Kiara sudah sangat cantik, dengan gaun berwarna putih, hijab dan juga makeup yang sempurna.Dilihatnya Mawar dan Eliza masuk ke dalam kamarnya. Kedua wanita itu tampak begitu sangat cantik, dan anggun."Kak ipar cantik sekali." Eliza tersenyum dan memuji kecantikan calon istri Rizky tersebut.Kiara tersenyum dan merasa jantungnya yang berdebar dengan cepat. Pernikahan ini seperti mimpi untuknya. Ia tidak pernah bermimpi menikah dengan Rizky, dokter yang menjadi idola di rumah sakit tempat kerjanya. Namun nyatanya pria itu akan mengucapkan ijab kabul untuknya. "Pak penghulu sudah datang, ayo kita keluar." Mawar berkata sambil mengusap tangan Kiara."Baik tante," jawab Kiara yang sudah beranjak dari duduknya. Di acara ijab kabul ini, Rizky memintanya untuk memakai hijab, karena ini merupakan acara sakral untuk mereka. "Kiara, Rizky itu memang suka cuek, tapi dia itu orangnya sangat baik sekali, pengertian juga. Tante yakin kamu sangat beruntung bisa menikah dengan Rizky." Mawar mencob
Tatapan mata Aliya terus saja menuju ke arah Nathan. Dia begitu sangat kagum melihat duda satu anak tersebut. Nathan duduk sebagai saksi sambil memangku anaknya. Sedangkan Hermawan duduk memangku Yura. Gadis kecil yang bernasib malang. Eliza mengikuti arah pandangan Aliyah. Melihat tatapan Aliya yang tertuju ke arah Nathan membuat dia kesal. "Adik, Mas Nathan apa sudah punya calon istri?" Tanya Aliya dengan menunjukkan mimik wajah sebaik mungkin. Tips untuk mendapatkan pria yang diinginkan maka harus dekati adiknya. Aliya pun akan menerapkan hal tersebut. Selama ini ia beranggapan bahwa Nathan hanya menganggap Eliza sebatas adik saja, tanpa perasaan sama sekali.Belum sempat Eliza menjawab Aliya sudah menjawab sendiri pertanyaannya. "Sudah pasti belum dong ya, mana mungkin baru aja ditinggal istri sudah punya calon istri lagi." Aliya tertawa kecil sambil memandang ke arah Nathan. Mendengar jawaban dari Aliya membuat Eliza semakin kesal. Dadanya terasa panas ketika mengetahui Aliy
Kiara duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menjuntai ke lantai. Jujur saja ia masih sangat malu ketika hendak memandang wajah tampan suaminya. Pada akhirnya wanita yang sudah berganti status itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya."Apa ada yang hilang?" Rizky berkata sambil memandang istrinya. Kiara menggelengkan kepala dengan tersenyum malu-malu. "Jika tidak ada kenapa lihatnya ke bawah terus?" Rizky tersenyum kecil sambil menggoda istrinya. Kiara bingung harus menjawab apa. Ingin sekali mengatakan bahwa ia sedang malu dan juga gugup. Masak sih hal seperti ini Rizky tidak paham.Ya ampun kok kaku banget sih, bahkan candaannya pun garing. Rizki seakan mengutuk kebodohannya sendiri. Untuk mencari topik obrolan dengan istrinya saja dia sudah kebingungan. "Riasan make up, kamu apa nggak mau dihapus?" Rizky kembali bersuara karena istrinya itu hanya diam saja.Kiara memang sangat cantik dirias Mua terkenal. Namun tetap saja Rizki sangat suka fashion wajah natural Kiara. Yang
Malam semakin larut, hujan turun dengan derasnya.Kilat masuk melalui celah jendela seakan siap menyambar. Di dalam kegelapan, seorang wanita muda sedang menangis sambil memeluk tubuh kecil bayinya.Meskipun suara petir menggelegar dan memekakkan genderang telinga, Eliza Afrina tidak takut. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah anaknya yang sedang panas tinggi. Obat penurun panas yang diberikan bidan, sudah dia berikan. Tapi, tak kunjung meredakan panas sang putra."Nak?"Eliza menahan tangis sembari memeluk bayinya yang sudah pucat itu. Bahkan tiap beberapa menit sekali, wanita itu meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung bayi laki-laki itu untuk memastikan sang putra masih bernapas.Berkali-kali ditelponnya sang suami, tetapi tak diangkat.Tetangganya juga banyak yang sedang pergi ke luar untuk menghabiskan weekend bersama keluarga.Kebetulan, kawasan perumahan yang di tempatnya, jauh masuk ke dalam dan masih sangat sepi. Jalan kiri dan kanannya bahkan masih hutan lebat
Perawat yang berada di dalam ruang NICU keluar memanggil dokter Rizki. "Dokter kondisi pasien semakin kritis." Dokter itu beranjak dari duduknya dan berlari masuk ke ruang ICU. Eliza sudah tidak berkata apa-apa lagi.Wanita itu hanya terus berdoa agar sang putra bisa selamat. Dia tidak sanggup dan belum mampu untuk ditingkatkan putranya. Bahkan, saat hari sudah berganti, wanita itu tetap duduk di depan ruangan.Tulangnya sudah terasa lemas dan tidak sanggup untuk berdiri. Barulah ia merasakan denyutan nyeri di telapak kakinya saat efek bius menghilang. Ceklek!Seorang perawat tampak membuka ruangan NICU.Hal ini membuat Eliza seketika berdiri. "Sus, apa saya boleh masuk ke dalam?" tanyanya."Maaf Bu, kita harus menunggu dokter dulu. Ibu juga di minta ke kasir, untuk menyelesaikan administrasi." "Baik, Mbak."Eliza menuruti perintah perawat untuk kasir. Reaksi obat bius yang sudah mulai hilang membuat dia kembali merasakan sakit dan nyeri di telapak kakinya.Wanita it
Apa yang dilakukan oleh wanita itu membuat orang-orang di sana terkejut! Sandy sendiri langsung mencegah sang ibu. "Mama jangan seperti ini, kasihan Eliza!" ucapnya. "Kasihan kamu bilang? Wanita ini tidak becus. Dia benar-benar wanita kampung yang tidak berpendidikan. Sudah mama bilang sama kamu jangan menikahinya, kamu tetap saja menikahinya. Lihatlah mengurus satu anak pun dia tidak bisa. Lihat cucuku mati karena wanita ini. " Wati menangis dan semakin menarik kuat rambut Eliza. Namun, Eliza seperti sebongkah batu yang tidak merespon apapun. Matanya terus saja menatap tubuh mungil anaknya. "Seharusnya aku hanya memiliki menantu Mirna saja. Mirna wanita hebat, pintar, cerdas, berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang baik tidak seperti kau benalu. Bahkan mengurus anak pun tidak bisa." Wati terus saja mengamuk dan menarik rambut Eliza sekuat tenaganya. Lagi-lagi, Eliza tetap tidak merespon perkataan Wati. Bahkan jika wanita itu ingin membunuhnya saat ini juga, dia akan mati
Nathan kini duduk di meja kerjanya.Matanya tertuju ke layar komputer namun pikirannya hanya terfokus dengan bayinya. Dia sudah mengatakan masalah ibu asi kepada maminya dan berharap sang mami bisa dengan cepat mendapatkan pendonor ASI untuk anaknya. Namun ternyata mencari pendonor ASI bukanlah hal yang mudah!Padahal, Maminya sudah mencari lewat perantara asisten rumah tangga, tetangga dekat rumah, dan teman-teman sesama sosialitanya. Namun tidak menemukan wanita yang bisa menjadi donor ASI. Karena untuk menjadi pendonor ASI ,wanita itu memang memiliki ASI yang banyak. Dan biasanya jika anak sudah berusia 1 tahun ke atas, produksi ASI pun berkurang. Kepala Nathan serasa ingin meledak ketika memikirkan ini semua.Jika tidak segera mendapatkan ibu susu untuk bayinya, dia mencemaskan tumbuh kembang anak malang tersebut. Pria itu menjangkau ponsel yang diletakkannya di atas meja dan menghubungi asisten pribadinya. Setelah berbicara dengan orang kepercayaannya itu, Nathan menutup
"Tentu saja rumah sakit ini sangat menerima donor ASI, kalau mbak ingin donor ASI langsung ke ruang perawatan bayi saja di lantai 4." Eliza tersenyum. "Baik mbak, terima kasih." Setelah administrasi selesai, ia pun pergi ke lantai 4 sesuai arahan dari wanita yang duduk di kasir tersebut. Eliza tahu di mana ruang perawatan bayi karena memang Ibnu lahir di sini. Setelah lahir, Ibnu sempat dimasukkan ke box inkubator karena sudah terlalu banyak minum air ketuban. Bahkan bayi Ibnu lahir dengan kondisi bibir biru dan tidak menangis.Jadi, Eliza selalu berkunjung ke ruang bayi sambil mengantarkan ASI untuk anaknya. Rumah sakit ini sungguh bersejarah.Tempat anaknya dilahirkan dan menghembuskan nafas terakhirnya.Dada Eliza seketika merasa sesak kala mengingat itu.Untungnya, dia sudah tiba di ruangan yang dimaksud.Jadi, Eliza berusaha tegar--membuka pintu dan melihat tiga perawat di ruang bayi. "Permisi sus." "Ya dek, ada apa?" tanya perawat yang sedang berjaga di ruang bayi.Mem
Kiara duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menjuntai ke lantai. Jujur saja ia masih sangat malu ketika hendak memandang wajah tampan suaminya. Pada akhirnya wanita yang sudah berganti status itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya."Apa ada yang hilang?" Rizky berkata sambil memandang istrinya. Kiara menggelengkan kepala dengan tersenyum malu-malu. "Jika tidak ada kenapa lihatnya ke bawah terus?" Rizky tersenyum kecil sambil menggoda istrinya. Kiara bingung harus menjawab apa. Ingin sekali mengatakan bahwa ia sedang malu dan juga gugup. Masak sih hal seperti ini Rizky tidak paham.Ya ampun kok kaku banget sih, bahkan candaannya pun garing. Rizki seakan mengutuk kebodohannya sendiri. Untuk mencari topik obrolan dengan istrinya saja dia sudah kebingungan. "Riasan make up, kamu apa nggak mau dihapus?" Rizky kembali bersuara karena istrinya itu hanya diam saja.Kiara memang sangat cantik dirias Mua terkenal. Namun tetap saja Rizki sangat suka fashion wajah natural Kiara. Yang
Tatapan mata Aliya terus saja menuju ke arah Nathan. Dia begitu sangat kagum melihat duda satu anak tersebut. Nathan duduk sebagai saksi sambil memangku anaknya. Sedangkan Hermawan duduk memangku Yura. Gadis kecil yang bernasib malang. Eliza mengikuti arah pandangan Aliyah. Melihat tatapan Aliya yang tertuju ke arah Nathan membuat dia kesal. "Adik, Mas Nathan apa sudah punya calon istri?" Tanya Aliya dengan menunjukkan mimik wajah sebaik mungkin. Tips untuk mendapatkan pria yang diinginkan maka harus dekati adiknya. Aliya pun akan menerapkan hal tersebut. Selama ini ia beranggapan bahwa Nathan hanya menganggap Eliza sebatas adik saja, tanpa perasaan sama sekali.Belum sempat Eliza menjawab Aliya sudah menjawab sendiri pertanyaannya. "Sudah pasti belum dong ya, mana mungkin baru aja ditinggal istri sudah punya calon istri lagi." Aliya tertawa kecil sambil memandang ke arah Nathan. Mendengar jawaban dari Aliya membuat Eliza semakin kesal. Dadanya terasa panas ketika mengetahui Aliy
Kiara sudah sangat cantik, dengan gaun berwarna putih, hijab dan juga makeup yang sempurna.Dilihatnya Mawar dan Eliza masuk ke dalam kamarnya. Kedua wanita itu tampak begitu sangat cantik, dan anggun."Kak ipar cantik sekali." Eliza tersenyum dan memuji kecantikan calon istri Rizky tersebut.Kiara tersenyum dan merasa jantungnya yang berdebar dengan cepat. Pernikahan ini seperti mimpi untuknya. Ia tidak pernah bermimpi menikah dengan Rizky, dokter yang menjadi idola di rumah sakit tempat kerjanya. Namun nyatanya pria itu akan mengucapkan ijab kabul untuknya. "Pak penghulu sudah datang, ayo kita keluar." Mawar berkata sambil mengusap tangan Kiara."Baik tante," jawab Kiara yang sudah beranjak dari duduknya. Di acara ijab kabul ini, Rizky memintanya untuk memakai hijab, karena ini merupakan acara sakral untuk mereka. "Kiara, Rizky itu memang suka cuek, tapi dia itu orangnya sangat baik sekali, pengertian juga. Tante yakin kamu sangat beruntung bisa menikah dengan Rizky." Mawar mencob
Seorang pria berdiri di depan cermin berukuran besar dan memandang pantulan dirinya. Penampilan pria itu sudah sangat rapi dengan memakai jas putih serta peci putih. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam saku celananya, Iya kembaliUntuk pertama kalinya pria itu merasa gugup yang luar biasa. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam suka celana dan kemudian membacanya. Rizky mengulang kalimat yang sama berulang-ulang kali. Sampai dia yakin bahwa tidak ada yang salah. Dengan cepat pria itu menyimpan kertas kecil itu ke dalam saku celananya ketika melihat kepala Nathan nongol dari balik pintu. "Wow pengantin dadakan sangat keren sekali." Nanhan merupakan orang pertama yang memberikan pujian Untuk sahabatnya. Rizky tersenyum dan kembali memandang wajahnya dari pantulan cermin. "Menurutmu apa ada yang kurang?" Meskipun yakin bahwa tampilannya sudah sangat sempurna namun tetap saja dokter berwajah manis itu tidak percaya diri."Tidak ada yang kurang, sempurna," jawab Nathan sambil mengang
"Dia kasih apa?" Rizky bertanya sambil melirik ke arah Nathan. Entah mengapa ia memiliki firasat yang tidak enak setelah mengetahui Nathan sudah menyiapkan kado untuknya. "Rahasia yang pasti katanya mas Nathan, kadonya bakal buat Liza cepat dapat keponakan." Eliza tersenyum nyengir. Eliza tidak bisa membayangkan seperti apa terkejutnya Rizky dan Kiara ketika membuka kado dari Nathan. Rizky mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban dari Eliza. "Dapat keponakan?"Dengan cepat Eliza menganggukkan kepalanya. "Apa yang dikasih?" tanya Rizky yang tampak begitu sangat penasaran."Rahasia," jawab Eliza yang tetap mempertahankan kepercayaan. Dia sudah berjanji dengan untuk tidak membocorkan isi kadonya. Karena itu Eliza berusaha untuk tidak mau memberitahukan isinya kepada Rizky."Nggak mungkin vitamin, Abang dokter Abang bisa kasih vitamin yang bagus untuk istri Abang." Rizky menebak-nebak kado apa yang sudah disiapkan oleh saudara angkatnya tersebut."Ya nggak mungkin vitamin," ja
"Ya sudah pasti Nona, apalagi Nona adalah calon istri dari Dokter Rizki. Dokter Rizki itu sudah seperti anak kandung oleh Tuan Hermawan dan juga nyonya mawar. Karena itu mereka ingin acara ijab kabul ini tetap diselenggarakan dengan sangat baik. Walaupun waktunya mendadak," jelas bibi Eli.Kiara tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa bersalah di hatinya karena memaksa dokter itu untuk menikahinya saat ini juga. Tanpa membiarkan waktu untuk mempersiapkan pernikahan terlebih dahulu. Tapi jujur saja Kiara benar-benar takut, bagaimana jika acara belum terlaksana dan dia sudah ditemukan oleh ibu kandungnya sendiri. "Permisi," sapa seorang wanita berusia sekitar 40 tahun. Wanita itu datang dengan membawa tas makeup berukuran besar."Silakan masuk mbak." Si Bibi langsung mempersilakan wanita bertubuh gemuk tersebut. "Apa ini calon pengantinnya?" Wanita perias make up itu bertanya sambil memandang Kiara."Iya," jawab si Bibi sambil menganggukkan kepalanya."Apa sudah mandi?" Wani
Yura harus dewasa meskipun usianya masih 4 tahun. Diusianya yang masih sangat kecil, Yura sudah merasakan kekejaman serta penganiayaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri. Gadis kecil itu sudah disuruh mencuci pakaian dengan tangan. Jika tidak bersih, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang oleh Nita ataupun Indra. Yura di suruh memasak, jika gosong, tidak terasa garam, atau asin, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang. Karena itu Yura selalu melakukan semuanya dengan sangat hati-hati. Bahkan adis kecil itu nyaris kehilangan nyawanya. Bersyukur ia bertemu dengan orang baik seperti Rizky. Karena itu Yura akan menjadi anak yang baik, tidak cengeng dan rajin. Yang penting Rizky tidak membuangnya."Cucu Oma pintar sekali. Bajunya bagus banget." Mawar tersenyum sambil mengusap air mata Yura. Melihat Mawar memperlakukannya dengan sangat baik membuat Yura senang. Ternyata wanita paruh baya itu tidak jahat dan juga kejam. "Iya Oma, ini Om dokter yang belikan," kata Yura denga
"Aduhhh tante sakit, telinga aku," keluh Rizky. Didepan Mawar dokter yang penuh kharisma itu tampak seperti seekor kucing yang sangat patuh."Tahu sakit masih suka suka bikin ulah," omel Mawar. Wanita cantik itu berkata dengan marah. Namun yakinlah ini tidak marah sungguhan. Ini luapan kecemasan yang berlebihan. "Aku nggak bikin ula tante," jawab Rizky sambil memegang tangan Mawar agar tidak menambah kapasitas tenaganya."Terus ini apa namanya? Kamu itu sudah mau nikah tapi masih juga bikin orang cemas. Mana nikah main dadakan lagi?" Bibir tipis wanita paruh baya itu terus saja mengomel. Mungkin karena rasa bahagia dan juga cemas berkumpul menjadi satu."Iya, iya maaf." Rizky bernafas lega setelah Mawar melepaskan tangannya dari telinganya. Dokter berwajah manis itu mengusap telinganya yang terasa begitu sangat perih karena Mawar menarik telinganya dengan keras. Yura yang digendong Rizky tampak begitu marah memandang Mawar. Gadis kecil itu tidak suka ketika Mawar menyakiti Om dokte
Kiara duduk dengan gelisah. Ia keluar jendela berharap Rizki segera datang. Namun sudah cukup lama menunggu dokter itu tidak kunjung datang dan hal ini yang membuat Kiara sangat cemas. Ingin sekali ia turun dari dalam mobil dan mencari dokter tersebut. Namun Kiara takut bertemu dengan Rini ataupun Lina dan juga Rudi. Pada akhirnya ia memilih untuk diam dan menunggu di dalam mobil. Kiara meremas-remas jari tanganya sendiri dan berharap rasa cemas ini segera hilang. Ia menunggu dengan jantung yang berdebar dengan cepat. Namun rasa cemasnya hilang seketika ketika melihat Rizky yang berjalan menuju ke parkiran bersama dengan Aliya dan juga Yura. Dengan cepat Kiara membukakan pintu dari dalam. Melihat pintu mobil yang sudah terbuka Rizky langsung memasukkan Yura di kursi penumpang dan disusul oleh Aliya. Aliya belum menyadari bahwa yang duduk di depan adalah sahabatnya sendiri. "Aliya, Yura." Kiara langsung menyapa Yura dan juga Aliya dengan wajah ceria. "Kiara! "Aliya tampak ti