Beranda / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 64 - Ingin Melihatmu Hancur

Share

Bab 64 - Ingin Melihatmu Hancur

Penulis: Vella Nine
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-08 05:29:29

Seminggu kemudian, Nanda sudah diizinkan pulang ke rumah. Ayu dengan telaten merawat luka bekas operasi suaminya itu.

“Nan, karena lukamu udah sembbuh, aku punya hadiah buat kamu,” ucap Ayu sambil tersenyum manis ke arah Nanda.

“Sembuh apanya? Barangku nggak bisa bangun gini. Kedutan dikit aja udah sakit,” sahut Nanda sambil merintih menahan bagian inti tubuhnya yang masih terasa nyeri setiap kali ia mencoba untuk memunculkan hasrat kelelakiannya.

“Setidaknya, kamu sudah bisa jalan, Nan. Orang lain nggak perlu tahu kalau barangmu nggak bisa bangun,” sahut Ayu sambil tersenyum manis. Ia mengambil sebuah amplop dari dalam tas tangannya dan menyodorkan ke hadapan Nanda.

“Apa ini?” tanya Nanda saat manik matanya langsung menangkap logo institusi kepolisian yang sangat khas. “Kasus penganiayaan terhadapku tetep dilanjutkan? Baguslah. Ini nggak seberapa kalau dibandingkan dengan kehancuran masa depanku,” ucapnya.

Ayu tersenyum menatap wajah Nanda. “

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 65 - Aku Butuh Kamu

    DEG! Nanda membeku menatap Ayu yang ada di hadapannya. Ia tidak menyangka jika gadis yang begitu lembut dan tenang ini menyimpan kebencian yang begitu dalam untuknya. “Ay, aku tahu kamu lagi emosi. Kita baikan, ya! Demi anak kita. Jangan penjarain aku, Ay!” pintanya lirih. Ayu menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata saat Nanda memilih menurunkan nada suaranya. Pikirannya semakin tidak karuan karena sikap Nanda yang tidak bisa ia baca ketulusan hatinya. “Ay, please ...! Kita baikan lagi, ya!” pinta Nanda sambil meremas jemari tangan Ayu. Ia menarik tubuh wanita itu perlahan dan memeluk perut Ayu yang sudah membesar. “Aku sayang dia, Ay. Kamu juga ‘kan?” “Kalau kamu sayang, kamu nggak akan pergi sama wanita lain, Nan. Aku nggak akan kasih dua mama untuk anakku!” “Ay, aku sama Arlita nggak ngapa-ngapain,” tutur Nanda. “Tapi mau ngapa-ngapain ‘kan?” “Ck. Pikiranmu terlalu negatif, Ay!” Nanda menggaruk kepalanya yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 66 - Bantuan dari Keluarga Hadikusuma

    Andre dan Nia melangkahkan kaki masuk ke rumah mewah milik keluarga Hadikusuma. Dua hari sebelumnya, mereka sudah membuat janji bertemu untuk meminta bantuan dari Yuna dan Yeriko. Yuna dan Yeriko langsung menyambut kedatangan Andre dan istrinya. “Tumben kalian sampai main ke sini. Ada masalah genting banget?” tanyanya saat Andre dan Nia sudah duduk bersama di sofa ruang tamu. “Yun, yang aku ceritain waktu itu. Keluarga Roro Ayu menuntut kami,” jawab Nia sambil dengan mata berkaca-kaca. “Hah!? Nuntut gimana?” Nia menoleh ke arah Andre dengan perasaan tak karuan. “Nanda nggak mau dengarkan kami dan keluarga Roro memaksa kami mengembalikan puterinya. Kalau Roro dan Nanda bercerai. Artinya ...” “Delapan puluh persen kekayaan kalian akan jadi milik keluarga bangsawan itu?” tanya Yuna. Nia mengangguk. “Kenapa bisa seperti ini?” tanya Yeriko sambil menatap wajah Andre dan Nia bergantian. “Mas Andre sudah menandatangani perjanj

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 67 - Bantuan dari Keluarga Hadikusuma Part.2

    “Jangan bingung dan kayak orang susah, Ndre!” pinta Yeriko sambil menepuk dan menggenggam pundak Andre. “Istriku jago kalau jadi Mak Comblang. Kalian pake jasa dia, gih!” Yuna tergelak mendengar ucapan Yeriko. “Jasa Mak Comblang Nyonya Ye tarifnya mahal, Booo ...!” “Berapa sih, Yun? Asal kamu bisa bikin Roro Ayu dan Nanda nggak berpisah, aku kasih, deh! Daripada kami kehilangan semua harta kami,” tanya Nia sambil menatap wajah Yuna penuh harap. Yuna terkekeh geli. “Iih ... kamu nanggepinnya serius banget, sih? Aku bercanda Nia Sayang. Kalau urusan Mak Comblang mah gampang. Aku akan ajari kamu bikin mereka tidak terpisahkan.” “Gimana caranya?” tanya Nia penasaran. Yuna mendekatkan bibirnya ke telinga Nia dan terus membisikkan sesuatu. “Apa berhasil, Yun?” tanya Nia setelah ia mendapatkan saran dari Yuna. Yuna mengangguk. “Aku nggak tega sama anakku sendiri, Yun,” ucap Nia lirih. Yuna menghela napas. “Kamu h

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 68 - The Power of Nyonya Ye Part 1

    Yuna melangkahkan kakinya perlahan memasuki sebuah restoran mewah yang ada di lantai dua Galaxy Mall. Ia langsung duduk di salah satu meja yang kosong seorang diri. Asisten pribadinya, berdiri di samping meja sambil memesankan makanan untuk pelayan yang ada di sana. Anak buahnya telah menginformasikan jika malam ini Edi Baskoro dan sang istri akan makan malam di restoran ini. Ia dengan sengaja memesan semua meja yang ada di restoran itu hingga tidak ada orang lain yang bisa masuk ke dalam sana selain dia. “Nyonya, mereka datang,” bisik asisten pribadi Yuna sambil menunjuk ke arah pintu masuk. Yuna mengangguk. Ia mengerti saat salah satu karyawan yang berdiri di pintu, menghadang langkah Edi dan istrinya. “Maaf, Nyonya dan Tuan ...! Tempat ini sudah di-booking,” ucap pelayan itu sambil menatap Edi dan Bunda Rindu. “Kami sudah memesan meja satu hari sebelumnya. Kenapa kami tidak boleh masuk?” tanya Edi sambil mengerutkan dahi karena restoran itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 69 - The Power of Nyonya Ye Part.2

    Bunda Rindu menghela napas. “Nyonya Ye benar, Mas. Bagaimana kalau kita cabut saja tuntutan terhadap Nanda?” “Kamu mau anak kita diperlakukan semena-mena sama Nanda, hah!? Dia itu anak kita satu-satunya!” sahut Edi bersikeras. “Kalian juga sudah semena-mena terhadap Nanda. Tuntutan kalian itu nggak wajar. Kalian sengaja mau buat keluarga Perdanakusuma jatuh miskin?” sahut Yuna. “Andre sudah sepakat menandatangani perjanjian kami sebagai jaminan. Nggak ada yang salah,” sahut Edi santai. “Menuntut Nanda saja masih belum cukup? Kenapa kalian menginginkan harta mereka? Kalian ini bukan orang miskin. Kenapa begitu mata duitan?” tanya Yuna. Braaak ...! Edi langsung memukul meja di hadapan Yuna. “Sekali lagi kamu bilang begitu, aku tidak akan segan membuat perhitungan denganmu! Aku melakukan ini untuk Roro Ayu dan calon anaknya!” Yuna langsung bangkit dari kursi saat Edi menggebrak meja di hadapannya. “Bukan seperti ini caranya! Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 70 - Pergi

    “Ay, kamu ngapain?” tanya Nanda saat melihat Ayu sedang merapikan pakaiannya ke dalam koper. “Beresin pakaian aku,” jawab Ayu sambil melipat pakaiannya perlahan dan memasukkan ke dalam dua koper besar miliknya. “Buat apa dimasukin ke koper? Kamu mau ke mana?” “Mau pulang ke rumah orang tuaku, Nan. Ayah minta aku pulang sore ini. Dia mengajukan permohonan pembatalan nikah. Kita nggak bisa tinggal sama-sama lagi, Nan,” jawab Ayu sambil menutup koper dan menguncinya. “Ay, kamu jangan kayak gini, dong! Aku masih sakit. Lihat! Aku masih sarungan gini. Tega banget ninggalin aku dalam keadaan kayak gini?” Ayu menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. “Kamu juga tega kayak gitu saat istri kamu lagi hamil, Nan,” ucapnya. “Aku sama dia nggak ngapa-ngapain, Ay. Aku udah jelasin ke kamu berkali-kali ‘kan? Kamu nggak usah baperan gini, deh! Kita berdua ini nikah tanpa cinta. Kamu nggak bisa cinta sama aku, aku juga sama. Aku suka sama se

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 71 - Nasihat Nyonya Ye

    Begitu mobil BMW yang membawa Roro Ayu pergi dari halaman rumah Nanda, sebuah mobil Maserati berjalan perlahan memasuki rumah pria itu. Nanda mengernyitkan dahi sambil menerka-nerka siapa orang yang akan keluar dari mobil tersebut. Begitu melihat wanita paruh baya keluar dari mobil itu, ia langsung bergegas merapikan sarung dan kaos yang ia kenakan. Kemudian melangkah menghampiri wanita itu. “Tante Yuna? Tumben ke sini? Ada apa?” “Tante mau ngobrol sebentar sama kamu. Bisa?” tanya Yuna sambil melepas kacamata hitam yang ia kenakan. “Bisa, Tante. Silakan masuk!” jawab Nanda sambil mempersilakan Yuna untuk masuk ke rumahnya. “Roro Ayu di rumah?” tanya Yuna. “Eh!? Dia lagi main ke rumah orang tuanya,” jawab Nanda. “Kalau gitu, Tante Yuna di teras aja. Gimana kondisi kamu? Udah sehat?” tanya Yuna sambil menatap bagian bawah perut Nanda. “Lumayan, Tante,” jawab Nanda sambil meringis. Ia menahan malu melihat keadaannya yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 72 - Dihantui Kenangan Masa Lalu

    Nanda menghela napas sambil membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur. Sudah jam sebelas malam dan ia masih belum bisa tidur. Ia bahkan belum mandi sejak sore karena takut kalau luka di alat vitalnya akan basah dan ia malas mengganti perban seorang diri.Sesekali, Nanda memeriksa alat vitalnya. Ia hanya menggunakan kaos oblong dan sarung saja setiap harinya. “Anjirr ...! Sunat dua kali,” gumamnya kesal. “Awas kamu, Son! Kalau sampai lukaku sembuh dan barangku nggak bisa bangun lagi. Aku bakal bikin kamu kayak gini juga!”Nanda menghela napas. Ia meraih ponsel di atas nakas dan menatap layar tersebut. Ia sudah beberapa kali melakukan itu. Berharap kalau Ayu mengirim pesan kepadanya. Tapi hingga saat ini, wanita itu tak kunjung mengirim pesan.“Heh, aku ini masih suamimu. Nggak kangen sama aku?” tanya Nanda kesal sambil menatap layar ponselnya.Nanda membuka aplikasi whatsapp yang ada di ponselnya. Ia membuka chat dari Ayu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10

Bab terbaru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status