka di sana. Menurutnya, Ros tidak bisa mengatur apa yang harus dirinya lakukan di rumahnya.
"Kan dia sudah tidur, jadi biarkan dia tidur bersamaku," ucap Riswan setengah memelas. Semenjak istrinya meninggal, Melatilah yang menemaninya tidur di kamar. Ia pasti akan susah tidur, jika Melati tidak berada di sampingnya.
"Kalau tengah malam dia bangun?" tanya Ros.
"Aku akan hangatkan asi yang di kulkas, seperti biasa," jelas Riswan dengan suara tegas dengan posisi masih berdiri berhadapan dengan Ros.
"Ssssttt... ahh kau ini, Mas. Suaramu tidak bisa pelan?" Ros menginterupsi Riswan kembali. Karena Melati mulai merengek mendengar suara Riswan.
"Sini berikan padaku." Riswan berusaha menggendong Melati.
Plaakk...
"Aauu..." Riswan meringis mendapat pukulan ringan dari Ros.
"Mas baru aja sampai dari luar, pasti banyak kuman, belum mandi dan bau asem pula." Ros memajukan tubuhnya sambil mengendus bau tubuh Riswan. Membuat Riswan dengan kikuk mundur dua langkah.
"Nanti bidadari mungilku ini bisa terserang kuman penyakit, kalau digendong papanya yang habis pulang kantor belum mandi," lanjutnya lagi sambil mencium lembut pipi Melati.
"Jadi biar aku yang menaruhnya di kamar, Mas mandi dulu saja," ucap Ros kemudian.
Baru hendak maju menuju kamar Riswan.
"Tidak boleh ada wanita lain yang masuk ke kamarku selain Bik Momo!" tegas Riswan.
"Jangan baper atuh, Bapak Riswan. Saya dan Bik Momo statusnya sama di rumah ini. Jadi tidak perlu sungkan menganggap saya wanita lain. Mending wanita, daripada banci. Hayooo..." terang Ros berlalu dari hadapan Riswan lalu masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya tetapi tidak rapat.
"Huh, bilang aja takut naksir. Kalau udah di bawah gue juga, kalah anda!" gumam Ros sambil merebahkan tubuhnya menyusui Melati.
Riswan geleng-geleng kepala, melihat Ros yang ternyata sangat cerewet.
Selesai mandi Riswan sudah di depan meja makan dengan kertas dan pulpen di tangannya. Entah apa yang dia tulis saat itu, namun sayup-sayup telinganya menangkap suara Melati yang menangis, namun sesaat kemudian hening.
"Cantiknya bude mama ini ga kenyang- kenyang yaa, nen terus sampe bude mamanya lapar lagi. Hari ini bude mama makan ikan dan sayur katuk. Ditambah jus buah naga. Pasti enak, ya kan?" ucap Ros senang sambil menatap gemas Melati yang masih mengempeng di payudaranya.
Riswan tersenyum tipis dari balik pintu kamar Ros. Ia sedikit merasa lega, karena Ros sepertinya mampu menyayangi Melati.
"Eehhmm..." Riswan berdehem di depan kamar Ros, ia tak ingin melihat ke kamar wanita itu.
Ros kaget, ia sempat tertidur sebentar saat menyusui Melati. Dengan rambut acak-acakan dan piyama terusan yang belum terkancing bagian atasnya. Membuat belahan bukit Ros begitu mencolok di mata Riswan. Susah payah Riswan menelan salivanya. Ia kini menunduk, tidak berani menatap Ros. Ros dengan mata sayu karena mengantuk, memberikan Melati pada Riswan.
Riswan masih saja terpana menatap wajah Ros yang polos, serta kancing piyama yang tidak sempurna. Setelah memastikan Riswan menggendong Melati dengan benar, Ros pun kembali masuk ke dalam kamarnya, tanpa memperhatikan wajah Riswan yang masih kaku.
Blaaam...
Ros menutup pintu kamarnya.
"Ya Tuhan, pemandangan apa itu?aneh sekali wanita ini. Tidak ada jaim-jaimnya sama sekali," gumam Riswan sambil bergidik lalu membawa masuk Melati ke dalam kamarnya.
Pukul satu malam.
"Ooeekk...ooeekk..ooeekk..." Melati menangis sambil berdecap ingin menyusu.
Riswan bangun lalu menggendongnya dan membawanya ke dapur. Riswan hendak menghangatkan asi yang ada di kulkas, namun ia tidak menemukannya."Ooeekk...ooeekk...," tangisan Melati semakin kencang membuat Riswan kelabakan.
Ros membuka pintu kamar dan setengah berlari menghampiri Riswan yang masih sibuk menimang Melati agar berhenti menangis.
"Bayi seperti Melati pasti takkan bisa tidur berjauhan dari pabrik asinya," sindir Ros sambil mengambil Melati dari gendongan Riswan.
"Hooooaaamm...," Ros menguap, membuka mulutnya selebar-lebarnya di depan Riswan. Lelaki itu hanya bisa menahan senyumnya. Perempuan ini benar-benar lucu, pikirnya.
"Tak mungkin aku tidur di kamar kamukan, Mas?" tanya Ros sambil berlalu membawa masuk Melati ke kamarnya. Meninggalkan Riswan yang masih berdiri terpaku di tempatnya.
****
Riswan masih terjaga, ia tidak bisa memejamkan mata. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua malam. Riswan keluar dari kamarnya, lalu berjalan ke arah dapur.
"Allahuakbar!" pekik Riswan kaget. Mendapati Ros sedang ngemil roti dan minum susu dalam keadaan gelap.
"Aduh, kaget saya, Mas!" Ros juga tak kalah kaget melihat Riswan sudah berdiri di pintu dapur menghadap ke arahnya. Lelaki itu kemudian menyalakan lampu dapur.
"Makan jangan gelap-gelapan. Nanti tersedak," ujar Riswan mengingatkan Ros.
"Nanggung mau nyalakan lampunya," jawab Ros sambil nyengir kuda.
"Apakah Melati sudah tidur?" tanya Riswan langsung duduk di depan Ros dengan segelas air dan kertas di tangannya.
"Sudah," jawab Ros cuek sambil terus menghabiskan rotinya.
Riswan diam saja memperhatikan Ros, dia paham namanya ibu menyusui harus banyak makan dan ngemil. Rambut Ros yang panjang kini diikat ekor kuda. Hingga leher putihnya yang jenjang terpampang nyata di hadapan Riswan.
"Hhmm..ada yang perlu kita bicarakan," ucap Riswan sambil membuang pandangannya pada gelas yang saat ini ia pegang.
Ros menghentikan aktifitas makannya lalu menatap Riswan. "Ada apa lagi?" tanya Ros penuh selidik.
"Ini, bacalah!" ujar Riswan tegas sambil menyerahkan secarik kertas yang dia tulis tadi.
Aturan rumah :
1. Wajib melaksanakan sholat 5 waktu2. Dilarang memakai baju seksi/terbuka.3. Tidak menggunakan make up4. Dilarang pulang ke rumah di atas jam delapan malam tanpa izin5.. Dilarang berbicara tidak sopan6. Tidak setuju dengan panggilan bude mama.7. Tidak boleh masuk ke kamar utama8. Panggil aku dengan kata pak bukan kamu atau Mas.9. Tidak boleh membawa Melatikeluar rumah tanpa izin10. Harus banyak makan makanan bergizi11. Dilarang menyentuh apalagi jatuh cinta kepada tuan rumah."Hhhhuuuukk." Ros terbatuk membaca point terakhir.
"Ya ampun kepedean. Siapa juga yang minat sama duda kesepian kayak Pak Riswan?" Ros mencebik kesal.
"Begini ya Bapak Riswan, saya tidak punya baju panjang jadi saya pakai baju yang saya bawa. Kalau anda keberatan saya mengenakannya, tolong belikan saya baju baru yang lebih sopan menurut anda. Kedua, biarkan saya dipanggil bude mama, karena menurut saya tidak ada yang salah, anggap saja bonus bagi saya karena menyusui Melati siang dan malam. Ketiga, saya tidak membawa mukena karena masih nifas dan yang terakhir saya tidak akan pernah menggunakan perasaan saya saat saya bekerja, paham?" jelas Ros panjang lebar sambil menghabiskan sisa susu dari gelasnya.
"Oke fine." balas Riswan setuju.
"Apakah bapak sudah mentransfer bayaran saya?" tanya Ros kemudian.
"Aku orang yang selalu menepati janji, sudah aku transfer dua belas juta ke rekeningmu," jelas Riswan
"Terimakasih," sahut Ros sambil berdiri dari duduknya. Kaki membawanya berjalan ke arah wastafel untuk mencuci gelas bekas susu yang ia minum. Setelah selesai mencuci gelas, Ros kembali ke kamarnya tanpa menoleh lagi pada Riswan.
Riswan sekilas memperhatikan Ros dari belakang lalu tersenyum kecil. Jauh di lubuk hatinya, lelaki itu bersyukur pada Tuhan yang telah mempertemukan dia dengan Ros. Hingga ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari wanita lain untuk dijadikan istrinya. Semua terasa lebih mudah. Meskipun ia terlihat ketus, namun di dalam hatinya ia sangat senang ada Ros yang menyelesaikan masalahnya.
****
Pagi ini udara terasa segar, harum tanah basah yang habis diguyur hujan tak terlalu deras semalam sangat terasa.
Melati masih tertidur di atas ranjang Ros. Wanita itu keluar dari kamarnya lalu berjalan ke arah dapur. Maksud hati ingin membuat omelet karena dia sangat lapar. Ros merapikan baju dan mengikat rambutnya tinggi."Eehhmm... " Riswan berdehem dari belakang.
"Eh bapak sudah bangun, mau saya buatkan omelet?" tawar Ros sambil menoleh ke arah Riswan.
Riswan sudah rapi dengan kemeja biru dan celana bahan warna hitam bersiap sarapan."Memang Bik Momo ke mana?" tanya Riswan.
"Bik Momo pergi belanja sayuran," jawab Ros sambil melanjutkan aktifitasnya di depan kompor.
Riswan masih memperhatikan Ros tanpa berkedip, Ros berbalik menatap Riswan.
"Kalau bapak masih memperhatikan saya seperti itu, nanti bapak yang bisa jatuh cinta pada saya," ledek Ros sambil mengarahkan sutil menunjuk Riswan. Lalu tanpa rasa bersalah, kembali menghadap kompor dan melanjutkan acara memasaknya.
Riswan terdiam dengan wajah merona.
"Kalau mimpi inget bangun, Ros," sindir Riswan tak kalah sengit.
Ros mencebik, "hati-hati, menjilat ludah sendiri itu ga baik lho!" sindir Ros kembali tidak mau kalah.
Riswan hanya mengulum senyum. Masih pagi, namun suasana rumah sudah sangat ramai sejak ada Ros di sini.
"Kalau sudah selesai panggil saya, saya mau melihat Melati," ucap Riswan sambil berlalu dari dapur.
Ros dengan cepat membuat omelet, kemudian menatanya di meja makan. Tidak lupa dia membuatkan juga untuk Bik Momo.
Riswan makan di meja makan, Ros makan di dapur, dia sangat sadar posisinya. Untung saja Melati masih tertidur pulas, sehingga Ros dapat membantu pekerjaan Bik Momo di dapur dan menikmati sarapannya tanpa tergesa.Ting...ting...
Pesan w* masuk ke ponsel Risw*n.
"Assalamualaikum, Ris. Bagaimana kabarmu dan cucu ibu? Sabtu ini ibu mau ke Jakarta, tolong di jemput di stasiun kereta ya.
Hhuukk...huukk...
Riswan tersedak membaca pesan ibunya.
"Waduh gawat."
****
Next part nanti ya😘😍 ditunggu votenya Terimakasih😘
Satu minggu kemudian."Kamu pahamkan yang saya bilang tadi?" tanya Riswan kepada Ros yang sedang di dapur mencuci piring."Iya Pak, paham. Tenang saja, Bik Momo juga sudah saya beritahu," ujar Ros. Lalu mengikuti langkah Riswan dari belakang.Riswan mengambil kunci motor lalu menyalakan motornya. Ros masih setia berdiri di depan pintu rumah memperhatikan Riswan yang tengah sibuk memakai jaket motor beserta helm."Saya berangkat." ucap Riswan berpamitan pada Ros. Disambut anggukan oleh Ros sambil tersenyum. Setelah motor Riswan menghilang dari balik pagar. Barulah Ros menutup pagar itu kembali.Beep...bepp...Ros bergegas masuk mencari suara ponselnya yang berbunyi."Hallo Daren.""Hai apa kabar lu?""Gue sehat, lu apa kabar? cafe rame atau sepi?"
Sepanjang perjalanan pulang dari klinik, Riswan hanya diam saja tanpa suara begitu juga Ros. Hawa dingin dari pendingin mobil bagai menusuk kulit Ros yang saat ini sedang meriang. Ingin minta dinaikkan suhunya, tentu saja sungkan. Apalagi majikannya error seperti ini. Mobil rasa kuburan bagi Ros."Eehmm...Ros, maaf kalau perkataanku hari ini ada yang menyinggung. Aku hari ini benar-benar sedang lelah, banyak pekerjaan." ucap Riswan menjelaskan sambil memasukkan mobil ke dalam garasi."Santai aja, Pak. Majikan mah, bebas." ucap Ros lalu turun dari mobil tanpa menoleh pada Riswan.Baru saja langkahnya sampai di depan pintu, Ros mendengar Melati menangis. Dengan cepat Ros mencuci tangan lalu menggendong Melati yang sedang ditenangkan oleh neneknya."Aduuhh cayangnya bude mama kangen yaa, Melati haus? ayo kita nen lagi." ucap Ros mencium gemas tangan Melati sambil membawanya masuk ke dalam kamar.Padahal saat itu Ros merasakan seluruh badan
Pak, maaf Bik Momo harus pulang, anak Bik Momo yang kecil masuk rumah sakit." ujar Bik Momo pagi ini saat Riswan sedang sarapan."Waduh, sakit apa, Bik?" tanya Riswan khawatir."Demam berdarah, Pak." jawab bik momo"Oh gitu, oke Bik. Biar saya antar ke terminal berhubung searah dengan kantor saya. " ucap Riswan sambil menghabiskan sisa sarapannya.Ros mengantar Bik Momo dan Riswan ke depan dengan menggendong Melati."Ros, titip bapak dan Melati dulu ya, bibik ga lama kok, begitu Bagus sehat, bibik segera ke Jakarta lagi." ucap Bik Momo menatap wajah Ros."Siap Bik, Melati janji akan jadi anak baik, ya kan, Nak?" Ros berujar ke arah Melati"Paling yang bawel, itu tuh yang gede." ujar Ros sambil berbisik kepada Bik Momo."Huusstt ntar bapak denger lho." sahut Bik Momo sambil tersenyum.Riswan dan Bik Momo berpamitan pada Ros dan juga Melati. Hari ini Riswan membawa mobilnya ke kantor karena harus mengantar Bik
Riswan mencoba memejamkan matanya, namun gagal. Dia membuka ponselnya lalu melihat foto-foto almarhum istrinya Annisa. Riswan tersenyum tipis."Sayang aku merindukanmu." ucap Riswan pada foto istrinya dengan mata berkaca-kaca. Riswan mencium foto tersebut. Annisa wanita sholeha adalah teman Riswan semasa kuliah dan Riswan sangat mencintainya.Annisa mengalami pendarahan saat melahirkan bayi Melati secara cesar. Peristiwa itu membuat Riswan sangat terpukul dan hampir kehilangan semangat hidup. Namun dia harus kuat karena ada Melati yang harus dia jaga. Riswan merasa sangat bersyukur karena wajah Melati sangat mirip dengan Annisa."Semoga Allah memberimu surga istriku." gumam Riswan lagi sambil mencium foto istrinya lalu tertidur.Tok..tok.."Pak, shubuh." panggil Ros dari balik pintu membangunkan Riswan.Ini hari ketiga di rumah tanpa Bik Momo karena anaknya masih dirawat.Tak ada jawaban dari dalam. "Pak." panggil Ros lagi demgan suara
Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya."Hati-hati ya sayang," ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.Ting..ting..ting...Suara ponsel Ros berbunyi."Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam."Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati."Ahh ... untuk apa peduli juga," gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan."Ros," panggil Riswan.Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan."Eh sudah pulang, Sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller."Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu!" ucap Riswan tegas."Ya salam, kesamb
Melati sudah cantik dengan baju dress pink motif bunga sepatu, dengan bando pink menghias di rambut Melati yang sudah mulai lebat. Bik Momo menggendong Melati. Tidak lama, Ros pun keluar dari kamar menggunakan dress di bawah lutut berwarna pink mirip baju Melati. Dengan rambut terurainya yang disisir rapi serta tak lupa bibir seksi milik Ros yang disapu lipstik berwarna pink tua."Wah, Rosmala...cantik banget sih." puji Bik Momo sambil tersenyum."Iya atuh, Bik. Kalau ganteng namanya bukan Rosmala, tapi Riswan. Hihihihi..." kekeh Ros diiukuti oleh Bik Momo.Riswan menoleh ke arah Ros dan melihat penampilan Ros sangat cantik malam ini. Riswan melongo. Jujur, wajah Ros itu cantik. Saat tidak berdandan saja bisa membuat Riswan beberapa kali terpesona. Apalagi dandan begini? Mulut Riswan bahkan setengah terbuka, karena begitu terpesona dengan Ros."Cantikkan, Pak?" tanya Bik Momo pada Riswan, membuat lelaki itu sedikit tergagap."Mingkem, Pak! Mu
Minggu pagi di Bandung udara terasa dingin, keluarga Riswan sedang menikmati sarapan. Ibu Riswan dibantu Bik Momo dan Lasmi membuat nasi goreng dan siomay.Ros banyak diam, tidak bersemangat sambil menggendong bayi Melati. Ros memilih duduk di pinggir kolam ikan koi, melamun sendu. Tak sanggup rasanya membayangkan Melati mempunyai ibu baru dan dia pasti tidak dibutuhkan lagi."Hhhhhmmm..." Ros menghela nafasnya kasar."Melati, meskipun nanti punya mama baru, Melati ga boleh lupa sama Bude mama ya? janji ya? Sini bude mama peluuuk." Ros berucap lirih kepada Melati sambil memeluknya dengan sangat erat, tak terasa air mata kembali membasahi pipi Ros.Ros tak sadar di belakang ada Riswan yang sedari tadi berdiri di sana mendengar apa yang diucapkan oleh Ros.Riswan menatap sayu pundak Ros, dia sangat paham bahwa wanita sewaannya ini dengan sepenuh hati menyayangi dan mengurus putrinya. Bagaimana dia bisa mengartikan sendiri perasaanya saat Ros memelukn
Ros berbaring di kamarnya ditemani bayi Melati yang bertambah montok. Bayi perempuan itu sedang memainkan mainan bunyi-bunyian. Hari ini masuk bulan kelima Ros bekerja di rumah Riswan, hatinya sudah menyatu dengan Melati dan rumah ini.Riswan sedang duduk di depan televisi sambil menonton film romantis. Saat masih ada almarhumah istrinya, mereka suka nonton berdua, karena sama-sama penyuka genre film romantis. Ros melewati ruang televisi untuk ke dapur dan membuat susu."Film apa itu, Pak?" tanya Ros yang tiba-tiba berhenti dan memperhatikan film yang sedang diputar.Riswan kaget, lalu menoleh ke asal suara."Ohh, ini judul filmnya First kiss," sahut Riswan ringan."Oo ..." mulut Ros membentuk huruf O."Artinya apa tuh, Pak?" tanya Ros pura-pura bloon."Ciuman pertama Ros," sahut Riswan dengan jujur, sambil membetulkan letak kacamatanya.Ros menyeriingai, "ciiee, Bapak udah kangen yaa pengen dicium," goda Ros dengan dagu yang m
Ros tidak berani keluar rumah, sejak tahu ada Ken yang pindah di depan rumahnya. Pukul sembilan pagi, biasanya dia selalu berdiri di samping tukang sayur, memilih aneka sayur mayur untuk menu masakan esok hari. Namun, karena rasa takut dan khawatir bertemu Ken, maka ia memutuskan untuk berdiam diri saja di dalam rumah sambil menemani Melati bermain dan melatih Melati berbicara.Bik Momo yang diminta oleh Ros untuk berbelanja di tukang sayur langganan mereka.DrrtDrrtPapa Sayang["Awas loh, Ma. Gak boleh ngintip tetangga."]Ros tergelak membaca pesan dari suaminya. "Ada-ada saja," gumamnya sambil menggelengkan kepala.["Ngapain ngintip? Masih lebih keren lagi suami aku."]Balas Ros ditambahi emot gambar hati.["Papa gak tenang nih. Apalagi tadi Bik Momo bilang perutnya gak kayak badut."]Ros kembali tergelak. Pikirannya melayang pada perut buncit suaminya yang semok nan manja, dan selalu saja beradu dengan pe
Ros sudah kembali bersama Bik Momo dan Riswan ke Jakarta. Sudah memulai hari seperti biasa. Riswan berangkat ke kantor pukul tujuh pagi, lalu kembali ke rumah en sore. Jabatan yang sekarang ia emban, membuat dirinya cukup sibuk di hari kerja. Namun, Riswan selalu berusaha meluangkan waktunya di hari sabtu dan minggu.Ros juga menjalani perannya dengan baik, sebagai istri sekaligus ibu sambung bagi Melati. Pagi hari, adalah jadwalnya Ros jalan pagi ditemani oleh Riswan. Seperti pagi ini, keduanya tengah berjalan santai sambil menggerakkan tangan, ke kanan dan ke kiri. Riswan sesekali berlari kecil di sekitaran taman komplek, yang lahannya berbentuk kotak. Sedangkan Ros menyusul sambil berjalan santai.Kehamilannya yang memasuki usia lima bulan tak membuat Ros kepayahan, justru ia sangat menikmatinya. Justru Riswanlah yang cukup payah, karena selalu saja harus ada mangga dan nanas di rumah. Riswan juga beberapa kali muntah di pagi hari. Namun, tetap bisa beraktifit
Riswan, Melati, Ros, dan juga Bik Momo berada di tol menuju Bandung. Kediaman orang tua Riswan. Perjalanan cukup panjang karena ini akhir pekan. Lalu lintas begitu padat, penat di dalam kendaraan sudah pasti. Namun, semua tidak terasa karena Ros terus saja bernyanyi menghibur penumpang di dalam mobil. Ros juga membawa bekal rujak kedondong dan jambu air. Ada juga buah jeruk untuk Melati. Selakn suka buah jeruk, Melati juga menyukai jambu air manis yang berukuran besar. Ros membiarkan Melati makan sendiri buah-buahan yang dibawa. Tak mengapa mulut dan pakaiannya berantakan dan kotor, asal Melati senang dan mandiri. Tidak selalu harus disuapi saat makan sesuatu.Ros menyuapi Riswan buah jeruk, jambu air, dan juga kedondong. Riswan menolak, karena perutnya masih kenyang, "bunda saja yang makan sama Melati, papa kenyang," kata Riswan saat membuang wajahnya saat akan disuapi buah jambu air oleh Ros."Tapi kata anaknya di perut,
Selamat membaca yang manis-manis kayak othor??21+****Dua hari setelah Riswan terjatuh dari motor, lelaki itu masih memilih untuk beristirahat di rumah. Tubuhnya lemas tak bertenaga, makan pun tidak berselera. Luka lecet di siku tangan dan kakinya hampir sembuh, tinggal memulihkan rasa pegal dan sakit di seluruh sendinya.Riswan benar-benar malas bergerak, sehabis sholat shubuh ia yang biasanya berolah raga pagi, berlari kecil mengelilingi komplek, kini lebih memilih melanjutkan tidurnya kembali. Ros dan Bik Momo sampai kebingungan dengan sikap Riswan yang berubah menjadi aneh dan lebih manja."Mas, Mama sudah buatkan nasi goreng. Makan yuk!" ajak Ros sedikit mengguncang tubuh suaminya yang masih berpelukan erat dengan guling."Mas," panggilnya lagi. Namun Riswan diam saja, nafasnya berhembus teratur, begitu nyenyak dan nyaman terlihat mata.CupRos mengecup pipi sang suami, lalu berpindah mengecup bibir. Lelaki itu akhir
Mereka masih bergulung di dalam selimut, padahal adzan shubuh sudah berkumandang merdu, memanggil ummat muslim agar segera bangun dan melaksanakan sholat wajib dua rakaat. Riswan masih memeluk erat tubuh sang istri yang begitu hangat dan menenangkan. Masih di balik selimut, keduanya bertubuh polos. Aktifitas semalam yang sangat luar biasa membuat keduanya baru terlelap pukul dua dini hari. Padahal ini adalah bulan kedua mereka menikmati peran suami dan istri. Namun rasanya selalu seperti pengantin baru. Ros mampu memanjakan sang suami, hingga lelaki itu tak berdaya sama sekali di atas ranjang. Lelaki itu berkali-kali mengaduh penuh senang atas kelihaian Ros di atas ranjang, sehingga dapat dipastikan dalam sepekan mereka akan melakukannya setiap hari selama dua bulan ini. Libur hanya pada saat Ros datang bulan saja, itu pun Riswan merengek meminta Ros agar buru-buru mandi hadas besar. "Sayang," panggil Riswan membangunkan Ros sambil mencium pundak polos istrinya
Part ini khusus usia matang ya. Bagi yang belum matang, atau yang masih mentah diharapkan jangan baca part ini, bisi hayang kawin??. Buat yang kematengan sampe lembek juga jangan baca, karena semangat boleh membara, namun apalah daya, tenaga tak dapat berjuang sudah.??Intinya anak kecil jangan baca, nenek, dan kakek yang sudah bernafas setengah-setengah juga jangan baca.?Hancur pokoknya, eh... mature maksudnya 21+ ?****Tepat dua minggu setelah Riswan menemukan Ros, mereka melangsungkan pernikahan, hanya saudara terdekat dan sahabat yang hadir. Orangtua Riswan akhirnya memberikan restu begitu juga dengan ibu dan adik Ros yang sangat gembira, akhirnya Ros menemukan lelaki yang mencintainya. Riswan beserta keluarganya menuju Masjid Kubah Mas yang berlokasi di Depok. Ada empat iring-iringan mobil yang membawa mereka semua ke sana. Ros beserta ibu, Satria, Bik Momo dan Pak Asep berada di mobil lain, tepatnya berada di belakang mobil Riswan.Ac
Selasa pagi, Riswan dan Ros pergi mendaftarkan berkas pernikahan mereka di KUA terdekat. Riswan berencana akan menggelar akad nikah di Masjid Kubah Mas yang terletak di kawasan Depok, Jawa barat. Kenapa di situ? Sang mertua, Bu Lastri sangat ingin mengunjungi tempat itu. Ia hanya bisa mendengar cerita dari tetangganya di kampung yang berkunjung di Masjid Kubah Mas di Depok, sehingga begitu ada kesempatan, maka Bu Lastri sangat ingin mengunjunginya. Jadilah Riswan dan Ros akan menggelar akad di sana, sedangkan untuk resepsi mereka memesan sebuah aula yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka."Sayang, mau makan bakso dulu ga?" tawar Riswan pada Ros, saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah."Langsung saja, Mas. Nanti kesorean sampai Bandung," jawab Ros sambil menatap Riswan."Ya sudah, kita jemput Melati dulu. Udah bilang Bik Momo pakaian kita disiapkan?""Sudah, Mas.""Cium dong!""Dih, apaan sih?" wajah Ros bersemu merah sa
Selamat membaca.****Pak Kades masuk ke dalam rumah Ros setelah mengucapkan salam, diikuti oleh ketiga wanita setengah tua dua orang, dan wanit muda satu orang. Ada juga lelaki paruh baya dua orang ikut menemani Pak Kades bersilaturahim ke rumah Ros. Belum ada pembicaraan apa-apa di sana, karena Pak Kades yang bernama Supono itu tengah memperhatikan Ros dan Riswan yang duduk di depannya, bahkan Ros kini tengah memangku Melati yang asik makan jagung rebusTetangga ramai memadati rumah Ros, ada yang mengintip dari jendela, ada yang terang-terangan duduk di depan pintu, bahkan ada yang masuk lewat pintu belakang rumah Ros. Mereka berduyun-duyun ingin menyaksikan pertunjukan yang sebentar lagi akan di gelar di rumah Ros.Bu Lastri dengan tangan gemetar berjalan ke ruang tamu, di mana hawa panas begitu tercipta di sana. Di tangannya membawa nampan berisi cangkir teh sebanyak lima buah."Silahkan diminum Pak Kades, Bu Kades satu, Bu Kades dua, dan
Sabtu pagi, dengan semilir angin pedesaan, sekelompok burung beterbangan ke sana-kemari menikmati suasana pagi di atas hamparan sawah hijau nan luas. Pemandangan yang mampu menjadi vitamin bagi indera penglihatan, karena bewarna terang alami serta bebas polusi. Riswan sudah lama sekali tidak ke pedesaan, sehingga ia begitu menikmati keindahan yang sedang memanjakan penglihatannya.Kaca mobil sengaja ia buka sedikit, agar udara segar itu terhirup oleh para wanita yang kini terlelap di dalam mobilnya. Melati tertidur di atas tubuh Ros, sehabis menyusu cukup lama. Air ASI Ros sebenarnya masih ada walaupun sangat sedikit, tetapi Melati seakan mengenali harum tubuh dan rasa ASI yang sudah memberikan kehidupan bagianya. Anak balita itu terus saja mengempeng ASI di dalam mobil. Tak dipedulilannya larangan sang papa, agar tidak nen di mobil.Riswan mengulum senyum, sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan. Ia sungguh tak i