"Sayang, sudah sampai di mana?" tanya Sandy. Jika dulu Eliza sangat senang ketika Sandy memanggilnya sayang, namun sekarang dia merasa perutnya seperti sedang dikocok hingga terasa mual dan ingin muntah. "Ini lagi berhenti di warung makan, mas." Eliza menjawab dengan asal. "Apa sudah sampai di Pekanbaru?" tanya Sandy. "Belum mas masih di jalan." "Sudah sampai di mana ini, sayang?" Sandy sangat penasaran. Ia ingin melakukan video call agar melihat keberadaan istrinya. Namun lagi-lagi handpon jadul Eliza menjadi permasalahannya."Ini udah masuk kabupaten Pelalawan. Sekarang di daerah sorek." Eliza menjelaskan secara detail seakan ia benar-benar sedang berada di dalam perjalanan. Sandy sungguh tidak mengetahui bahwa istri yang dianggapnya bodoh sebenarnya tidak sebodoh yang dia pikir. Bahkan bisa mengarang cerita seperti ini. "Oh mas kirain sudah sampai Pekanbaru. Sayang, mas sangat senang." Sandy akhirnya mengungkapkan perasaannya. Meskipun ini pernikahan yang kedua, namun bersa
"Mas handphone Liza baterainya soak. Nanti rencananya di Pekanbaru Liza mau cari baterai handphone. Ini juga casing-nya udah nggak bagus jadi terpaksa diikat pakai karet biar gak lepas. "Sandi terdiam mendengar perkataan Eliza. Apakah mungkin masih ada toko handphone yang menjual casing dan juga baterai handphone yang dipegang Eliza?"Mas, ini baterainya udah mau mati," kata Eliza ingin segera ingin mengakhiri panggilan telepon bersama dengan Sandy. Karena setiap kali mendengar suaminya itu berbicara entah mengapa rasa sakit di hatinya semakin bertambah kuat. Hingga membuat hatinya terasa berdenyut nyeri "Mas, kamu ngapain, cepat rapikan dulu pakainya. Sebentar lagi acara di mulai."Eliza mendengar suara lembut mendayu-dayu memanggil Sandy. Siapa pemilik suara itu sudah pasti istri keduanya. "Lagi nelpon Eliza sebentar," jawab Sandy dengan jujur."Oh sini handphonenya, Aku ingin ngomong sama Eliza." Mirna berkata dengan wajah tersenyum. Dan hal itu yang membuat Sandy senang. Itu ar
Lagi-lagi Eliza merasakan sakit yang luar biasa. Dia ingin mengakhiri sambungan telepon namun Mirna masih terus mengajaknya berbicara. Madunya itu terlihat begitu sangat baik terhadapnya namun setiap kalimat yang keluar dari bibirnya tampak jelas bahwa dia sangat membenci Eliza. "Aku pasti akan kerja di rumah mama Mbak, tapi nanti setelah pulang dari sini. Aku janji utang itu akan aku bayar. Jika aku tidak bisa membayar hutang dengan menjadi pembantu aku akan membayar hutang dengan uang. Bagaimana cara mendapatkannya aku, itu urusan aku." Eliza berkata sambil menahan rasa marah dan emosinya. Eliza merasa sudah dipermainkan oleh Sandy. Rasa kebenciannya semakin besar setelah mendengar semua yang dikatakan Mirna. Ternyata Sandy benar-benar menganggapnya bodoh."Kamu mau jual diri?" Mirna berkata dengan gaya kaget.Eliza tersenyum sinis mendengar perkataan wanita tersebut. Mbak Mirna sudah biasa berbuat kotor. Main dengan suami orang hingga hamil, karena itu punya pikiran kotor. Mbak M
Setelah cukup lama menangis dan meratapi nasib, Eliza keluar dari dalam kamar dan langsung ke kamar bayi Noah.Eliza beranggapan bahwa bayi tampan itu sudah tertidur karena lelah menunggunya. Namun ternyata Eliza salah, karena bayi tampan itu sedang bermain dengan tangan dan kakinya sendiri. Sepertinya Noah memandang menunggu Eliza datang."Maaf ya nak, ibu lama." Eliza tersenyum dan mencium pipi bulat bayi Noah. Bayi berwajah tampan itu tertawa lebar memperlihatkan gusinya yang merah. Eliza gemas melihat bayi Noah yang tertawa riang seperti ini. "Ayo kita main ke bawah." Eliza tersenyum sambil mengecup pipi Noah. Mau seperti apapun suasana hatinya, Eliza tidak akan menunjukkannya di depan Noah. Saat bersama Noah, dia akan menjadi ibu yang baik dan cerita.Bayi laki-laki itu tersenyum sambil menggerak-gerakkan tangannya. "Anak ibu sangat pintar." Eliza mengendong bayi Noah dan membawanya ke lantai 1."Eliza ayo sarapan." Mawar langsung memanggil ketika melihat Eliza melintas. "Iy
"Asik sekali ya sepertinya? Sehingga kamu tidak menyadari keberadaan saya di sini. Sejak tadi saya sudah berdiri di sini loh." Pria berwajah manis itu memandang Eliza sambil tersenyum kecil. "Dokter Rizki." Eliza tidak menjawab pertanyaan dokter tersebut dia justru memanggil namanya. "Baguslah Saya kirain kamu sudah lupa dengan nama saya ternyata nggak ya." Dokter Rizki berkata dengan candaan. Eliza tertawa kecil ketika mendengar perkataan dokter berwajah malas itu. "Mana mungkin saya lupa. Dokter salah seorang, orang yang tidak pernah Liza lupakan." Eliza berkata dengan tersenyum inut. Bagi Eliza ucapannya hanyalah sebagai candaan namun berbeda dengan dokter Rizki. Pria itu begitu senang ketika mendengar pengakuan Eliza. Bahkan dokter berwajah manis itu sampai tersipu malu."Janji ya tidak boleh melupakan saya." Jatuh cinta berjuta rasanya seperti itulah yang dirasakannya. Padahal baru saja berpisah dengan Eliza namun dokter itu seakan tidak bisa menahan kerinduannya. Sudah beru
Mawar, Hermawan dan juga Nathan sampai ke acara pernikahan Sandy dan juga Mirna. Kehadiran mereka di sini langsung di sambut Wati dengan hebohnya.Mawar tersenyum sinis ketika melihat wajah teman sosialitanya tersebut. Selama ini Wati selalu bersikap baik dan sok akrab terhadapnya, namun setelah melihat kebusukan hati Wati, sepertinya ia tidak berniat untuk dekat seperti dulu. Karena Mawar benci melihat orang-orang yang munafik.Pesta pernikahan ini memang digelar dengan mewah. Kehadiran keluarga millionaire itu tentunya membuat Wati semakin senang dan juga bangga. Hermawan dan Nathan, merupakan pengusaha terkenal. Begitu juga Mawar, yang merupakan desainer busana ternama. "Jeng Mawar, nggak nyangka datang juga. Padahal aku gak yakin loh kamu mau datang ke pesta kecil-kecilan seperti ini." Wati berkata dengan nada merendah."Siapa yang bilang kalau ini pesta kecil. Menurut saya pesta pernikahan ini sangat mewah sekali." Mawar berkata dengan senyum mengejek."Ya kalau dibandingkan de
Sandy kewalahan ketika mengangkat tubuh besar ibunya. Apakah ini karma dari istri pertama, atau memang hanya musibah. Tiba-tiba saja ia terbayar wajah Eliza.Apakah selama ini ia sudah terlalu kejam terhadap Eliza?Apakah selama ini ia sudah menjadi suami yang zalim. Tiba-tiba saja Sandy mempertanyakan sikapnya terhadap istri pertama. Dulu dengan sangat gigih dan penuh keyakinan ia berjuang mendapatkan Eliza. Meskipun orang tua serta keluarganya menentang, namun Sandy tetap menikahi Eliza. Tapi entah mengapa rasa cintanya mulai goyang sejak kehadiran Mirna.Lagi- lagi Sandy terus saja bertanya didalam hatinya. Namun rasa bersalah itu hilang dalam sekejap ketika mengingat kutukan yang ucapan Eliza untuk calon anaknya."Aduh sakit, sakit sekali." Wati terus saja menangis. Apa lagi ketika menantunya tidak mengangkat kakinya dengan baik."Tahan ma, aku akan langsung panggil dokter," kata Tina."Sakit sekali, mama tidak tahan." Wati terus saja menangis sambil memandang kakinya. Suara tang
"Sayang jangan marah, Eliza tidak tahu kalau kamu tidak membolehkan orang memetik bunga." Hermawan mengusap tangan istrinya "Tante aku akan ganti semua bunga yang dipetik Eliza, Tante jangan marah ya, kasihan dia." Rizky berkata dengan memohon. Volume suaranya juga di buat sekecil mungkin agar Eliza tidak mendengar."Mami, bunga pasti akan tumbuh lagi jadi mami tidak perlu mempermasalahkannya." Nathan ikut serta membela Eliza.Setelah melihat seperti apa suami Eliza beserta keluarganya, Nathan merasa kasihan terhadap Eliza. Walau bagaimanapun dia sangat membenci yang namanya perselingkuhan.Mawar memandang ketiga pria tampan itu secara bergantian. "Sayang, bukannya aku membela Eliza, tapi," ucapan Hermawan terjeda ketika melihat sorot mata istrinya. "Tante kasihan Eliza, jangan dimarahin ya." Eliza berdiri sedikit jauh dari Mawar, hingga ia tidak mendengar apa yang sedang mereka perdebatkan."Ibu, ada apa?" Eliza kembali mendekat dan tersenyum memandang Mawar. Wajahnya terlihat sa
Meskipun sudah diizinkan mengambil mangga, Dirga masih tetap belum bergerak dari duduknya. "Ambil mangganya sekarang, keburu kesorean nanti," kata Mawar mengingatkan.Melihat Dirga masih belum beranjak dari duduknya, tentu saja membuat Mawar gemes. Bagaimana jika Yuna benaran hamil? Kasihan sekali jika keinginannya tidak didapatkan. "Ya Tante tapi _" Dirga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? "Mawar sangat penasaran dengan apa yang menjadi masalah bagi Dirga. "Begini tante." Dirga berkata sambil menggaruk kepalanya namun tatapan matanya mengarah ke Nathan."Ada apa kasih tahu saja," desak Hermawan. "Maaf Bos." Sebelum memulai perkataannya Dirga justru meminta maaf terlebih dahulu."Tidak usah memanggil saya bos, karena saya sekarang bukan lagi bos kamu." Nathan mengingatkan Dirga. Sekarang mereka sudah memiliki status yang sama. Sama-sama seorang Presdir. Tampaknya mertua Dirga sangat percaya kepada nya. Hingga memberikan jabatan presiden direktur kepada menantunya. Sebagai pem
"Tapi sepertinya tidak mungkin." Kata Yuna setelah diam beberapa saat. "Kenapa gak mungkin?" Tanya Kiara.Pertanyaan seperti ini sangat sulit untuk dijawab. Pernikahan resminya baru 20 hari. Namun insiden yang terjadi terhadapnya sudah 35 hari. Yuna baru teringat kalau dia sudah tidak datang bulan sejak kejadian itu. Tapi apa mungkin satu kali berbuat, langsung hamil?"Saran Kia, sebaiknya di cek deh. Atau mau Kia bantu untuk periksa pakai tespek?" "Kalau udah dicek tapi nggak positif gimana?" Yuna tampak ragu menerima tawaran dari Kiara. "Ya nggak apa-apa, tinggal dicoba lagi." Kiara tersenyum lebar. "Kalau gak positif, bang Dirga pasti kecewa banget." Yuna tampak ragu."Cobanya diam-diam aja. Jika garis dua muncul, baru deh kasih tahu ke suami, kakak," usul Eliza. "Benar, mau dicoba nggak, kebetulan ini ada tespek?" kata Kiara dengan semangat. "Emangnya ciri-ciri orang hamil seperti apa?" "Ciri-ciri di awal kehamilan nggak kelihatan, ini disebabkan karena perut yang belum mem
"Hai kak Yuna, kakak apa kabar" Eliza menyapa Yuna dengan tersenyum canggung. Kejadian ketika di perusahaan Nathan masih teringat jelas oleh Eliza. Karena itu dia merasa canggung jika berhadapan dengan Yuna seperti ini."Baik. "Yuna menjawab dengan wajah tersenyum. Eliza dapat melihat senyum tulus di bibir merah Yuna. Dari tatapan matanya tidak terlihat sedikitpun jika Yuna membenci Eliza. "Kak Yuna tambah cantik aja. Gimana bulan madunya kemarin?" Eliza mencoba berbicara dengan gaya ramah dan sok akrab. Alangkah baiknya permasalahan yang dulu tidak diingat lagi. Mereka sudah sama-sama menikah. Alangkah lebih baik jika menjadi teman. "Masak sih, perasaan Kakak tambah hitam deh." Yuna berkata sambil melihatkan tangannya. "Enggak lah kulit Kakak putih banget." Eliza berkata sambil memuji Yuna. "Ini kelihatan item banget. Sewaktu Honeymoon, Kakak sangat suka di pantai. Habis dari sana ya kayak gini jadinya." Yuna mulai curhat tentang apa yang terjadi dengannya.Yuna mulai cemas de
"Tas yang ini cantik sekali, mami suka." Mawar menunjukkan tas wanita berwarna coklat."Iya mi, cantik sekali," jawab Eliza sambil memperhatikan model tas tersebut. Mata Eliza terbelalak melihat harga tas yang ditunjukkan Mawar. Harga tas seharga mobil. Tapi uang mami mertuanya sudah berlebihan- lebih. Jadi tidak apa jika beli tas seharga ratusan juta. Jika masalah selera fashion, Mawar tidak perlu diragukan. Meskipun usianya sudah setengah abad, namun penampilan wanita itu trendy. Apa lagi postur tubuhnya yang langsing dan tinggi, membuat ia tampak lebih muda. Jika jalan ke mall bersama Eliza, orang suka beranggapan bahwa Mawar, kakaknya Eliza. Jadi bisa bayangkan seperti apa awet mudanya. Kalau kategori artis, mawar ini seperti Shopia Lajuba. "Mom." Eliza langsung menoleh ke belakang. Dia melihat Noah yang berlari mengejarnya. "Sayang, mommy." Eliza mengembalikan tangannya dan langsung memeluk tubuh putranya. "Anak ganteng mommy sudah bangun?" Tanya Eliza."Cuda," jawab Noah sa
Mawar sedang sibuk menata tempat tidur untuk Yura. Karena Rizky dan Kiara akan menetap di masion. "Akhirnya anak itu mau juga tinggal disini." Wajah Mawar tampak begitu bahagia ketika membayangkan suasana di masion yang semakin hidup dan juga ramai. "Iya mi, lagian kasihan kak Kiara. Jadwal kerja bang Rizky gak tetap. Kadang pulangnya sudah malam-malam sekali. Mana kak Kiara nggak mau pakai pembantu yang menetap di rumah. Liza aja merasa ngeri, membayangkan kak Kiara tinggal berdua sama Yura di rumah yang sangat besar." Eliza berkata dengan raut wajah serius. Mawar tertawa dan gemas melihat wajah menantunya. Ingin sekali ia mencubit pipi Eliza hingga merah, namun tidak tega. Belum lagi Nathan yang akan marah. "Nanti kalau kalian kasih mami cucu, mami mau yang cewek." Wanita paruh baya itu berkata dengan wajah tersenyum. Melihat wajah cantik Eliza dan ketampanan putranya, ia yakin cucunya pasti sangat cantik.Eliza tersenyum nyengir dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Tapi Liz
Rizky pulang ke rumah dengan tubuh yang terasa amat lelah. Bersyukur besok tidak ada jam praktek dan juga jadwal mengajar. Ia bisa beristirahat di rumah sambil memanjakan sang istri. Sesuai janjinya dengan Kiara, besok mereka sudah pindah ke masion milik Hermawan.Rizky membuka pintu rumahnya. Di jam seperti ini kondisi rumahnya sangat sepi. Yura dan Kiara pasti sudah tertidur. Pria itu terkejut ketika melihat Yura yang sedang sibuk mewarnai lukisan yang dibuatnya sendir."Yura!" Panggil Rizky.Yura menoleh ke belakang dan memandang Rizky dengan tersenyum. "Papi sudah pulang." Gadis kecil itu tertawa girang dan langsung mengejar Rizky yang berdiri sekitar 3 meter darinya."Iya, sudah," jawab Rizky yang langsung menggendong tubuh kecil Yura. "Anak kecil, Kenapa belum tidur?" Pria berwajah manis itu tersenyum sambil mencium pipi bulat Yura."Yura sedang membuat gambar, dan menunggu papi pulang." Yura berkata dengan tersenyum lebar."Besok-besok gak usah tunggu papi. Jam 10 setelah be
"Kenapa sudah dimatikan teleponnya? Padahal aku belum selesai bicara." Sherly kesal ketika panggilan telepon diputus sepihak oleh Nathan. "Aku mau minta foto Shelia, tapi sudah di matikan." Sherly mancak-mencak sendiri karena kesal. Dia kembali mencoba menghubungi nomor handphone Nathan, namun sayang nomor yang digunakannya sudah diblokir. Padahal ini sudah kartu yang ke-10 dibelinya dan semuanya sudah diblokir oleh mantan suaminya itu. "Bagaimana jika nanti Albert ingin melihat foto anakku? Kenapa sih anak itu suka nyusahin. Dasar anak pembawa sial." Sherly berkata dengan wajah kesal dan juga marah."Aku lupa, Anak itu masih sangat bermanfaat. Dia yang akan membuat aku kembali dengan Nathan. Jadi aku tidak boleh marah seperti ini." Mimik wajah Sherly yang tampak begitu sangat marah, langsung berubah dengan wajah ramah dan juga senyum merekah. "Kenapa aku bodoh sekali, aku bisa mencari foto anak-anak perempuan di internet. Aku tinggal katakan kalau itu adalah Shelia." Sherly tert
"Baik," jawab Nathan."Bagaimana dengan kabar istrimu? "Sherly berbasa-basi terlebih dahulu. "Sangat baik." Nathan berkata dengan raut wajah datar."Apa kamu tahu bahwa aku sangat merindukanmu." Sherly tahu bahwa Nathan masih sangat mencintainya. Karena itu ia mencoba untuk merayu mantan suaminya. "Jika tidak ada yang ingin kamu katakan aku akan menutup panggilan telepon.""Jangan honey, kamu jangan terlalu kejam kepadaku. Bagaimana kabar anak kita?"Kening Nathan berkerut mendengar pertanyaan dari mantan istrinya. Apa yang terjadi hingga Sherly menanyakan tentang anak mereka?"Honey, apa kamu tidak ingin memberi tahu aku tentang anak kita?" Sherly berkata dengan sangat lembut. Bahkan ia kembali memanggil Nathan honey, seperti dulu awal-awal mereka berpacaran.Nathan diam dan memandang layar handphonenya. "Honey, mengapa kamu diam saja?" "Kondisi anakku baik."Sherly diam sesaat ketika mendengar Nathan mengatakan anakku. Itu artinya pria itu sudah memutuskan hubungan antara diriny
Dirga menatap wajah istrinya dengan tersenyum. Rasa bahagia seakan tidak bisa terucap dengan kata. Namun satu hal yang tidak bisa ia pungkiri bahwa rasa cintanya sudah full untuk sang istri. "Sayang, I love you," kata Dirga kemudian. "I love you too," jawab Yuna yang tersenyum bahagia. Bisa menjadi istri Dirga, suatu kebahagiaan terbesar untuknya. Entah mengapa pria itu bisa mengendalikan emosinya yang tidak stabil. "Abang, ayo kita cetak anak." Tanpa malu Yuna langsung ke inti permasalahan. Wanita itu menarik tekuk leher suaminya dan kemudian mencium bibir Dirga. Cukup lama mereka saling berbagi air liur dan kemudian barulah berakhir setelah kedua-duanya kehabisan oksigen. Dirga menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. Begitu juga dengan Yuna. Hanya beberapa detik menghirup udara segar, Yuna kembali ingin menyerang suaminya. "Buka dulu riasan rambutnya." Dirga berkata ketika istrinya kembali ingin mengecup bibirnya. Di acara resepsi pern