Malam ini Melati rewel sekali dan badannya sedikit hangat. Tepat setelah satu bulan kepergian Ros.
"Bik, apakah Melati sudah diberikan obat penurun panas?"
"Sudah, Pak. Tetapi masih anget dan rewel banget," sahut Bik momo sambil terus berusaha menenangkan Melati.
"Maaaaamammaa...mmaaammmaa...," celotehan Melati terdengar jelas.
Bik Momo tertunduk menghapus air matanya, ia tahu kalau Melati sangat merindukan Ros. Sedangkan Riswan hanya bisa diam, ia pun sama merindukan Ros, bahkan dadanya terasa penuh bila kembali mengingat saat-saat kepergian Ros.
"Sini, Bik! Biar saya bawa ke kamar Ros, sambil liatin video Ros," ujar Riswan sambil mengambil alih Melati dari gendongan Bik Momo.
"Bibik tidur saja duluan, siapa tahu nanti malam kita harus gantian menjaga Melati." Bik Momo mengangguk paham, lalu berjalan ke belakang menuju kamarnya. Sedangkan Riswan
"Ayolah Jek, aku butuh alamat Ros," pinta Riswan memelas kepada Kojek.Ini keenam kalinya Riswan bertandang ke Ferrari, untuk memperoleh kabar keberadaan Ros."Sorry bro, gue ga tau," jawab Kojek cuek"Ga mungkin lo ga tau, lo temen SMAnya'kan?" tanya Riswan dengan intonasi sedikit garang."Boy, bawa lelaki ini keluar," pinta Kojek pada bodyguardnya."Bro, tolongin gue bro, gue harus ketemu Ros!" Riswan berteriak sambil diseret keluar oleh dua orang bodyguard Ferrari.Kojek di dalam Ferrari mencoba menghubungi kontak Ros, namun tak juga tersambung."Shitt! Ayolah Vio kamu ke mana?" ujar Kojek kesal karena dari sebulan yang lalu, nomor Viona atau Rosmala tidak bisa dihubungi."Ros ga ada kabar, Jek? Semoga dia baik-baik saja," ujar Darren saat menghampi Kojek."Besok
Ros sudah sampai di Jakarta. Memilih berhenti di terminal Kampung Rambutan, lalu turun dan menepikan langkahnya di sebuah warung kopi. Perutnya keroncongan menahan lapar, karena selama satu hari satu malam di perjalanan, ia baru satu kali makan, saat bis berhenti di rest area."Mbak, mau ini ya!" Ros memberikan mie instan cup pada penjaga warung kopi. Untungnya hanya satu orang yang lelaki tua yang sedang ngopi di dalamnya, sehingga Ros tidak terlalu risih. Penjaga warung menuangkan air panas pada mie instan cup milik Ros, kemudian ia memberikan pada Ros, sambil tersenyum tipis.Ros mengisi perutnya dengan mie instan panas dengan asap yang masih mengepul. Begitu sedap masuk ke dalam tenggorokannya. Segelas teh manis hangat juga menemaninya pagi ini, menikmati sisa aroma gerimis yang semalaman membasahi bumi.Setelah kenyang dan membayar tagihannya, Ros keluar dari
FlashbackRos menahan tawanya bila ingat kejadian saat di kampung beberapa waktu lalu. Gara-gara Pak Kades, semua rencananya berlibur di kampung menjadi gagal.Ros kini tengah bersembunyi di kolong tempat tidur kamar ibunya, dan lebih anehnya lagi, Satria ikut serta bersembunyi di bawah sana. Entah apa maksud Ros mengajak adiknya ikut bersembunyi bersamanya. Padahal Satria bersikeras tidak mau, katanya takut ada kecoa.Iring-iringan Pak Kades sudah masuk di ujung gang kampung Ros, tidak mungkin ia lari sekarang. Bisa-bisa diuber Pak Kades."Udah datang belum ya Pak Kades, kok sepi?" bisik Ros pada adiknya."Belum kayaknya, Mbak. Belum ada suara ramai," jawab Satria.
Selamat membaca.*****Suasana di kantor tampak masih lengang, baru beberapa gelintir orang yang menempati meja kerjanya masing-masing. Masih ada juga yang asik mengobrol di lobi kantor, atau hanya sekedar menyapa teman satu divisinya."Ojiii...," panggil Wuri teman sekantor Oji."Apa?" Oji baru sampai dan langsung masuk ke dalam ruangannya, sambil menenteng bungkusan plastik."Mana pesenan nasi uduk gue?" tanya Wuri"Ini!" Oji meyerahkan kantong kresek
Suara rintik hujan malam ini membuat Riswan semakin tak menentu dan tak sabar menanti esok. Layaknya air yang turun membasahi bumi ikut bersorak-sorai, bagai debaran jantung Riswan yang tidak menentu.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu malam, namun ia tidak juga bisa menutup mata. Masih berbaring memeluk guling, sesekali mencium gemas ujung guling, mengeratkan pelukan pada guling, bahkan tersenyum lebar pada guling besar itu."Aku seperti orang gila karena kamu, Ros," bisik dengan wajah merona. Riswan teringat, ia belum mendapat alamat lengkap Ros, untuk itu ia mengirim pesan pada Oji untuk menanyakan alamat kedai 'Nasi Uduk Melati'. Sepuluh menit tak kunjung dibalas, Riswan pun akhirnya terlelap sangat nyenyak.Pukul setengah lima pagi, Riswan sudah bangun. Bahkan lebih dahulu bangun dari Bik Momo. Bergegas ia menyikat gigi, lalu berwudhu, kemudian mengganti pakaian tidurnya dengan baju sholat. Ya, Riswan memutuskan untuk sholat
Selamat membaca.****Riswan menarik tangan Ros, saat Ros hendak meletakkan piring di depan Riswan. Ros masih gugup dan berdebar, tangannya kini sudah berada dalam genggaman Riswan. Ros tak berani menatap hanya menunduk malu dengan gemetar. Riuh ramai suara langkah kaki berlalu lalang tak dihiraukan oleh Riswan yang saat ini tengah menatap Ros dengan penuh damba, jemari keduanya saling bertaut, seakan dirinya takut Ros hilang dari pandangan.Tak kuasa menahan kejolak rindunya, Riswan dengan berani menarik Ros hingga terduduk dipangkuannya, Riswan melingkarkan lengannya pada pinggang Ros memeluknya erat. Membuat wanita itu tersentak kaget, wajahnya sudah memerah bagai kepiting rebus. Bahkan nafas Ros ter
Sabtu pagi, dengan semilir angin pedesaan, sekelompok burung beterbangan ke sana-kemari menikmati suasana pagi di atas hamparan sawah hijau nan luas. Pemandangan yang mampu menjadi vitamin bagi indera penglihatan, karena bewarna terang alami serta bebas polusi. Riswan sudah lama sekali tidak ke pedesaan, sehingga ia begitu menikmati keindahan yang sedang memanjakan penglihatannya.Kaca mobil sengaja ia buka sedikit, agar udara segar itu terhirup oleh para wanita yang kini terlelap di dalam mobilnya. Melati tertidur di atas tubuh Ros, sehabis menyusu cukup lama. Air ASI Ros sebenarnya masih ada walaupun sangat sedikit, tetapi Melati seakan mengenali harum tubuh dan rasa ASI yang sudah memberikan kehidupan bagianya. Anak balita itu terus saja mengempeng ASI di dalam mobil. Tak dipedulilannya larangan sang papa, agar tidak nen di mobil.Riswan mengulum senyum, sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan. Ia sungguh tak i
Selamat membaca.****Pak Kades masuk ke dalam rumah Ros setelah mengucapkan salam, diikuti oleh ketiga wanita setengah tua dua orang, dan wanit muda satu orang. Ada juga lelaki paruh baya dua orang ikut menemani Pak Kades bersilaturahim ke rumah Ros. Belum ada pembicaraan apa-apa di sana, karena Pak Kades yang bernama Supono itu tengah memperhatikan Ros dan Riswan yang duduk di depannya, bahkan Ros kini tengah memangku Melati yang asik makan jagung rebusTetangga ramai memadati rumah Ros, ada yang mengintip dari jendela, ada yang terang-terangan duduk di depan pintu, bahkan ada yang masuk lewat pintu belakang rumah Ros. Mereka berduyun-duyun ingin menyaksikan pertunjukan yang sebentar lagi akan di gelar di rumah Ros.Bu Lastri dengan tangan gemetar berjalan ke ruang tamu, di mana hawa panas begitu tercipta di sana. Di tangannya membawa nampan berisi cangkir teh sebanyak lima buah."Silahkan diminum Pak Kades, Bu Kades satu, Bu Kades dua, dan
Ros tidak berani keluar rumah, sejak tahu ada Ken yang pindah di depan rumahnya. Pukul sembilan pagi, biasanya dia selalu berdiri di samping tukang sayur, memilih aneka sayur mayur untuk menu masakan esok hari. Namun, karena rasa takut dan khawatir bertemu Ken, maka ia memutuskan untuk berdiam diri saja di dalam rumah sambil menemani Melati bermain dan melatih Melati berbicara.Bik Momo yang diminta oleh Ros untuk berbelanja di tukang sayur langganan mereka.DrrtDrrtPapa Sayang["Awas loh, Ma. Gak boleh ngintip tetangga."]Ros tergelak membaca pesan dari suaminya. "Ada-ada saja," gumamnya sambil menggelengkan kepala.["Ngapain ngintip? Masih lebih keren lagi suami aku."]Balas Ros ditambahi emot gambar hati.["Papa gak tenang nih. Apalagi tadi Bik Momo bilang perutnya gak kayak badut."]Ros kembali tergelak. Pikirannya melayang pada perut buncit suaminya yang semok nan manja, dan selalu saja beradu dengan pe
Ros sudah kembali bersama Bik Momo dan Riswan ke Jakarta. Sudah memulai hari seperti biasa. Riswan berangkat ke kantor pukul tujuh pagi, lalu kembali ke rumah en sore. Jabatan yang sekarang ia emban, membuat dirinya cukup sibuk di hari kerja. Namun, Riswan selalu berusaha meluangkan waktunya di hari sabtu dan minggu.Ros juga menjalani perannya dengan baik, sebagai istri sekaligus ibu sambung bagi Melati. Pagi hari, adalah jadwalnya Ros jalan pagi ditemani oleh Riswan. Seperti pagi ini, keduanya tengah berjalan santai sambil menggerakkan tangan, ke kanan dan ke kiri. Riswan sesekali berlari kecil di sekitaran taman komplek, yang lahannya berbentuk kotak. Sedangkan Ros menyusul sambil berjalan santai.Kehamilannya yang memasuki usia lima bulan tak membuat Ros kepayahan, justru ia sangat menikmatinya. Justru Riswanlah yang cukup payah, karena selalu saja harus ada mangga dan nanas di rumah. Riswan juga beberapa kali muntah di pagi hari. Namun, tetap bisa beraktifit
Riswan, Melati, Ros, dan juga Bik Momo berada di tol menuju Bandung. Kediaman orang tua Riswan. Perjalanan cukup panjang karena ini akhir pekan. Lalu lintas begitu padat, penat di dalam kendaraan sudah pasti. Namun, semua tidak terasa karena Ros terus saja bernyanyi menghibur penumpang di dalam mobil. Ros juga membawa bekal rujak kedondong dan jambu air. Ada juga buah jeruk untuk Melati. Selakn suka buah jeruk, Melati juga menyukai jambu air manis yang berukuran besar. Ros membiarkan Melati makan sendiri buah-buahan yang dibawa. Tak mengapa mulut dan pakaiannya berantakan dan kotor, asal Melati senang dan mandiri. Tidak selalu harus disuapi saat makan sesuatu.Ros menyuapi Riswan buah jeruk, jambu air, dan juga kedondong. Riswan menolak, karena perutnya masih kenyang, "bunda saja yang makan sama Melati, papa kenyang," kata Riswan saat membuang wajahnya saat akan disuapi buah jambu air oleh Ros."Tapi kata anaknya di perut,
Selamat membaca yang manis-manis kayak othor??21+****Dua hari setelah Riswan terjatuh dari motor, lelaki itu masih memilih untuk beristirahat di rumah. Tubuhnya lemas tak bertenaga, makan pun tidak berselera. Luka lecet di siku tangan dan kakinya hampir sembuh, tinggal memulihkan rasa pegal dan sakit di seluruh sendinya.Riswan benar-benar malas bergerak, sehabis sholat shubuh ia yang biasanya berolah raga pagi, berlari kecil mengelilingi komplek, kini lebih memilih melanjutkan tidurnya kembali. Ros dan Bik Momo sampai kebingungan dengan sikap Riswan yang berubah menjadi aneh dan lebih manja."Mas, Mama sudah buatkan nasi goreng. Makan yuk!" ajak Ros sedikit mengguncang tubuh suaminya yang masih berpelukan erat dengan guling."Mas," panggilnya lagi. Namun Riswan diam saja, nafasnya berhembus teratur, begitu nyenyak dan nyaman terlihat mata.CupRos mengecup pipi sang suami, lalu berpindah mengecup bibir. Lelaki itu akhir
Mereka masih bergulung di dalam selimut, padahal adzan shubuh sudah berkumandang merdu, memanggil ummat muslim agar segera bangun dan melaksanakan sholat wajib dua rakaat. Riswan masih memeluk erat tubuh sang istri yang begitu hangat dan menenangkan. Masih di balik selimut, keduanya bertubuh polos. Aktifitas semalam yang sangat luar biasa membuat keduanya baru terlelap pukul dua dini hari. Padahal ini adalah bulan kedua mereka menikmati peran suami dan istri. Namun rasanya selalu seperti pengantin baru. Ros mampu memanjakan sang suami, hingga lelaki itu tak berdaya sama sekali di atas ranjang. Lelaki itu berkali-kali mengaduh penuh senang atas kelihaian Ros di atas ranjang, sehingga dapat dipastikan dalam sepekan mereka akan melakukannya setiap hari selama dua bulan ini. Libur hanya pada saat Ros datang bulan saja, itu pun Riswan merengek meminta Ros agar buru-buru mandi hadas besar. "Sayang," panggil Riswan membangunkan Ros sambil mencium pundak polos istrinya
Part ini khusus usia matang ya. Bagi yang belum matang, atau yang masih mentah diharapkan jangan baca part ini, bisi hayang kawin??. Buat yang kematengan sampe lembek juga jangan baca, karena semangat boleh membara, namun apalah daya, tenaga tak dapat berjuang sudah.??Intinya anak kecil jangan baca, nenek, dan kakek yang sudah bernafas setengah-setengah juga jangan baca.?Hancur pokoknya, eh... mature maksudnya 21+ ?****Tepat dua minggu setelah Riswan menemukan Ros, mereka melangsungkan pernikahan, hanya saudara terdekat dan sahabat yang hadir. Orangtua Riswan akhirnya memberikan restu begitu juga dengan ibu dan adik Ros yang sangat gembira, akhirnya Ros menemukan lelaki yang mencintainya. Riswan beserta keluarganya menuju Masjid Kubah Mas yang berlokasi di Depok. Ada empat iring-iringan mobil yang membawa mereka semua ke sana. Ros beserta ibu, Satria, Bik Momo dan Pak Asep berada di mobil lain, tepatnya berada di belakang mobil Riswan.Ac
Selasa pagi, Riswan dan Ros pergi mendaftarkan berkas pernikahan mereka di KUA terdekat. Riswan berencana akan menggelar akad nikah di Masjid Kubah Mas yang terletak di kawasan Depok, Jawa barat. Kenapa di situ? Sang mertua, Bu Lastri sangat ingin mengunjungi tempat itu. Ia hanya bisa mendengar cerita dari tetangganya di kampung yang berkunjung di Masjid Kubah Mas di Depok, sehingga begitu ada kesempatan, maka Bu Lastri sangat ingin mengunjunginya. Jadilah Riswan dan Ros akan menggelar akad di sana, sedangkan untuk resepsi mereka memesan sebuah aula yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka."Sayang, mau makan bakso dulu ga?" tawar Riswan pada Ros, saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah."Langsung saja, Mas. Nanti kesorean sampai Bandung," jawab Ros sambil menatap Riswan."Ya sudah, kita jemput Melati dulu. Udah bilang Bik Momo pakaian kita disiapkan?""Sudah, Mas.""Cium dong!""Dih, apaan sih?" wajah Ros bersemu merah sa
Selamat membaca.****Pak Kades masuk ke dalam rumah Ros setelah mengucapkan salam, diikuti oleh ketiga wanita setengah tua dua orang, dan wanit muda satu orang. Ada juga lelaki paruh baya dua orang ikut menemani Pak Kades bersilaturahim ke rumah Ros. Belum ada pembicaraan apa-apa di sana, karena Pak Kades yang bernama Supono itu tengah memperhatikan Ros dan Riswan yang duduk di depannya, bahkan Ros kini tengah memangku Melati yang asik makan jagung rebusTetangga ramai memadati rumah Ros, ada yang mengintip dari jendela, ada yang terang-terangan duduk di depan pintu, bahkan ada yang masuk lewat pintu belakang rumah Ros. Mereka berduyun-duyun ingin menyaksikan pertunjukan yang sebentar lagi akan di gelar di rumah Ros.Bu Lastri dengan tangan gemetar berjalan ke ruang tamu, di mana hawa panas begitu tercipta di sana. Di tangannya membawa nampan berisi cangkir teh sebanyak lima buah."Silahkan diminum Pak Kades, Bu Kades satu, Bu Kades dua, dan
Sabtu pagi, dengan semilir angin pedesaan, sekelompok burung beterbangan ke sana-kemari menikmati suasana pagi di atas hamparan sawah hijau nan luas. Pemandangan yang mampu menjadi vitamin bagi indera penglihatan, karena bewarna terang alami serta bebas polusi. Riswan sudah lama sekali tidak ke pedesaan, sehingga ia begitu menikmati keindahan yang sedang memanjakan penglihatannya.Kaca mobil sengaja ia buka sedikit, agar udara segar itu terhirup oleh para wanita yang kini terlelap di dalam mobilnya. Melati tertidur di atas tubuh Ros, sehabis menyusu cukup lama. Air ASI Ros sebenarnya masih ada walaupun sangat sedikit, tetapi Melati seakan mengenali harum tubuh dan rasa ASI yang sudah memberikan kehidupan bagianya. Anak balita itu terus saja mengempeng ASI di dalam mobil. Tak dipedulilannya larangan sang papa, agar tidak nen di mobil.Riswan mengulum senyum, sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan. Ia sungguh tak i