Share

117. Melarikan Diri

Penulis: Rizu Key
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 23:30:11

Taksi tersebut segera pergi. Dan saat itu juga dua penjaga yang hendak memasuki rumah pun baru sadar jika Nona mereka tak terlihat di depan pintu gerbang.

"Sial! Nona!" seru mereka.

"Tunggu! Nona kan memerintah kita untuk memeriksa pintu belakang ...."

"Tapi Nona pergi ke luar dengan taksi!"

Dua penjaga itu mulai berdebat.

"Kamu ini seperti tidak tahu saja. Nona pastinya juga diikuti dua bodyguard setianya itu."

"Kamu benar. Ya sudah. Kamu saja yang kembali ke pos, biar aku yang mengecek pintu," ucap satu penjaga tersebut sembari memasuki rumah mewah milik Tuan Muda Billionaire yang terkenal arogan, namun semua itu terbantahkan semenjak hadirnya sang Nona Muda yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan.

Kasih pergi dengan menggunakan taksi yang ia pesan. Lalu wanita itu berhenti di tengah jalan.

"Tolong jangan bilang siapa pun kalau saya turun di sini, ya?" ucap Kasih dengan sopan.

"Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi," sahut pria itu.

Taksi pun segera pergi, meninggalkan Kasih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Billionaire Bodoh   118. Melarikan Diri [Bagian 2]

    Rahang Xavier yang sudah tegas kini semakin terlihat mengeras. Dengan menatap tajam ke arah pintu yang telah ditutup saat Jeremy dibawa pergi, pikirannya mengalir deras.Tanpa bisa menahan amarah dan kekhawatiran yang menghantui pikirannya, Xavier lantas menggebrak meja dan berteriak keras, "Cepat cari!" Ia menegaskan pada seseorang yang menghubunginya melalui telepon. Pria itu segera mematikan panggilan dan bergegas kembali ke rumahnya. Xavier menyesali kejadian yang terjadi sebelum ia pergi menemui Jeremy. Ia tidak pernah menyangka bahwa setelah pertengkarannya dengan Kasih, wanita itu akan pergi begitu saja saat dirinya sedang ke luar rumah untuk menemui sepupunya itu.'Seharusnya aku tidak berlaku begitu tadi ... Seharusnya aku menjelaskan semuanya ....' sesal pria itu dalam hati.'Kenapa kamu pergi ...?' batin Xavier merasakan nyeri di dadanya. Seolah pria itu kembali pada masa di mana dirinya salah mengira bahwa Kasih adalah wanita penghibur. Dan karena kesalahannya juga, Kasih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Menikahi Billionaire Bodoh   119. Tak Ada Hasil

    Suasana tegang semakin terasa saat sang Tuan Muda kembali murka. Pria tampan itu jelas terlihat tak beristirahat dengan baik sejak kaburnya sang istri. Semalaman Xavier terus mencari keberadaan Kasih dengan petunjuk yang sangat kecil."Sa-saya ...." Sang sopir ketakutan. Ia sadar keselamatannya sedang dipertaruhkan."Jawab! Bahkan jika istriku memintamu untuk diam, kamu harus menjawabnya!" bentak Xavier semakin membuat sang sopir tak berani menatapnya dan hanya menunduk dalam-dalam."Sa-saya ...." Sang sopir taksi mulai memberanikan diri untuk bersuara. Tubuh pria itu terlihat bergetar ketakutan. "Saya akan menjawabnya ... Tadi malam istri Anda meminta untuk berhenti di depan sebuah hotel," jawabnya akhirnya mengaku.Xavier melepaskan genggaman tangannya dan pria itu kembali duduk di kursinya."Jelaskan di mana itu!" ujarnya mulai sedikit lebih tenang.Sopir taksi itu akhirnya menjelaskan dengan detail tempat ia menurunkan Nona Muda malam tadi. Xavier merasa lega dan penuh harap, seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Menikahi Billionaire Bodoh   120. Terus Mencari Kasih

    Xavier mencari nomor Harun dan segera menghubungi laki-laki yang merupakan kakak tingkat Kasih. Dia menghubunginya karena tahu bahwa Harun cukup dekat dengan sang istri dan juga ia mengetahui fakta bahwa Harun pernah menaruh perasaan pada istrinya saat pria itu menyelidikinya.Pria itu menatap ponselnya dengan ragu. Nama Harun sudah terpampang di layar. Namun, di tengah kekacauan ini, Xavier merasa Harun mungkin bisa memberikan petunjuk tentang keberadaan Kasih. Setelah menarik napas panjang, Xavier akhirnya menekan tombol panggil. Suara di seberang langsung menyahut setelah beberapa dering. "Halo, ini siapa?" tanya Harun, terdengar sedikit bingung. "Ini aku, Xavier, suami Kasih," jawab Xavier dengan nada serius. "Kasih? Ada apa dengannya?" Harun malah balik bertanya.Xavier merasakan amarahnya meluap begitu mendengar jawaban Harun yang terdengar seolah pria itu tidak tahu apa-apa."Kamu tahu dia pergi, kan? Jangan pura-pura. Aku tahu kamu punya perasaan pada istriku. Jangan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Menikahi Billionaire Bodoh   121. Aku Menyesal

    Melalui rekaman CCTV yang didapat, akhirnya Xavier menemukan fakta bahwa salah satu nama yang mencuat adalah Vincent, mantan saingan Xavier di dunia usaha. Wanita yang berada di dalam rekaman video itu adalah Erika, adik kandung dari Vincent dan juga wanita yang dulu pernah mengejar Xavier."Dia ... Erika ...." gumam Xavier.Johan langsung ikut memeriksanya lagi dan benar itu merupakan Erika. Bahkan kini pria itu mulai menyelidiki plat nomor mobil yang dibawa."Sial ... Ini pasti karena Vincent masih dendam padaku!" geram Xavier."Cepat selidiki apakah Vincent bekerja sama dengan Jeremy!" titah pria tampan itu.Vincent pernah kalah telak dalam persaingan tender beberapa tahun lalu karena strategi brilian Xavier. Kekalahan itu menghancurkan reputasi Vincent dan membuatnya kehilangan banyak klien besar. Kini pun meski Vincent sudah membuka cabang perusahaan, namun tetap saja dirinya masih berada di bawah Xavier.Johan bergerak cepat demi menemukan keberadaan sang Nona Muda yang hilang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Menikahi Billionaire Bodoh   122. Dua Dunia Berbeda

    Kasih berdiri di depan sebuah kelas kecil, memegang buku cerita bergambar sambil tersenyum lembut. Di depannya, sekelompok anak-anak duduk di atas karpet berwarna cerah, menatap penuh antusias padanya."Apa kalian siap untuk mendengarkan cerita hari ini?" tanya Kasih dengan suara hangat.Anak-anak kecil itu semuanya mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Saya!"Kasih mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah. Ibu senang melihat semangat kalian. Sekarang duduk yang rapih dulu. Oke?""Oke!"Kasih tertawa kecil, merasa senang dengan hangatnya semangat anak-anak didiknya. Sudah empat bulan ia bekerja di taman kanak-kanak di kota kecil itu. Awalnya, ia hanya berniat membantu sementara, mencari kesibukan untuk mengalihkan pikirannya dari luka masa lalunya dan juga melupakan suaminya. Tapi seiring berjalannya waktu, Kasih merasa menemukan tempat di sini—dikelilingi oleh anak-anak yang polos dan penuh rasa ingin tahu.Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Kasih sadar bahwa waktu cutinya semak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Menikahi Billionaire Bodoh   123. Satu Bulan Sebelum Persalinan

    Kasih duduk pada sebuah kursi kayu di dalam kontrakan kecilnya, menatap ke luar jendela yang langsung menghadap tembok dengan cat warna biru yang sudah pudar. Perutnya yang semakin besar membuat setiap gerakan terasa berat. Dengan satu tangan mengelus lembut perutnya, ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikiran yang terus berkecamuk."Bunda menyayangimu, Sayang. Tumbuhlah menjadi anak yang baik dan sehat ...." gumam Kasih dengan penuh harapan.Kontrakan kecil dan sederhana itu jelas jauh berbeda dengan kediaman Xavier yang megah, tetapi cukup untuk dirinya dan calon buah hatinya. Tidak ada perabot mewah, hanya beberapa peralatan penting yang ia beli dengan uang tabungan dan hasil bekerja sebagai guru TK selama empat bulan terakhir.Kini, kontrak mengajarnya telah habis, dan Kasih harus segera mencari pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setelah persalinan yang hanya tinggal kurang dari satu bulan lagi."Semoga uang tabunganku cukup ...." gumam Kasih sembari meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Menikahi Billionaire Bodoh   124. Keputusan di Saat Kritis

    Dengan tubuh gemetar, Kasih berusaha bangkit dari tempat tidur. Ia memeriksa keadaannya."Apa aku akan melahirkan ...?" gumamnya sembari memegangi perutnya yang besar.Wanita itu berjalan perlahan mengambil tas yang telah ia siapkan untuk persalinannya. Dia pun berjalan menuju ke rumah sang pemilik kontrakan yang berada di sebelahnya. Diketuknya pintu rumah itu pagi hari dengan Kasih yang mencoba tetap berdiri."Nak Kasih, ada apa?" tanya Sari.Dengan wajah pucatnya, Kasih menjawab. "Maaf mengganggu, Bu. Tapi saya sepertinya mau melahirkan," jawabnya.Sari terlihat kaget. Lalu wanita itu segera memanggil suaminya. "Pak! Nak Kasih mau melahirkan!" serunya."Maaf merepotkan," cicit Kasih."Tidak. Kemarikan tasnya. Kita segera ke rumah sakit sekarang juga!" ujar Sari panik sambil membantu Kasih berjalan ke luar rumah. Sementara suaminya bergegas mengeluarkan mobilnya.Kasih merasa tubuhnya lemah, tetapi ia berusaha kuat. "Terima kasih atas pertolongan Bapak dan Ibu," gumamnya pelan. "J

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Menikahi Billionaire Bodoh   125. Menjemput Kasih

    Mendengar kabar tersebut, Xavier spontan berdiri dari duduknya. Pria itu menatap tajam ke arah Johan yang berdiri dihadapannya."Jangan bercanda!"Johan menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bercanda, Tuan. Saya tidak berani ...." ucapnya tegas namun penuh kehati-hatian."Nona Muda ... benar-benar sudah ditemukan," lanjut Johan.Xavier mengangkat kedua alisnya, matanya menyiratkan campuran antara harapan dan ketidakpercayaan. "Apa katamu?" tanyanya lagi dengan suara bergetar, sesuatu yang jarang terjadi dari seorang pria yang dikenal dingin dan penuh wibawa seperti dia."Kami telah menemukan Nona Kasih, Tuan," ucap Johan meyakinkan. Xavier masih menatapnya."Tim kami baru saja melacak aktivitas transaksi kartu debit Nona beberapa menit yang lalu. Lokasi terakhirnya adalah sebuah rumah sakit di luar kota," jelas Johan dengan ekspresi wajah seriusnya."Rumah sakit?" tanyanya, bingung. "A-apa yang dia lakukan di sana?" Xavier mulai cemas dengan keadaan sang istri yang sudah hampir lima bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Menikahi Billionaire Bodoh   145. Kebahagiaan yang Sempurna [TAMAT]

    Waktu berlalu begitu cepat, Aidan kini telah berusia lima tahun. Dan kehangatan keluarga kecil Xavier dan Kasih semakin terasa. Setelah Aidan genap berusia satu tahun, Kasih memutuskan untuk melanjutkan kuliah yang sempat tertunda. Usahanya yang gigih selama empat tahun terakhir kini membuahkan hasil. Hari ini adalah hari wisudanya, momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu. Xavier dan Aidan datang ke acara wisuda Kasih dengan setelan rapi. Xavier mengenakan jas hitam elegan yang mempertegas wibawanya, sementara Aidan mengenakan kemeja putih kecil dengan rompi abu-abu yang membuatnya tampak seperti miniatur ayahnya. Rambutnya yang hitam ditata rapi oleh Xavier pagi tadi, meski bocah itu sempat memberontak karena tak mau diam. Namun, ada satu hal yang membuat Xavier sedikit geleng-geleng kepala—Aidan menolak digendong olehnya. "Ayah, aku bukan bayi lagi!" protes Aidan dengan nada malu-malu, sambil memalingkan wajahnya yang tampan dan menggemaskan. Xavier tersen

  • Menikahi Billionaire Bodoh   144. Kebahagiaan

    Malam berlalu dengan tenang, dan keesokan harinya, keluarga kecil itu menikmati waktu bersama di rumah. Xavier sengaja mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama dengan Kasih dan Aidan. Dan tentu saja Johan yang akan menghandel semuanya.Saat pagi menjelang, Xavier membantu Kasih memandikan Aidan yang tertawa gembira saat air hangat menyentuh kulitnya. Atas permintaan Kasih lah mereka merawat Aidan sendiri, tanpa adanya baby sitter. Karena menurut Kasih, dia ingin merawat Aidan dengan benar dan penuh kasih sayang agar ikatan batin di antara orang tua dan anak semakin kuat."Aidan selalu ceria, ya," kata Xavier sambil mengeringkan badan putranya dengan handuk lembut. Kali ini pria itu yang memutuskan untuk memandikan Aidan.Kasih tersenyum, memperhatikan suaminya yang begitu telaten dan penuh kelembutan. "Ya. Aidan memang selalu ceria," jawabnya lembut.Xavier menoleh, menatap istrinya dengan senyum kecil. "Kalau begitu, dia pasti punya sifat seperti itu dari Bundanya yang cantik

  • Menikahi Billionaire Bodoh   143. Tujuan Baru Xavier

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Aidan tumbuh menjadi bayi yang sehat dan ceria. Kasih sering menghabiskan waktu di rumah untuk merawat anaknya dan Xavier. Sementara Xavier, meski sibuk dengan urusan perusahaan, selalu menyempatkan waktu untuk pulang lebih awal. Hal ini tak lain karena ia ingin melakukan perannya sebagai seorang ayah dan juga suami dengan baik.Suatu sore, Xavier pulang lebih awal dari biasanya. Pria itu menemukan Kasih dan Aidan di ruang tengah. Kasih sedang duduk di lantai dengan Aidan yang tertawa riang saat ia memainkan mainan berbentuk bola. Xavier berdiri di ambang pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan itu."Serunya! Sepertinya kalian bersenang-senang tanpa ayah, ya?" katanya sambil berjalan mendekat. Senyumannya lebar telihat bahagia karena keluarganya aman dan baik-baik saja."Ayah sudah pulang!" Kasih menyambut kepulangan suaminya dengan senyum lebar. Aidan, meski belum sepenuhnya mengerti, segera mengulurkan tangan kecilnya ke arah sang ayah.Xavier

  • Menikahi Billionaire Bodoh   142. Haris Terbukti Bersalah

    Malam itu, Xavier kembali ke rumahnya dan duduk di ruang kerja ayahnya yang kini menjadi miliknya. Di atas meja, ada sebuah foto lama keluarganya— ayahnya; William, serta ibunya; Melinda, dan Haris berdiri berdampingan dengan senyum lebar.Xavier menatap foto itu dengan campuran emosi. Di satu sisi, ia merasa lega karena telah mengungkap kebenaran. Di sisi lain, ia merasa kehilangan yang sangat besar. Tak dia sangka pamannya lah yang menjadi orang paling mencurigakan yang telah mencelakai kedua orang tuanya.Saat dirinya sedang bersedih, Kasih datang mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Xavier. "Apa yang sedang kamu pikirkan?"Xavier menghela napas. "Ayahku selalu percaya bahwa keluarga adalah segalanya. Tapi sekarang aku tahu, bahkan keluarga pun bisa menjadi ancaman yang nyata."Kasih menggenggam tangan suaminya, memberikan kekuatan. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, Xavi. Kamu melindungi harga diri keluargamu. Ayahmu pasti bangga padamu."Xavier tersenyum tipis. "Aku harap b

  • Menikahi Billionaire Bodoh   141. Orang di Balik Zero [Bagian 3]

    Xavier duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh dokumen-dokumen, rekaman suara, dan foto-foto yang membuktikan keterlibatan pamannya, Haris, dalam berbagai insiden tragis yang menimpa keluarganya. Wajahnya tegang, matanya menatap tajam pada berkas yang baru saja diserahkan Johan, kepala tim investigasinya.Setelah sekian lama, akhirnya meski dengan paksaan dan mencari sampai ke titik yang sulit dijangkau, Xavier menemukan pelaku utama yang selama ini dia cari setelah mendapatkan petunjuk dari catatan lama milik ayahnya."Tuan Xavier, semua bukti ini sudah cukup untuk mengamankan Pak Haris. Dari kecelakaan kedua orang tua Anda hingga penculikan Tuan Muda Junior, semuanya mengarah padanya. Jeremy, yang sudah kita jebloskan ke penjara, akhirnya mengakui bahwa dia hanya menjalankan perintah dari ayahnya, alias ‘Zero,’" lapor Johan dengan tegas.Xavier mengangguk pelan, mencoba mengendalikan emosinya. "Kali ini aku tidak akan membiarkan dia lolos. Om Haris telah menghancurkan keluargaku.

  • Menikahi Billionaire Bodoh   140. Orang di Balik Zero [Bagian 2]

    "Xavi, sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Kasih dengan lembut."Maaf, Sayang. Tapi aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Aku ingin kita bertiga aman," balas Xavier sembari memeluk sang istri. Lalu pria itu mencium lembut bibir Kasih."Kalau begitu tetaplah hati-hati, Xavi. Kamu juga jangan sampai kelelahan ...." ucap Kasih lagi. Wanita itu memang benar-benar perhatian pada suaminya.Xavier mengangguk. "Pastinya. Kamu juga istirahatlah. Maaf karena aku tidak bisa ikut menjaga Aidan malam ini," ucapnya."Aku mengerti, Xavi. Yang penting kamu jaga kesehatanmu dan semoga masalah ini segera berakhir," ucap Kasih penuh harap.Malam itu, Xavier memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan tanpa menunggu waktu lebih lama. Ia tahu bahwa kebenaran sudah ada di depan mata, tetapi harus digali lebih dalam untuk memastikan semua bukti tidak terbantahkan. Ia memanggil Johan dan Bagas ke ruang kerjanya di tengah malam."Johan, Bagas, kita harus memanfaatkan momen ini. Om Haris pasti tahu bahwa

  • Menikahi Billionaire Bodoh   139. Orang di Balik Zero

    Hari itu, Xavier memutuskan untuk fokus pada penyelidikan mendalam terkait pamannya, Haris, seperti yang diusulkan Johan dan Bagas. Meski hatinya berat, Xavier tahu bahwa untuk melindungi keluarganya, ia harus bersikap netral dan tegas, bahkan jika itu berarti mencurigai kerabatnya sendiri.Di ruang kerjanya, Xavier mengumpulkan Johan, Bagas, dan beberapa tim penyelidik terbaik yang ia percayai. "Kita perlu mengumpulkan semua informasi terkait Om Haris. Mulai dari rekam jejak bisnisnya, interaksi dengan keluargaku, hingga pergerakan terakhirnya dalam beberapa bulan ini," perintah Xavier dengan nada tegas.Johan mengangguk. "Kami akan menyisir setiap dokumen, email, hingga rekaman CCTV yang berkaitan dengannya, Tuan. Jika ada koneksi antara Pak Haris dan 'Zero,' kami pasti menemukannya dan memberikan bukti itu pada Anda.""Ya. Aku percaya pada kalian," sahut Xavier sembari mengangguk.Salah satu penyelidik segera mengakses arsip bisnis Haris dan menemukan bahwa Haris pernah terlibat da

  • Menikahi Billionaire Bodoh   138. Mencari Zero

    Xavier memulai harinya lebih awal dari biasanya. Pagi itu, setelah sarapan bersama Kasih, ia langsung masuk ke ruang kerja untuk mendiskusikan rencana bersama Johan. Nama 'Zero' terus menghantui pikirannya sejak pengakuan terakhir dari pelaku penculikan. Apalagi dengan dugaan keterlibatan nama itu dalam kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya beberapa tahun silam. Xavier tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja."Johan," panggil Xavier tegas, "Kita tidak bisa membuang waktu. Aku yakin 'Zero' bukan nama sembarangan. Ini bukan hanya soal Aidan, tapi juga keluargaku.""Benar, Tuan," jawab Johan, mencatat setiap arahan yang diberikan. "Apa langkah pertama kita?"Xavier berdiri dan memandang ke luar jendela. Ia kemudian menghela napas panjang sebelum berbalik. "Aku ingin kamu menyisir setiap data yang kita miliki—mulai dari bisnis ayahku hingga jaringan sekarang. Cari tahu siapa saja yang pernah berurusan denganku atau keluargaku dan memiliki hubungan dengan nama ini,

  • Menikahi Billionaire Bodoh   137. Pencarian Pelaku Utama

    "Zero ...." gumam pria itu.Xavier dan Johan saling berpandangan. Nama itu seperti tidak asing dalam pikiran Xavier. Pria itu terdiam sejenak, seolah menggali informasi mengenai nama tersebut. Namun meski terdengar seperti familiar, Xavier benar-benar lupa."Apakah Anda mengenal nama samaran itu, Tuan?" tanya Johan yang menyadarkan bosnya.Xavier menggeleng pelan. "Aku tidak tahu," jawabnya."Kalau begitu saya akan menyelidikinya," ucap Johan sembari memberikan instruksi pada anak buahnya."Katakan saja siapa dan bagaimana orangnya!" Xavier mencoba menekan sanderanya lagi."Tuan ... Sepertinya tidak akan mudah. Dia sendiri belum pernah bertemu dengan orang yang menyuruhnya," ucap Johan mencoba menenangkan sang bos yang emosi.Setelah mendengar pengakuan itu, Xavier keluar dari ruangan dengan ekspresi dingin, meninggalkan Johan untuk menangani pria tersebut. Dia berjalan menuju kamarnya untuk menemui sang istri dan putranya yang berhasil selamat.Di sisi lain, Kasih yang masih berada d

DMCA.com Protection Status