Muna terisak di dada bidang suaminya. Seketika dia merasa bersalah mengusulkan sesuatu yang tidak disukai suaminya.
Percakapan keduanya memancing keingintahuan Hira saat melintasi pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Mas David, Mbak Muna...."
"Hira...."
Ketiganya merasa berada dalam kecanggungan.
"Hira. Apa benar kamu mau pindah?" David mencoba memecah keheningan.
"Maaf Mas David, aku mau belajar hidup mandiri. Izinkan aku tinggal di kontrakan ya!"
Sebenarnya David berat membiarkan Hira seorang diri tinggal di kontrakan mengingat pengalaman pahit lalu yang membahayakan keselamatannya. Namun kali ini David dan Muna sepakat memberikan kesempatan Hira mengambil keputusannya sendiri. Lagi pula Hira akan menyewa kontrakan di dekat kantornya hanya berapa ratus meter sehingga dia tinggal berjalan kaki berangkat dan pulang kerja.
"Alhamdulillah Mas David dan Mbak Muna mengizinkanku. Aku akan sering-sering mengunjungi rumah ini kok."
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun Allah berkehendak lain. Tolong keluarga dari pasien dikabari untuk mengurus jenazahnya!" ucap duka salah satu dokter yang menangani.Mahira mengangguk lemah, tak pernah dibayangkan sahabat yang ada di saat suka dan duka kini berakhir meregang nyawa oleh sebuah kecelakaan tragis.Suami dari sahabatnya, Ilyas Arkana Wijaya sedang bertarung dengan alat-alat di ruang ICU. Sementara itu, dua anak kembarnya yang cantik dan mungil hanya pingsan dan luka ringan.Dipeluknya erat dua malaikat kecil yang selalu memberikan wajah gemasnya saat Hira pertama bersua Harumi ibunya."Mas David, tolong ke RS sekarang! Hira butuh bantuan," ucapnya disela isakan yang belum reda melalui benda pipih hitam di tangannya.David segera memacu mobil bersama Muna istri yang dinikahinya setahun yang lalu.Laki-laki yang berprofesi sebagai dosen di sebuah universitas ibukota menjadi satu-satunya orang yang menyayangi Hi
"Kamu harus bertanggung jawab atas meninggalnya Rumi, Hira! Satu hal yang harus kamu ingat, aku tidak akan pernah memperlakukanmu selayaknya Rumi. Camkan itu!"Hira bersusah payah menelan salivanya. Dia harus menelan pil pahit perlakuan laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.Kehidupan pernikahan yang akan dijalaninya siap dimulai, bendera perang sudah dikibarkan baru saja oleh sang suami.Malam panjang dilalui Hira dengan melamun dalam keheningan. Tidak ada pembicaraan lebih lanjut setelah kalimat terakhir peringatan Ilyas.Meskipun tidur satu kamar, mereka seperti memiliki dunia sendiri-sendiri. Ilyas sudah berbaring di ranjang dengan deru nafas normal, artinya dia sudah tidur pikir Hira.Langit malam pun tak nampak berhiaskan bulan dan bintang. Hira memikirkan nasib pernikahannya entah mau dibawa ke mana."Rumi, kenapa kamu pergi begitu cepat? Saat aku melihat kebahagiaan ada padamu ternyata Allah lebih menyaya
Sepasang mata menatap tak berkedip dari arah teras kontrakannya.Laki-laki yang berpakaian rapi seperti biasa menghadirkan senyuman untuk Hira kini menatapnya heran.Mau melangkah balik bukanlah solusi untuk Hira karena batang hidungnya sudah kelihatan oleh laki-laki itu.Dia segera memutar otak mencari alasan tepat.'Duh gimana caranya beralasan? Dia satu-satunya orang yang sulit dibohongi.'"Dari mana Hira?""Eh, Roby sepagi ini sudah di sini?""Aku tanya kamu dari mana, kenapa justru tanya balik?"Hira jadi malu sendiri, tidak menjawab justru terburu membuka pintu. Namun Roby tetap tinggal dan duduk di luar.Sudah kebiasaan Hira menerima tamu di luar rumah. Dia tidak mau terkena gosip tak sedap di lingkungan kontrakannya.Apalagi status Hira sekarang sudah mempunyai suami. Tidak mungkin baginya menerima tamu laki-laki di dalam rumah saat tidak ada suaminya.Roby meletakkan bungkusan di meja yang di
Tampak oleh Roby seorang gadis meliukkan badannya ke kiri dan ke kanan.Lelah pasti dirasa oleh Hira yang telah berhasil menyelesaikan setumpuk tugas dari bosnya yang berstatus suami rahasianya.Saat hendak pulang, ponsel Hira berbunyi menandakan notif WA masuk.Ternyata pesan dari Ilyas yang memintanya pulang ke kontrakan atau ke rumahnya terlebih dulu karena ada yang harus dikerjakan Ilyas. Entah benar mengerjakan pekerjaan atau hanya ingin menghindari Hira."Ayo aku antar dari pada jalan kaki sendirian! Kamu kelihatan lelah sekai, Ra," ujar Roby yang sedari tadi mengamati pergerakan Hira sampai di lobby.Hira tak mampu menolak karena badannya pun tak mendukung. Berjalan sempoyongan karena lelah tak terkira tidak mungkin dipilihnya. Alhasil dia membonceng motor Roby sampai depan kontrakan."Beristirahatlah, Ra. Mau aku belikan sesuatu, nggak? Mie godog dan jahe panas misanya.""Tidak, Bi. Makasih banyak ya. Aku lelah, mau istirahat
"Mas Ilyas, Mas."Dipanggilnya sang suami sambil tangannya memegang erat kain penutup tubuhnya tetapi tak ada jawaban. Hanya suara langkah kaki yang terasa semakin mendekat.Deg, jantung Hira semakin berdetak kencang saat hembusan nafas menerpa lehernya.Terasa semakin dingin saat kedua tangan memegang pundaknya yang terbuka lalu memutar tubuhnya.Mata Hira seketika membola melihat seringai di wajah suaminya."Kamu mau menggodaku?""Mas Ilyas, maaf. Aku..."Ilyas memojokkannya hingga punggungnya membentur lemari baju.Ilyas melonggarkan dasinya dan melempar jasnya ke tempat tidur."Mas Ilyas mau apa?""Menurutmu?"Hira semakin gugup dibuatnya. Dia hanya mampu memejamkan mata saat wajah suaminya kian mendekat. Aroma mint tercium oleh hidungnya. Mau tak mau Hira memang harus siap saat suaminya meminta haknya."Kamu mau bertahan disitu? Aku tidak tertarik sekalipun kamu seperti itu. Sana minggir, aku ma
Semua tercengang melihat sosok yang baru saja datang.Reno yang pertama melihatnya saja dibuat tak berkedip dan hanya mampu meneguk ludahnya. Pasalnya baru kali ini dia melihat penampilan berani dari seorang Hira yang terkenal sopan.Hira mengenakan baju dengan belahan dada lebih rendah dari biasanya membuat sebagian dada atasnya terekspos.Baju yang dipakai tidak tergolong baru karena Hira pernah memakainya. Biasanya Hira akan memakai syal untuk menutupi belahan dadanya tetapi tidak untuk saat ini yang memang disengaja.Dua laki-laki saat ini sedang menggeram tak terima adalah Ilyas dan Roby.'Apa yang Hira lakukan. Berani-beraninya dia memamerkan bagian tubuhnya.'Kepalan tangan semakin erat, Ilyas menggertakkan giginya. Tidak mungkin menegur saat itu juga, Ilyas memilih meredam emosinya lebih dulu.'Tunggu saat meeting selesai, akan kubuat perhitungan dengannya.'"Istrimu kenapa, Yas? Nggak biasanya pakai baju seperti
Hira yang tersandung kaki Ilyas justru jatuh di sofa menimpa tubuh laki-laki yang sedari tadi menatapnya tak berkedip.Jantung Hira berpacu tak menentu. Dipikirnya Ilyas tidak akan tergoda olehnya. Namun sekarang percaya dirinya hilang.Ilyas mengikis jarak diantara keduanya.Tatapan Ilyas yang menyelami manik mata seakan menghipnotis Hira hingga memaksanya memejamkan mata.Entah siapa yang memulai duluan, keduanya saling terlena. Hira tak mampu mendebat karena mulutnya sudah dibungkam oleh Ilyas.Napas Hira tersengal saat mampu melepaskan diri dari kelakuan Ilyas. Diraupnya oksigen dengan rakus.Jangan ditanya wajah Hira sudah memerah karena ulah Ilyas. Dia hanya mampu mengusap bibirnya yang bengkak, sedangkan Ilyas bersikap santai seperti tak terjadi apa-apa.Didorongnya dada bidang suaminya untuk bisa menjauhkan diri.Melarikan diri ke kamar mandi, Hira menutup keras pintunya."Astaga, dia masih normal. Apa dia sadar
"Arkana, maafkan aku."Nyali Hira kian menciut setelah melihat Ilyas murka dengan ulahnya.Ilyas mendorong Hira dengan kasar hingga terjatuh di ranjang."Kamu ingin bukti, bukan? Aku akan membuktinya."Semula Ilyas melakukannya dengan kasar. Namun lambat laun perlakuannya berubah menjadi lembut membuat Hira terbuai jauh ke dalam kenikmatan dunia yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.Amarah seakan menguap tergantikan oleh perasaan cinta yang mencuat.Perasaan cinta masa lalu yang terpendam dalam lubuk hati yang terdalam.Mereka melakukan ibadah yang seharusnya dilakukan pada malam pertamanya.Malam panjang ditemani rembulan yang setia di peraduan.Denting jam mengiringi aktivitas mereka hingga terlelap ke alam mimpi.Alarm memanggil pertanda waktu subuh sebentar lagi tiba.Hira mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum terbelalak saat membuka selimut yang dipakainya berdua dengan Ilyas.Sebuah
Bab 41B Tiga Hari Bersamamu Menjelang malam, cacing di perut mulai berteriak protes. Syila mengeluarkan bahan untuk makan malam yang sudah menjadi bekal di tas. Keluar kamar dengan kerudung instan, kaos panjang dan celana training. Wajah celingukan tak nampak laki-laki pemilik nama Arfan. Dia melenggang menuju dapur. Tangan lincah mengadu perkakas dapur. Bukan pandai memasak sih aslinya, hanya khusus menu inilah yang dia bisa, karena sering memasaknya saat tinggal di kontrakan ibukota. Terdengar pintu berderit, sepertinya penyewa kamarnya juga merasa kelaparan. "Hai, Syila! Buatin makan malam buat gue sekalian bisa, nggak?!" teriak Arfan. Hening, Syila tampak memutar otak. Tercetus ide menambah isi kantongnya. "Bisa, tapi mau enggak menunya?! Dan juga ini enggak gratis!" balasnya berteriak. "Hmm, terserah menunya." "Oke, soto dan jahe panas." Arfan menelan ludah sambil meremas perut yang mulai keroncongan." Aroma soto menguar di seluruh ruangan. Pun sedapnya menusuk indra penc
Bab 41A TIGA HARI BERSAMAMU Arsyila Ramadhanti (syila) tak menyangka harus tinggal seatap dengan Arfan Raditya (Arfan) saat diberi liburan oleh bosnya yang super duper berwajah dingin. Tampan sih iya, selangit malah, tapi senyumnya mahalnya minta ampun. Layaknya harga minyak goreng yang semakin meroket hingga mencekik warga kelas bawah. Konon kata karyawan lama, si bos pernah ditinggal kekasihnya hingga jadi seperti es kutub begitu. Apa iya harus nangis atau ketawa guling-guling dulu di depannya biar dia tersenyum. Menyebalkan. Berbeda dengan bosnya, Arfan justru tukang obral senyum alias hobi TP-TP(tebar pesona). Menurut penilaian Syila, Arfan termasuk playboy kelas kakap. Makanya dia harus berjaga-jaga, khawatir jatuh dalam pesonanya. Lihat saja, saat Syila tak sengaja bersitatap dengannya, eh dia mengerlingkan sebelah matanya. Sontak saja, Syila bergidik ngeri. Gubrak. Syila mengaku saja deh sebagai lulusan SMA, bekerja di ibukota sebagai pelayan. Nggak bohong, kan? Sekretaris
"Selamat ya, Ra, Yas. Semoga kelahiran baby twin membawa keberkahan dalam keluarga kalian. Semoga kelak anak-anak kalian menjadi anak sholeh dan sholehah." Ucapan tulus diberikan oleh David yang didukung juga oleh Muna. Mereka berdua sangat senang melihat kebahagiaan hadir untuk Hira dan keluarga kecilnya. Cobaan yang datang bertubi-tubi lantas tidak menjadikan seorang Hira patah semangat. Dia mampu mengembalikan semangat hidupnya serta mendapatkan hati Ilyas suaminya. "Terima kasih juga Mas David dan Mbak Muna yang telah menjaga Hira dengan baik hingga dia menjadi pendamping hidup saya." Ilyas melingkarkan lengannya di pinggang sang istri seraya mencium keningnya. "Terima kasih, Rara Sayang. Kamu wanita terbaik, ibu dari anak-anakku." "Terima kasih juga, Mas Ilyas suami hebatku." Wajah keduanya memancarkan senyum kebahagiaan yang mereka berikan untuk semua keluarganya. *****Waktu berlalu begitu cepat. Hari tergerus oleh minggu, minggu tergerus oleh bulan, dan bulan termakan
MSS 39Dianjurkan untuk 18th keatas.Lima tahun kemudian,"Di sini tidak ada taksi yang menjemput mantan.... Ayolah, kamu lupa denganku?"Jasmine menurunkan kaca mata hitam yang bertengger di matanya. Tusuk sanggul pun ditariknya menampakkan penampilan aslinya saat terakhir berjumpa dengan Reno."Kamu..."Reno terbelalak, ada setitik kesal di masa lalu yang mencuat kembali. Namun dia berusaha menahan diri dengan baik.Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang mewarnai. Sesekali Jasmine menanyakan jalan ke rumah Reno hanya untuk memancingnya bicara. Kenyataannya Jasmine hanya berpura-pura tidak tahu.Sampai di rumah, Reno mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dihelanya napas panjang seraya memejamkan mata dan menengadahkan kepala bentuk rasa syukurnya pada Allah karena sudah terbebas dari hukuman.Jika bisa memutar ulang waktu, Reno pasti berpikir ulang seratus kali untuk melakukan kejahat
MSS 38 Uhuk, uhuk....Airin tersedak minuman mendengar ungkapan Jasmine yang membuatnya tercengang.Dia terbayang malam itu, jangan-jangan Roby melakukan hal buruk padanya.Dia terlanjur sakit hati dengan ucapan laki-laki itu.'Astaga, kalau aku hamil gimana?' Airin merasa kepalanya pusing mendadak."Kamu tidak apa-apa, Rin?" tanya Hira kawatir."Eh, Airin kan juga ada di sana sama Pak Robert?"Deg, jantung Airin tak bisa diajak kompromi."Maaf, aku permisi dulu mau cari air putih hangat."Airin terburu-buru menghindari mereka sekaligus tak berani menatap Roby. Hatinya semakin tersayat jika mengingat kejadian malam itu."Ra, toiletnya sebelah mana?"Roby mencari alibi untuk membuntuti Airin.Dia mengikuti arah telunjuk Hira seraya mengedarkan pandangan mencari Airin."Kenapa lari menghindar?"Jantung Airin semakin berdebar mendengar suara Roby yang mengagetkannya d
MSS 37Airin mencoba mengingat kejadian semalam. Dia meratapi kesedihan yang menimpanya. Ditengoknya wajah laki-laki yang memunggunginya.Airin menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangan."Mas Roby? Kenapa dia yang tidur bersamaku? Bukankah semalam laki-laki br*ngs*k itu yang membuatku tak sadar."Airin yang semula sedih dan kecewa atas apa yang menimpanya kini justru tersenyum berseringai. Diambilnya ponselnya yang tergeletak di nakas lalu mengabadikan dirinya yang tidur bersama Roby.Dengan tersenyum, Airin mengambil gambar tak cukup sekali."Apa-apaan ini?"Roby yang sadar gadis di sampingnya sudah bangun dan menggambil gambar dengan pose yang bisa diartikan lain oleh orang yang melihatnya segera mencekal tangan Airin."Apa yang kamu lakukan, Airin?""Mas Roby, harusnya aku yang tanya Mas Roby kenapa meniduriku. Kamu harus tanggung jawab menikahiku!""Apa? Jangan gila kamu, Rin. Aku bisa j
MSS 36Pyar,Suara pecahan terdengar menyeruak di ruangan hingga membuat penghuni bangun.Bu Liyan di kamar bawah segera mencari sumber suara."Hira...."Tubuh Bu Liyan kaku melihat menantunya terkapar di kamar mandi dengan tangan kiri yang meneteskan darah segar.Ilyas yang terbangun dari kamar atas berlari meloncati beberapa anak tangga."Ada apa, Ma?"Tak ada jawaban dari Bu Liyan yang lidahnya kelu."Ra, Rara..."Ilyas mendekap tubuh istrinya diliputi penyesalan terdalamnya.Tak butuh lama, Ilyas melarikan Hira ke RS terdekat menggunakan taksi online. Tidak memungkinkan bagi dirinya mengendarai mobil sendiri karena kondisi berjalan saja belum normal.Bu Liyan turut menemani setelah menitipkan si kembar pada Bi Surti."Bagaimana kondisinya, Dok?""Istri Bapak kondisinya lemah karena kecapekan kerja dan banyak pikiran. Saya sarankan istri Bapak untuk istirahat beberapa h
M35Sesi untuk 18th+Mohon bijak memilih bacaannya ya. Agak sedikit sensitif."Apa, kamu kencan sama Pak Reno? Dia laki-laki br*ngs*k, Mine.""Ayolah, laki-laki yang datang ke sini hampir semuanya br*ngs*k.""Ckk, kecuali aku," terak Roby.Roby dibuat tercengang kembali saat melihat ada gadis muda yang duduk tak nyaman di sebelah laki-laki seumuran Pak Reno menatapnya mes*m."Airin."Jasmine mulai melakukan aktingnya sebagai wanita penggoda. Dia mendekati Reno yang baru saja duduk menyapa Robert."Kenapa lama sekali, Sayang?" keluh Jasmine sambil bergelayut manja dan mengalungkan tangannya di leher Reno.Laki-laki itu terlihat gugup dan merasa jantungnya berdesir saat matanya beradu dengan kerlingan mata Jasmine.'Ckk, Jasmine sudah mengalihkan pandanganku pada Hira,' guman Reno."Kenapa melamun, Sayang?""Ah, tidak Mine. Aku hanya membayangkan bersena
M34 "Kamu mau mengelak, hah?" Hira penasaran, segera diambil ponsel itu dan melihat layarnya. "Astaghfirullah." Hira hanya mampu menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Roby. Kenapa semua jadi runyam begini. Rumi maafkan aku yang sudah menikah dengan suamimu. Kenyataan tak sesuai dengan apa yang aku harapkan." Tubuh Hira luruh ke lantai sambil meratapi kesedihannya. Kali ini suaminya pasti murka. "Mas, Mas Ilyas pasti salah paham. Dengarkan penjelasanku dulu! Foto itu tidak seperti yang Mas bayangkan." "Memangnya kamu tahu apa yang kubayangkan?" teriak Ilyas sampai mengundang orang yang tak sengaja lewat depan kamarnya. Foto di layar menampakkan Hira yang berada dalam dekapan Roby tentunya bisa membuat yang melihat menjadi salah paham. "Ada apa?" Reno yang baru saja datang dari kantor bak pahlawan bagi Hira dengan pura-pura lembut membangunkan wanita itu dari posisi duduk d