Melihat sang istri sepertinya salah paham dengan maksud ucapannya, Andreas buru-buru meralat, "Aku memang tidak suka berjanji, Sayang, tapi aku akan buktikan bahwa aku tidak akan pernah ninggalin kamu apa pun yang akan terjadi. Kamu adalah hidupku, Sayang." Andreas menangkup kedua sisi pipi sang istri.
"Kalian berdua adalah masa depanku." Pria yang merupakan guru di sekolah Joana itu lalu mencium lembut perut rata istrinya.
Kini, Joana tersenyum lebar. Dia usap kepala sang suami yang masih menenggelamkan diri di perutnya. "Jo cinta sama Abang. Jo sayang banget sama Abang. Jo takut jika Abang ...."
Belum sempat Joana menyelesaikan ucapannya, Andreas segera membungkam bibir sang istri dengan bibirnya. Dia lumat dengan lembut bibir yang telah menjadi candu baginya itu. Setelah cukup lama bermain-main dengan lidah sang istri, Andreas menjauhkan sedikit wajahnya.
"Aku tidak suka kamu mengatakan itu, Yang.
Joana pasrah. Dia biarkan sang suami mencumbui dirinya. Tiada guna menahan dan melarang jika sang suami sedang dalam mode menginginkannya.Baru saja Andreas menyatukan diri dari belakang, pintu ruangannya diketuk dari luar."Shit! Siapa, sih, lagi tanggung juga!" Andreas nampak sangat kesal.Buru-buru Andreas melepaskan miliknya lalu membenahi rok sang istri yang tersingkap ke atas. Dia pun membetulkan celananya yang telah melorot sampai sebatas lutut. Pria tampan itu terus mengumpat karena merasa kesenangannya terganggu.Andreas dengan malas membuka pintu ruangannya. Seorang wanita berseragam guru tersenyum manis pada Andreas. Namun, senyum itu seketika sirna kala netranya menangkap keberadaan Joana di samping Andreas. Berganti dengan kerutan dalam di dahi guru cantik tersebut."Maaf. Apa aku mengganggumu, Mas Andre? Aku tadinya mau mengajak Mas untuk ngopi di kantin. Tapi kelia
Andreas terus berusaha membujuk sang istri dan menceritakan yang sebenarnya tentang guru wanita, yang tadi dilihat Joana."Dia bukan siapa-siapa, Yang. Meta hanya adik tingkatku. Percayalah padaku, Sayang." Andreas yang kini duduk di tepi ranjang, masih mencoba meyakinkan istrinya yang sedang dilanda rasa cemburu tersebut."Dulu, dia memang pernah menyatakan cinta padaku. Tapi kamu sudah pernah dengar sendiri 'kan, cerita dari ibu. Aku tidak pernah memikirkan apa pun selain kuliahku, Yang. Aku hanya pengin cepet lulus lalu mencari kerja agar bisa meringankan beban ibu." Andreas mengusap lembut punggung sang istri."Aku bukan dari golongan keluarga yang mampu, yang bisa kuliah sambil bersenang-senang. Aku harus mati-matian belajar dan bersaing dengan yang lain agar bisa mendapatkan beasiswa. Karena itulah, aku tidak pernah dekat dengan wanita mana pun." Andreas menghela napas panjang kemudian. Pria berka
Jordy dapat bernapas dengan lega ketika sang kepala sekolah memanggil hingga membuat dia terlepas dari cecaran pertanyaan Meta, guru baru yang di mata Jordy tidak lebih baik dari Jannet. Guru olahraga itu kini berpikir untuk lebih berhati-hati terhadap Meta. Jangan sampai kejadian yang dulu menimpa Andreas, terjadi juga pada dirinya.Beruntung, saat itu Andreas masih dapat berpikir waras. Rekan seprofesinya itu masih sempat menelepon Joana, siswi yang diam-diam telah dinikahi sehingga guru matematika itu dapat terbebas dari jebakan Jannet.Lalu, bagaimana jika itu terjadi pada Jordy yang masih jomlo? Siapa yang akan dia hubungi untuk menyelamatkan dirinya dari jebakan seperti itu? Jordy geleng-geleng kepala sendiri karena sampai saat ini, dia belum menemukan sosok wanita yang pas untuk dijadikan istri."Pak Jordy, silakan masuk." Suara Pak Bernardus mengurai lamunan Jordy. Guru yang memiliki bentuk tubuh atletis itu lalu
Gosip yang diembuskan oleh Meta, seperti virus yang dalam sekejap mata, menyebar dengan sangat cepat. Para siswi, terutama yang iri dengan kecantikan serta kecerdasan Joana, begitu mudah termakan gosip murahan yang mereka dengar. Bahkan, mereka langsung menyebarkan tanpa menyelidiki akan kebenarannya.Mereka sama sekali tidak memikirkan imbas dari berita yang tidak jelas kebenarannya itu, bagi si korban. Yang mereka pikirkan hanyalah kepuasan pribadi semata karena bisa menjatuhkan lawan, tanpa bersusah payah. Hanya dengan satu kalimat yang tidak membutuhkan tenaga berlebih dan keringat untuk mengatakannya, telah mampu membuat lawan terjatuh tidak berdaya.Begitulah kejamnya sebuah fitnah. Itu mengapa, fitnah dikatakan sebagai perbuatan yang lebih kejam daripada membunuh. Sebab, fitnah dapat membuat si korban mati secara perlahan dengan merasakan kesakitan terlebih dahulu.Itulah yang terjadi sekarang pada Joana. Persis s
Andreas tidak menanggapi pertanyaan, atau lebih tepatnya tuduhan Meta. Dia segera membawa Joana keluar dari ruangan untuk segera pulang. Bukan tanpa alasan Andreas mengabaikan Meta karena sebenarnya dia sudah mengetahui bahwa Meta, lah, biang keladi dari semua gosip yang beredar di sekolah.Andreas mengetahui hal itu dari Jordy tadi pagi, begitu guru matematika itu baru tiba di sekolah. Jordy memang tidak mengetahui secara pasti, tapi rekan seprofesi Andreas tersebut sangat yakin bahwa guru baru itulah pelakunya. Sebab, Meta sempat mendesak Jordy untuk mengatakan tentang hubungan Andreas dan Joana. Meta bahkan menawarkan sesuatu yang sama sekali tidak patut untuk dicontoh, pada Jordy.Guru yang banyak diidolakan oleh siswinya di sekolah itu memang tidak begitu terganggu dengan gosip yang beredar, juga dengan pertanyaan Meta barusan. Namun, tidak dengan sang istri yang tengah hamil muda. Joana nampak sangat tertekan dan merasa tidak nyaman dengan adanya gosip yang beredar tentang hubun
Andreas tertawa sumbang, mendengar apa yang dikatakan oleh Meta barusan. Undangan makan malam dari papanya? Apa dia tidak salah dengar?Guru berkacamata itu berkali-kali mengorek telinga dengan jari kelingkingnya. Hendak memastikan bahwa tidak ada yang menyumpal telinga dan mengganggu pendengarannya. Sebab, aneh saja menurut Andreas kabar yang barusan dia dengar dari Meta, adik tingkat sekaligus putri dari sahabat almarhum ayahnya.Bukan-bukan! Bukan sahabat, tapi mantan sahabat. Sebab, papanya Meta sendiri yang telah memutuskan persahabatan, sejak Pak Gunawan berhasil menduduki jabatan sebagai wakil rakyat yang berkantor di Senayan. Papa dari Meta itu menganggap jika orang tua Andreas tidak lagi selevel dengannya."Maaf, Bu Meta. Anda pasti salah orang. Tidak mungkin yang terhormat Bapak Gunawan, mengundang kami yang hanya rakyat biasa untuk makan malam bersama beliau," kata Andreas, penuh sindiran.
Andreas nampak bingung untuk mengungkapkan semua kebenarannya karena dia sudah merancang akan mengumumkan hubungan mereka berdua saat perpisahan Joana nanti. Namun, tanpa dia duga sang istri malah membuka suara."Saya istrinya Bang Andre, Om."Meta membulatkan mata, tidak percaya. Sementara Pak Gunawan nampak mengerutkan dahi."Apa benar, apa yang dia katakan, Nak Andre?""Seperti yang Om dengar barusan," jawab Andreas santai."Tidak mungkin!" Meta menyahut. "Kamu pasti mengada-ada, kan?" Kini netranya yang membulat sempurna, menatap Joana yang masih bermanja-manja pada sang suami.Joana tersenyum lebar. Wanita belia itu terlihat puas melihat wajah murka wanita yang hendak mencuri suaminya. Ya, Joana menganggap Meta sebagai pencuri karena guru baru itu menggunakan berbagai cara unntuk bisa mendapatkan Andreas.Joana bahkan sangat kesal ke
Meskipun Meta berusaha keras untuk membuat Joana tidak diluluskan, rupanya usaha guru baru itu sia-sia belaka. Pihak Dinas tidak mau ambil pusing dan menyerahkan hal tersebut ke pihak sekolah karena saat Meta melapor, siswi yang bersangkutan sudah menyelesaikan semua jenjang pendidikannya, termasuk ujian akhir. Berbeda, jika laporan tersebut diterima ketika siswi itu masih mengikuti proses belajar mengajar, maka pihak dinas akan menyarankan untuk melanjutkan pembelajaran ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM setempat. Sebab, memang begitulah aturannya bahwa siswa-siswi yang masih berstatus sebagai pelajar, dilarang untuk menikah. Meta pun kecewa karena apa yang diinginkan, tidak kesampaian. Kekecewaan Meta semakin menjadi ketika protesnya kepada pihak sekolah untuk mendisiplinkan Andreas dengan memecat guru tersebut, tidak digubris. Guru muda itu meradang dan berjanji akan mengunggah kasus pernikahan Andreas dan Joana, ke media
Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m
Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba
Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit
Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m
Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh
Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan
Joana benar-benar merasa kesepian kini karena sang sahabat sudah memiliki kehidupan baru sekarang. Melanie juga mulai disibukkan dengan mengikuti kursus parenting, di sela-sela dia bekerja, dan rencananya Melanie juga akan mengikuti kelas senam untuk ibu hamil karena kehamilannya sudah mulai membesar. Praktis, Melanie tak lagi memiliki waktu untuk Joana.Hanya Bu Rifah yang masih setia berkunjung, meski Joana tak lagi memperbantukan istri Om Jun itu di unitnya. Joana memberhentikan Bu Rifah sebagai asisten rumah tangga, sejak mengetahui kehamilan ibunya Dino dan Dini. Joana tak ingin sesuatu terjadi pada kandungan istrinya Om Jun, seperti yang terjadi pada Joana kala itu."Kapan, ya, Bu, Jo bisa hamil lagi?"Wajah Joana terlihat murung, padahal di depannya ada Dina, yang biasanya membuat Joana antusias untuk menggoda gadis kecil yang montok itu. Dina sekarang sudah pandai berjalan dan tingkahnya sungguh menggemaska
Joana dan Andreas tak percaya ketika melihat Ryan menggandeng mesra tangan Dini, menghampiri mereka. Begitu pula dengan Ricky yang sedang menanti sang istri, yang tengah dirias oleh MUA. Mereka semua sampai melongo, menatap ke arah Ryan yang tersenyum lebar, sementara Dini tersipu malu."Bang, Kakak Ipar. Ini kekasihku, calon istriku. Ryan akan menikahinya, begitu dia lulus nanti," kata Ryan, sambil menggenggam erat tangan kekasih belianya. Ryan dapat merasakan tangan Dini yang gemetaran, juga berkeringat."Santai aja, Dek. Mereka pasti setuju, kok. Percayalah pada Abang," bisik Ryan, meyakinkan dan Dini mengangguk.Sebenarnya, Dini tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Dia tahu betul, seperti apa Joana, juga Andreas. Mereka tidak akan mempermasalahkan status sosial seseorang yang dekat dengan salah satu anggota keluarganya. Terbukti, Joana sendiri menikah dengan Andreas. Hari ini, Ricky juga menikahi Melanie y
Ricky dan Melanie memberanikan diri untuk berterus terang kepada orang tua mereka berdua. Tentu saja para orang tua itu murka, meski mereka juga sudah mengetahui sejauh apa hubungan anak-anaknya itu. Pihak orang tua pun akhirnya menyetujui pernikahan Ricky dan Melanie dan mereka juga mempersiapkannya dengan sangat cepat karena tak ingin orang-orang di luar sana tahu kecelakaan yang telah terjadi.Semua orang dibuat sibuk, termasuk Joana, dan Andreas. Joana sempat terkejut mendengar kabar kehamilan sang sahabat. Dia menjadi sedih karena justru Melanie yang notabene belum menginginkan hadirnya anak, justru diberikan amanah untuk mengandung benih Ricky. Sementara dirinya yang sudah sangat siap dan menginginkan agar bisa segera hamil, malah tak kunjung diberikan kepercayaan pasca keguguran tiga tahun silam.Joana pun membantu persiapan pernikahan sang sepupu dan sahabatnya itu dengan raut wajah yang dipenuhi mendung kelabu. Dia terus