Selama beberapa hari ini hubungan Beverley dengan Brent menjadi semakin hangat. Mereka belajar saling mengenal dan menerima satu sama lain. Mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama di tengah kesibukan masing-masing.Itu situasi yang baru baik bagi Beverley maupun Brent. Mereka tidak menyangka bahwa setelah berbulan-bulan menjalani pernikahan yang pahit, mereka bisa menjadi pasangan suami istri yang saling mencintai.“Brent, apa kau pernah membayangkannya? Ini sungguh di luar perkiraanku,” ucap Beverley sambil memasang dasi Brent. Hari ini pria itu akan pergi ke New York dan harus berangkat lebih pagi dari biasanya.“Sama.” Brent memegang pinggangnya lalu menariknya lebih dekat.“Kau sering pergi ke New York. Apa yang menarikmu ke sana?” Beverley merapikan rambut pria itu dengan serius. Tiba-tiba dia mencium bibirnya dengan cepat.Brent tersenyum. Kemudian dia menggoda, “Yang pasti aku tidak memiliki wanita simpanan di sana.”Beverley mendengkus dan mengabaikan godaannya. Di
Kantor Mr. Davis berada tak jauh dari Sweet Serenity Cafe. Hanya perlu lima belas menit untuk Beverley sampai di sana. Dia mengirim pesan teks pada Brent sebelum akhirnya turun dari mobil.Bangunan di depannya tidak terlalu besar. Itu hanya terdiri dari lima lantai dan tidak berada di kawasan perkantoran besar. Meskipun begitu suasananya terasa lebih hangat dan klasik.Dinding luar lantai pertama bercorak batu bata. Ada beberapa pot tanaman hijau di luarnya. Pintu masuknya terbuat dari kaca yang dibingkai dengan kayu cokelat tua. Tulisan “tutup” tergantung di sana.Kantor itu sudah tutup, tapi masih ada beberapa orang di dalam. Beverley bisa melihatnya dari luar. Dia segera mendorong pintu masuknya dan berjalan mendekati meja resepsionis.“Selamat malam, Mrs. Oliver. Apakah Anda datang untuk menemui Mr. Davis?” tanya sang resepsionis yang sebelumnya sedang berkemas untuk pulang.“Benar. Boleh aku tahu di mana dia?”“Mr. Davis sudah menunggumu di lantai lima, Ma’am. Silakan naik. Anda
“Maafkan aku, Beverley.”Mr. Davis mendorong Beverley hingga punggungnya bersandar di bagian bawah sofa. Dia mencium bibirnya dengan penuh gairah. Tangannya memegang dan menekan pinggang Beverley agar tetap duduk bersimpuh di lantai.“Tidak, kumohon.” Beverley menggelengkan kepalanya. Kedua matanya berkaca-kaca. Dia merasa sedih dan sangat tersiksa.Hati nuraninya ingin menolak, tapi di bawah pengaruh obat perangsang itu, tubuhnya benar-benar menginginkan sentuhan pria. Pertahanannya lemah terhadap afrodisiak dan dia takut akan dikendalikan oleh itu.“Mr. Davis, aku sudah menikah,” tolak Beverley saat Mr. Davis mencoba menyentuh dadanya. Dia menahan tangan pria itu sebisa mungkin.Sorot mata Mr. Davis meredup. Dia menatap Beverley penuh gairah dan wanita itu juga sama. Dia menjadi terlihat begitu menggairahkan. Itu membuatnya tidak tahan untuk menyentuhnya.Mr. Davis langsung menarik tengkuk Beverley dan mencium bibirnya lagi. Wanita itu berusaha memberontak meskipun mulutnya mengeran
Di atas ranjang, Brent membelai rambut Beverley dengan lembut. Dia teringat dengan potongan video yang didapatkan dari nomor asing sebelumnya. Merasa tak tahan, dia pun bertanya, “Apa saja yang sudah pria itu lakukan padamu?”Beverley menggeleng pelan di dadanya. “Jika aku memberi tahu, nanti kau bisa marah.”“Dia mencium lehermu,” Brent berkata dengan datar. “Berani sekali dia menyentuh istriku!”“Bagaimana kau bisa tahu?” Beverley terkejut dan sedikit kebingungan. Dia belum menceritakan situasi sebelumnya di kantor Mr. Davis pada Brent. Tapi kenapa pria itu tahu Mr. Davis sempat mencium lehernya?Kemudian Brent menunjukkan potongan video pendek itu pada Beverley. Wanita itu segera menggeleng. “Ini memang terjadi, tapi aku tidak berselingkuh! Omong kosong apa ini?”Beverley menjadi kesal dan marah dengan pesan tuduhan yang ada di ponsel Brent. Benar-benar ada orang yang ingin merusak hubungannya dengan Brent. Orang itu pasti sangat membenci dia dan pernikahannya dengan Brent. Kira-ki
Seharian ini Brent berada di Sweet Serenity Cafe. Tentu saja dia tidak menganggur. Laptop dan tablet menyala di depannya. Jace juga datang ke sana. Mereka tetap bekerja meskipun lebih santai.Para staff kafe pada awalnya merasa canggung dengan keberadaan dua pria itu. Namun, Beverley meminta mereka untuk mengabaikan Brent. Akhirnya mereka hanya menganggap pria itu seperti pelanggan biasa.Untungnya Brent juga tidak mengganggu Beverley atau siapa pun. Pria itu sangat professional. Namun, tetap saja keberadaannya membuat Beverley merasa canggung, salah tingkah, dan tidak bebas.Dia diam-diam memerhatikan Brent dari jauh dengan wajah datar. Tidak bisakah pria itu pergi saja? Ingin sekali dia mengusirnya.“Bu, apakah dia mencemaskanmu karena sakit sehingga ingin tetap di sini?” Ciara berbisik.Beverley memang terlihat seperti orang sakit. Tubuhnya lemah, wajahnya lelah dan tidak bersemangat, suaranya juga serak. Dia memakai syal, padahal ini bukan musim dingin.Itu sebenarnya bukan karena
Brent menghampiri dua tamu yang sudah lama menunggunya. Mereka segera menyambut kedatangannya seolah tidak keberatan dengan keterlambatan Brent. Mereka juga menyapa Beverley dengan ramah.Beverley membalasnya dengan keramahan yang sama meskipun masih sedikit bingung dan penasaran. Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Brent memeriksa kotak kaca itu.Bingkainya terbuat dari emas murni dan kacanya cukup tebal. Itu seharusnya tidak mudah pecah. Kain sutra berwarna ungu ametis di dalamnya terlihat berkilauan di bawah cahaya lampu. Itu indah.Dia akhirnya mengangguk dengan puas. “Sangat bagus. Silakan kirimkan tagihannya pada asistenku. Dia yang akan mengurus pembayarannya.”“Baik, Tuan Oliver,” jawab pria berusia dua puluh lima tahunan yang berambut keriting.“Kalau begitu kami tidak akan bersama-lama. Terima kasih banyak sudah memercayai kami untuk membuat ini. Kami merasa sangat beruntung,” ucap pria yang satunya.Brent tersenyum. “Bukan masalah.”Kedua pria itu akhirnya pergi setelah
Beberapa hari kemudian Beverley menjadi semakin sibuk dan semakin sibuk dengan pekerjaannya. Namun, pada suatu sore, dia menyempatkan diri untuk datang ke rumah ayahnya. Ada sesuatu yang ingin dilakukan di sana.Dia menekan bel rumah. Tak selang lama kemudian, Bibi Jane membuka pintu. Wanita itu tersenyum lebar melihat kedatangannya. “Beverley, kau akhirnya datang!”Beverley tersenyum manis. “Bibi Jane, bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali sejak aku pulang ke sini.”“Kabarku sangat baik. Ayo silakan masuk. Kebetulan Dokter Arnold ada di sini.”“Oh, benarkah?” Beverley segera masuk. Dia tidak tahu detail jadwal kedatangan dokter pribadi ayahnya. Ini hal bagus karena dia bisa bertanya tentang perkembangan kesehatan James.Tepat ketika Beverley sampai di depan kamar ayahnya, seorang pria berkemeja biru muda keluar bersama Emma. Pria itu adalah Arnold, dokter yang sudah dibayar oleh keluarga Oliver untuk mengobati James.“Ah, Mrs. Oliver, kau juga ada di sini.” Arnold tersenyum pada Bever
“Tolong beri aku satu kesempatan,” pinta Chris.Beverley tidak menjawab. Dia buru-buru mendorong keranjang belanjaannya untuk menjauh dari Chris. Sulit baginya untuk berdamai dengan pria itu setelah semua hal buruk yang Chris lakukan padanya.“Beverley, kumohon!” Chris mengejarnya. Pria itu berlari lalu menghadang di depan Beverley. “Beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku.”“Tolong jangan datang menemuiku lagi,” pinta Beverley dengan lirih.“Kenapa? Apa kau benar-benar tidak ingin memaafkanku?”Beverley mencengkeram keranjang belanjaannya dengan erat. “Jika kau benar-benar menyesal, tolong turuti keinginanku. Bisakah?”Chris menggeleng. “Aku adalah saudara iparmu. Aku ingin memiliki hubungan baik denganmu, bukan saling menjauh atau menghindar.”“Bagaimana mungkin?” Beverley tersenyum masam. “Kau tahu aku adalah istri Brent, tapi kau berani melakukan hal-hal itu. Apa kau bahkan menghargai dia? Bukan hanya aku dan harga diriku yang kau sakiti, tapi juga Brent!”“Aku mabuk malam i
Brent dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Natalie dalam waktu tiga hari yang singkat. Mereka menyerahkannya kepada pihak kepolisian hingga akhirnya penangkapan pun dilakukan.Beverley ikut dalam penangkapan itu. Pada awalnya Brent melarangnya, tapi dia bersikeras ingin ikut. Dia ingin melihat apakah Natalie akan mengakui kejahatannya.“Dia memiliki niat untuk mencelakaimu, Sayang,” ucap Brent saat mobil yang mereka tumpangi sampai di apartemen Natalie. Dia menatap istrinya itu dengan lembut. “Jangan sampai dia melakukannya lagi.”“Jangan khawatir, Brent. Dia tidak akan melakukannya karena kita datang bersama petugas polisi.”Brent akhirnya mencium keningnya dengan penuh cinta. “Baiklah. Ayo turun.” Dia membuka pintu lalu menuntun Beverley keluar dari mobil.Beverley tertawa kecil. Sejak mengetahui kehamilannya, sikap Brent menjadi lebih lembut padanya. Pria itu juga akan mengabulkan apa pun keinginannya. Dia begitu manis dan penuh kasih sayang.Para petugas
Kematian Chris merupakan pukulan berat untuk Brent dan Michael. Chris telah banyak merugikan mereka dan menyebabkan banyak masalah untuk keluarga. Namun, mereka sama sekali tidak menginginkan kematiannya.Berhari-hari setelah proses pemakaman dilakukan, Brent menjadi sangat sibuk. Dia berjuang untuk menyelidiki siapa yang telah mendalangi kecelakaan itu. Pihak kepolisian melakukan penyelidikan, tapi dia tidak bisa hanya mengandalkan mereka.Karena masalah itu, waktunya untuk Beverley juga berkurang banyak. Wanita itu memakluminya. Namun, dia menjadi penasaran seserius apa masalahnya.Hampir tengah malam, Brent belum naik ke kamar tidur padahal dia sudah pulang dari kantor. Beverley menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak ada seorang pun yang terlihat di mansion itu. Para pelayan sudah beristirahat.Dia mengintip ke luar halaman dan melihat mobil Ryan parkir di sana. ‘Mereka masih ada di sini,’ batin Beverley.Dengan hati-hati dia melangkah mendekati ruang baca yang jarang digunakan. I
Air mata menetes di wajah Brent. Dia langsung berbalik lalu memeluk Beverley. Tubuhnya gemetar dan dia menangis dalam diam.Beverley memeluk pria itu dengan erat. Dia mengerti kesedihannya. Brent biasanya terlihat begitu membenci Chris. Namun, pria itu selalu melindunginya.Semarah apa pun Brent, dia tidak pernah bertindak kejam atau terlalu jauh pada Chris. Ancaman-ancaman yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang tidak sungguh-sungguh dia lakukan. Pria itu diam-diam selalu menyayangi saudaranya. Atau dia tidak pernah menyadarinya.“Aku tidak buru-buru untuk berdamai dengan dia. Kupikir … masih ada banyak waktu yang tersisa,” bisik Brent dengan mata terpejam.“Seharusnya aku tidak pergi ke New York. Itu pastilah tanda-tandanya," gumamnya.Beverley mengusap punggung Brent dengan lembut. Telapak tangannya merasakan jejak kain melintang di punggungnya. Keningnya berkerut dalam. Apakah yang Chris katakan benar? Dia mencoba mengesampingkan hal itu sementara.“Brent, bahkan jika kau t
Tubuh Chris tergeletak di tengah jalan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Wajahnya bersimbah darah. Dia berdiam dan tak bergerak.Beverley gemetaran melihat apa yang baru saja terjadi. Wajahnya pucat pasi. “Tidak. Tidak. Chris, apa kau baik-baik saja?!”Dia mencoba berdiri, tapi kakinya sakit dan lemah. Perut dan kepalanya juga sakit. Dengan panik dia merangkak mendekati pria itu.Chris tersedak dan kehabisan napas. Beverley langsung menangis setelah melihat betapa buruknya kondisinya. Dia segera memegang tangannya.“Chris, aku akan memanggil bantuan. Tolong bertahanlah,” pintanya dengan suara bergetar. Dia segera mengambil ponselnya tapi Chris mencengkeram tangannya.“Beverley ….” Chris memanggilnya dengan lemah.“Jangan katakan sesuatu dulu, kumohon.” Beverley sambil menangis mencoba mengendalikan tangannya yang gemetar. Dia menekan nomor 911 dengan panik.“Maafkan aku … Bev,” bisik Chris dengan susah payah. Dia merasa tubuhnya melayang semakin tinggi. Dadanya sesak. Rasa sakit m
Upacara pemakaman untuk Emma dilakukan dengan cepat. James dan Beverley sepakat untuk membuat semuanya sederhana dan tidak mencolok. Mereka juga tidak mengundang banyak orang.Pemakaman itu dilakukan sehari kemudian. Beverley berdiri di belakang ayahnya yang berjongkok di dekat batu nisan. Upacara pemakaman itu sudah selesai. Orang-orang yang datang sebagian sudah pergi.Michael menghampiri Beverley. Pria tua itu menepuk pundaknya dan berbisik, “Brent seharusnya akan segera tiba di LA. Anak itu benar-benar ….”Beverley menggeleng dan tersenyum. “Dia mengalami beberapa kendala yang membuatnya tertunda. Tidak apa-apa. Lagi pula dia berada di negara bagian lain. Perjalanan pulang akan memakan waktu berjam-jam.”Kemarin Brent bilang akan segera pulang setelah rapat selesai. Namun, pria itu mengaku menemukan masalah serius yang mustahil untuk ditinggalkan. Akhirnya dia baru bisa kembali hari ini.“Aku senang karena kau memakluminya. Setelah Brent tiba di mansion nanti, aku akan langsung me
Keesokan harinya, sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Pagi itu Beverley baru sampai di kafe Katy. Ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari James.“Sangat jarang James meneleponku,” gumamnya. Dia segera menjawab telepon itu. “Halo, Ayah.”Suara tangisan James tiba-tiba memasuki telinga Beverley. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan itu membuatnya khawatir. “Ayah, ada apa? Kenapa kau menangis?”James terisak. “Emma ….”“Kenapa dengan Emma?” Beverley segera berdiri dari kursi. Perasaannya menjadi tidak tenang. Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?“Dia mengonsumsi begitu banyak obat-obatan terlarang. Dia overdosis, Bev,” bisik James dengan suara lemah.Beverley menggeleng tidak percaya. “Bagaimana … bagaimana mungkin?”Suara isak tangis James kembali terdengar bersama dengan suara keributan beberapa orang. Ada banyak orang di tempat di mana pria itu berada. Dan itu semakin membuat Beverley khwatir.“Ayah, di mana Ayah sekarang? Aku akan segera ke sana.”“Datanglah ke rumah,
Pagi itu Beverley bangun dengan tubuh pegal-pegal. Sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Dia mengusap lembut dada Brent yang menjadi bantalnya, lalu menghela napas.Hari ini pria itu akan pergi ke New York seperti biasa. Itu akan memakan waktu beberapa hari. Jadi mereka telah menghabiskan malam yang panas sebelum berpisah.“Aku tidak mau pergi,” bisik Brent dengan mata terpejam. Suaranya masih serak karena baru bangun tidur. Belaian di dadanyalah yang telah membangunkannya.“Kenapa?”“Mungkin karena aku tidak mau berpisah denganmu. Apa kau mau ikut?”Beverley mendesah. “Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan, Brent. Kau tahu aku sangat sibuk akhir-akhir ini,” jawabnya sambil mendengarkan detak jantung Brent.“Ya. Kau bahkan menjadi lebih kurus.” Brent mengusap punggung istrinya. “Jangan terlalu lelah, Sayang. Kau makan dengan baik, kan?”Beverley mengangguk. Sebenarnya dia merasa lelah. Tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Mungkin karena sekarang pekerjaannya dua
Brent tidak bisa berkata-kata. Tanggapan Beverley benar-benar di luar dugaannya. Wanita itu sama sekali tidak marah atau berpikir negatif padanya. Dia justru peduli pada Brent yang tidak nyaman dengan tindakan Natalie.“Sayang, kau memang tampan. Sangat wajar jika ada wanita yang terobsesi denganmu. Apa kau takut, hm?” Beverley mengusap kepala Brent seperti seorang ibu yang sedang memedulikan anaknya. “Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan seseorang melecehkanmu lagi.”“.…”Brent tidak tahu apakah harus tertawa. Dia menahan senyumnya. Hatinya merasa hangat dengan perlakuan Beverley. Tanpa mengatakan apa-apa dia langsung mencium bibirnya dengan lembut.Natalie yang melihat itu menjadi cemburu. Dia kesal setengah mati. Siapa yang tahu ternyata Beverley tidak terpancing olehnya? Wanita itu justru begitu melindungi Brent!Kemudian Beverley melepaskan ciuman Brent. Dia tertawa kecil lalu berbalik menatap Natalie. Eskpresinya berubah menjadi dingin. Tatapannya tajam.“Apa kau belum puas me
Beverley menggigit bibirnya ketika tangan Brent mengusap celana dalamnya. “Kau sudah basah, Sayang,” bisik pria itu penuh kepuasan. Beverley hanya bisa menahan rasa malu.Tangan Brent menekan titik sensitifnya dari luar celana dalam. Beverley langsung mencengkeram paha pria itu. “Brent, aku takut keluar di sini,” desisnya dengan khawatir.Pria itu mencium pipinya dengan lembut. “Aku akan bertanggung jawab.”Celana pendek Beverley terbuat dari bahan katun sehingga itu mempermudah Brent untuk bertindak lebih jauh. Jari-jarinya menyusup masuk ke celana dalamnya. Dia akhirnya menyentuh lubangnya yang basah.Tubuh wanita itu langsung gemetar ketika jari-jari Brent menggosok area itu. Beverley susah payah menahan erangannya. Dia menggigit jarinya agar tidak ada suara yang keluar.Brent terkikik. Beverley menjadi kesal. “Untuk apa kau tertawa? Kau benar-benar menyiksaku!”“Menyiksamu?”“Ya-mmhh ….” Brent menggosok titik sensitifnya lagi dan tubuh Beverley langsung menegang. Kepalanya mendong