Share

Bab 5

Author: Kakesa_D
last update Last Updated: 2024-12-17 09:46:44

Setelah berhari-hari memantapkan hati, Damira akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar kuliah secara online. Meski dengan koneksi internet yang terkadang lambat, ia dengan sabar mengisi setiap formulir yang diminta panitia pendaftaran. Ia juga mengunggah berkas-berkas yang dibutuhkan, mulai dari ijazah SMK hingga dokumen identitas.

“Semoga ini jalan yang benar,” gumamnya sambil menekan tombol submit pada akhir proses pendaftaran.

Tiga hari menunggu hasil penerimaan terasa seperti tiga minggu bagi Damira. Ia menghabiskan waktu dengan mencoba melupakan kekhawatirannya, tetapi pikirannya terus kembali ke satu pertanyaan besar: Apakah aku diterima?

Pengumuman yang Mengubah Segalanya

Pagi itu, saat membuka email, Damira menemukan pesan dari pihak kampus. Dengan tangan bergetar, ia membuka isi pesan tersebut.

“Selamat! Anda diterima sebagai mahasiswa program D3 di Universitas Suraka.”

Damira menutup mulutnya, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia baca. Matanya berkaca-kaca, tetapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan kebahagiaan.

“Ibu, aku diterima!” serunya kepada ibunya yang sedang di dapur.

Ibunya keluar dengan wajah sedikit bingung. “Kamu diterima, Mira? Maksudnya kuliah itu?”

Damira mengangguk, senyum lebar menghiasi wajahnya. “Iya, Bu. Aku diterima. Aku bakal kuliah di Kota Suraka.”

Meski masih ada keraguan di wajah ibunya, ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Damira tahu bahwa ibunya masih belum sepenuhnya setuju dengan keputusannya, tetapi Damira merasa ini adalah langkah yang harus ia ambil.

Tahun Pandemi yang Tidak Terduga

Namun, tahun 2020 bukanlah tahun yang biasa. Di seluruh dunia, orang-orang sedang menghadapi pandemi COVID-19. Kota-kota dipenuhi orang-orang yang memakai masker, dan kegiatan sehari-hari berubah drastis.

Kampus tempat Damira diterima pun tidak membuka perkuliahan tatap muka. Semua dilakukan secara daring.

“Jadi kuliahnya cuma lewat layar, ya?” gumam Damira ketika membaca informasi dari kampus. Ia merasa sedikit kecewa karena tidak bisa merasakan suasana kampus yang sebenarnya. Namun, ia tahu bahwa ini adalah bagian dari situasi yang harus diterima.

Dengan keputusan itu, Damira akhirnya berangkat ke Kota Suraka, meski tidak untuk masuk kelas secara langsung. Ia ingin berada di dekat kampus, sekaligus mencoba mencari pengalaman baru yang mungkin bisa mendukung kehidupannya di kota.

Membantu di Toko Bibi

Setibanya di Kota Suraka, Damira tinggal di rumah bibinya yang memiliki toko kelontong kecil di dekat pasar. Bibinya menyambutnya dengan tangan terbuka, senang melihat keponakannya berani melanjutkan pendidikan.

“Kalau kamu kuliah daring, nggak apa-apa bantu-bantu Bibi di toko. Lumayan buat pengalaman,” kata bibinya saat mereka berbincang di dapur malam itu.

Damira mengangguk. Ia tahu bahwa membantu di toko juga bisa menjadi salah satu cara untuk meringankan beban hidupnya selama di kota.

Keesokan harinya, Damira mulai belajar tentang cara menjalankan toko. Ia membantu menjaga kasir, mengatur stok barang, dan melayani pelanggan.

“Ada yang beli garam, Mi,” ujar Damira kepada bibinya ketika ada pelanggan yang datang.

“Ambil aja di rak paling bawah,” jawab bibinya dengan ramah.

Damira merasa bahwa membantu di toko memberikan pelajaran berharga. Ia belajar bagaimana berkomunikasi dengan berbagai jenis orang, mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaan, serta memahami lebih banyak tentang kehidupan di kota.

Kuliah Daring: Tantangan Baru

Di sela-sela membantu di toko, Damira mengikuti perkuliahan daring. Ia harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru, di mana ia hanya bisa bertatap muka dengan dosen dan teman-temannya melalui layar laptop.

“Ini tugasnya harus dikumpulin minggu depan, ya,” kata salah satu dosennya melalui aplikasi video konferensi.

Damira mencatat dengan tekun, meski kadang koneksi internet yang lambat membuatnya frustrasi. Ia tahu bahwa kuliah daring memiliki tantangan tersendiri, tetapi ia bertekad untuk tetap fokus dan menyelesaikan pendidikannya dengan baik.

Di sela-sela perkuliahan, Damira sering mendengar cerita dari teman-temannya tentang kesulitan mereka selama pandemi. Ada yang kehilangan pekerjaan orang tua, ada yang merasa kesulitan mengikuti pelajaran secara daring, dan ada yang bahkan harus berhenti kuliah karena tidak mampu membayar biaya.

Cerita-cerita itu membuat Damira semakin bersyukur atas kesempatan yang ia miliki. Meskipun situasinya tidak sempurna, ia merasa bahwa ini adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih baik.

Refleksi Tentang Perjodohan

Di tengah kesibukannya, Damira masih sering memikirkan perjodohan yang pernah ditawarkan ibunya. Ia tahu bahwa ibunya hanya ingin yang terbaik untuknya, tetapi ia juga merasa bahwa menikah terlalu cepat bukanlah jawaban untuk hidupnya.

Ketika melayani pelanggan di toko atau mengikuti kuliah daring, Damira sering bertanya pada dirinya sendiri, “Kalau aku nggak mengambil kesempatan ini, apa yang bakal terjadi sama aku? Apa aku bakal hidup seperti kebanyakan perempuan di desaku?”

Ia merasa bahwa keputusannya untuk melanjutkan kuliah adalah cara terbaik untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu. Ia ingin menunjukkan kepada ibunya bahwa ia bisa menjadi seseorang yang mandiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain untuk merasa utuh.

“Aku nggak tahu apakah nanti aku bakal sukses atau nggak. Tapi setidaknya aku berani mencoba,” pikir Damira.

Harapan Baru

Setiap malam, sebelum tidur, Damira sering merenungkan perjalanan hidupnya sejauh ini. Ia merasa bahwa meskipun banyak hal yang masih belum pasti, ia telah mengambil langkah yang benar menuju masa depan yang ia inginkan.

Kehidupan di Kota Suraka mungkin tidak selalu mudah, tetapi Damira merasa bahwa setiap tantangan yang ia hadapi adalah pelajaran berharga. Ia percaya bahwa dengan tekad dan usaha, ia bisa mencapai apa yang ia impikan.

---

Bab ini menggambarkan awal perjalanan Damira di Kota Suraka, di mana ia mulai menjalani kuliah daring sambil membantu bibinya di toko. Meskipun pandemi COVID-19 membawa banyak tantangan, Damira tetap berusaha untuk menjalani hidupnya dengan semangat dan harapan. Bab ini menjadi titik awal bagi Damira untuk membangun kehidupan yang lebih mandiri dan bermakna.

Related chapters

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 6

    Pagi itu, seperti biasa, Damira terbangun dari tidurnya sebelum matahari terbit. Udara Kota Suraka yang segar namun sedikit dingin menambah semangatnya untuk memulai hari. Setelah mandi dan berganti pakaian sederhana, ia segera menuju dapur untuk membuat secangkir teh hangat.“Semangat, Damira. Ini semua demi masa depan,” gumamnya pada diri sendiri sambil menyeruput teh.Rutinitas Damira kini jauh berbeda dari kehidupannya di desa. Di Kota Suraka, ia memiliki tanggung jawab baru yang membutuhkan manajemen waktu yang baik. Selain mengikuti perkuliahan daring, ia juga membantu bibinya menjaga toko kelontong. Dengan semua itu, ia harus memastikan dirinya tetap fokus pada tujuan utamanya: menyelesaikan pendidikan.Rutinitas Pagi di TokoSetelah menyelesaikan sarapannya, Damira langsung menuju toko bibinya. Sebelum pelanggan mulai berdatangan, ia membersihkan rak-rak barang, menyapu lantai, dan mengecek stok barang yang mulai menipis.“Mira, kalau ada barang yang habis, catat ya. Bibi nant

    Last Updated : 2024-12-17
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 7

    Setelah setahun penuh menjalani kuliah daring, akhirnya Damira merasakan atmosfer kampus yang sesungguhnya. Di tahun itu, tepatnya di semester tiga, ia mulai menjalani perkuliahan tatap muka. Hari pertamanya kembali ke kampus terasa sangat istimewa. Udara pagi yang sejuk, hiruk-pikuk kendaraan di jalan, serta suasana baru yang ia rasakan ketika melangkah menuju gedung perkuliahan memberinya energi yang berbeda. “Ini hari baru, Damira,” gumamnya pelan sambil tersenyum kecil. Ketika ia tiba di kampus, suasananya begitu ramai. Teman-teman seangkatan berkumpul, beberapa bercanda, ada juga yang sibuk mengamati jadwal kuliah di ponsel mereka. Wajah-wajah yang sebelumnya hanya ia lihat melalui layar komputer kini terlihat jelas. Damira melangkah masuk ke aula kampus, merasa sedikit canggung namun tetap antusias. “Damira! Akhirnya kita ketemu langsung!” seorang temannya menyapanya dengan semangat. Damira tersenyum sambil menjawab, “Iya, rasanya aneh ya, setelah setahun cuma lihat di la

    Last Updated : 2025-01-10
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 8: Tekad Damira untuk Bertahan

    Semester tiga menjadi titik baru bagi Damira. Setelah satu tahun menjalani kuliah daring, kini ia menjalani kuliah tatap muka yang penuh tantangan dan dinamika. Setiap pagi, rutinitasnya dimulai lebih awal dari biasanya. Dengan jadwal yang semakin padat, ia harus membagi waktu antara kuliah, praktik, tugas, dan pekerjaan paruh waktu di toko bibinya.Namun, bukan hanya kesibukan akademik yang menguji ketahanan Damira. Tekanan dari keluarga, terutama ibunya, masih menjadi beban yang terus menghantui."Damira, kamu jangan lupa sama janji kamu ya. Kuliah itu bukan alasan buat menunda pernikahan," ujar ibunya dalam salah satu panggilan telepon malam.Damira menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Iya, Bu. Aku tahu. Tapi aku juga ingin fokus dulu, supaya nanti masa depanku lebih baik," jawabnya dengan suara lembut.Jawaban Damira selalu sama, namun ia tahu bahwa dalam hati ibunya masih menyimpan keraguan.Kehidupan Kampus dan Tekanan SosialKembali ke kehidupan kampus secara tatap muk

    Last Updated : 2025-01-18
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 9: Langkah Kecil Menuju Mandiri

    Kuliah di semester tiga mulai berjalan dengan ritme yang lebih menantang. Damira merasa harus terus menyesuaikan diri dengan beban akademik yang semakin berat. Namun, ia tetap merasa bersyukur karena akhirnya bisa menjalani kelas tatap muka, sebuah pengalaman yang sangat ia rindukan setelah lama belajar secara daring.Setiap pagi, Damira bangun lebih awal untuk menyelesaikan rutinitas sehari-hari di kamar kosnya. Ia mencuci baju, menyiapkan sarapan sederhana, dan merapikan tempat tidurnya sebelum bersiap ke kampus. Jadwalnya yang padat membuatnya belajar untuk lebih disiplin dalam mengatur waktu.Persahabatan yang MenguatDi kampus, Damira mulai membangun hubungan yang lebih erat dengan beberapa teman sekelasnya. Mereka sering belajar bersama, berbagi materi, hingga mengerjakan tugas kelompok.Salah satu teman yang paling dekat dengannya adalah Dinda. Dinda adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu mendukung Damira.“Damira, aku salut sama kamu. Kamu kelihatan banget tekunny

    Last Updated : 2025-01-18
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 10: Ujian Kemandirian

    Semester demi semester berlalu, dan Damira semakin tenggelam dalam rutinitas kuliah dan pekerjaan di toko bibinya. Kesehariannya dipenuhi dengan jadwal yang padat, tetapi ia merasa semua itu adalah bagian dari proses untuk menjadi pribadi yang mandiri.Pada suatu pagi, Damira menerima kabar dari kampus bahwa akan ada ujian tengah semester yang jadwalnya berdekatan dengan beberapa tenggat tugas besar. Wajahnya sedikit tegang, tetapi ia tahu bahwa panik tidak akan membantu menyelesaikan masalah.“Ujian minggu depan, ya. Tugas kelompok juga harus selesai sebelum itu,” gumamnya sambil memandangi kalender di dinding kamar kosnya.Damira segera menyusun jadwal belajar. Ia mulai membagi waktu antara belajar di rumah dan membantu di toko bibinya. Meskipun berat, ia berusaha untuk tidak mengeluh.Dukungan dari DindaSuatu sore, saat sedang belajar di perpustakaan, Dinda datang dengan membawa kopi untuk Damira.“Damira, jangan lupa istirahat, ya. Kamu kelihatan capek banget,” ujar Dinda dengan

    Last Updated : 2025-01-18
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 11: Tantangan dan Kesempatan Baru

    Pagi yang cerah di kota Surakarta membawa semangat baru bagi Damira. Hari itu adalah awal semester baru, di mana ia tidak hanya menghadapi jadwal kuliah yang lebih padat, tetapi juga mendapatkan kabar tentang program magang yang akan diadakan kampusnya.Damira duduk di kelas saat dosen menyampaikan informasi tersebut.“Mahasiswa semester empat ke atas akan mendapat kesempatan untuk mengikuti program magang di berbagai instansi atau perusahaan mitra kampus. Ini adalah peluang bagus untuk meningkatkan pengalaman kalian sebelum lulus,” jelas dosen.Mendengar itu, hati Damira langsung berdebar. Ia tahu ini adalah kesempatan emas untuk belajar lebih banyak dan menambah pengalaman kerja.Diskusi dengan Teman-TemanSaat istirahat, Damira bergabung dengan Dinda dan teman-teman lainnya di kantin.“Damira, kamu mau ikut program magang itu?” tanya Dinda sambil menyeruput es teh.“Iya, aku pikir ini kesempatan bagus. Kalau dapat tempat magang yang cocok, bisa sekalian belajar dunia kerja,” jawab

    Last Updated : 2025-01-19
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 12: Bekerja Keras untuk Masa Depan

    Hari-hari magang Damira berlalu dengan cepat. Rutinitasnya menjadi lebih padat, tetapi ia menikmati setiap tantangan yang dihadapinya. Pagi hari dimulai dengan kelas di kampus, diikuti dengan pekerjaan magang di perusahaan hingga sore. Meski lelah, ia merasa puas karena setiap langkahnya mendekatkannya pada impian.Kesempatan BerhargaSuatu hari, supervisor di tempat magang memanggil Damira ke ruangannya.“Damira, saya melihat perkembanganmu selama beberapa minggu ini. Saya ingin menawarkanmu tugas yang lebih menantang,” ujar supervisor dengan senyum ramah.“Tugas apa, Pak?” tanya Damira dengan antusias.“Kami membutuhkan seseorang untuk membantu proyek baru. Kamu akan bekerja langsung dengan tim inti kami. Ini kesempatan bagus untuk belajar lebih banyak,” jelasnya.Damira merasa terhormat mendapat kepercayaan itu. Ia mengangguk mantap. “Terima kasih atas kesempatannya, Pak. Saya akan melakukan yang terbaik.”Diskusi dengan IbuDi malam hari, setelah selesai mengerjakan tugas kampus,

    Last Updated : 2025-01-19
  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 13: Keteguhan Hati

    Hari itu, Damira sibuk mempersiapkan laporan proyek di kantor magangnya. Ia merasa puas karena hasil kerjanya mendapat banyak apresiasi dari tim. Namun, di tengah kesibukannya, sebuah panggilan telepon dari ibunya mengalihkan perhatian.“Damira, kapan kamu pulang ke rumah? Ibu ingin kita bicara soal rencana pernikahanmu lagi,” suara ibunya terdengar penuh harapan.Damira terdiam sejenak, mencoba mengatur emosi. “Bu, aku sedang banyak tugas dan tanggung jawab di sini. Apa tidak bisa nanti saja kita bicarakan?” tanyanya pelan.“Ibu mengerti kamu sibuk, tapi ini penting, Nak. Ibu ingin memastikan kamu tidak lupa dengan rencana keluarga,” jawab ibunya.Damira tahu, di balik nada lembut ibunya, ada tekanan yang sulit ia abaikan.Diskusi dengan RekanSetelah telepon itu, Damira merasa gundah. Ia memutuskan berbagi cerita dengan salah satu rekan magangnya, Kak Alia, yang sering memberinya nasihat.“Damira, aku tahu ini nggak mudah buat kamu. Tapi kalau kamu yakin dengan jalan yang kamu pilih

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 36

    Hari-hari terus berlalu, dan Damira semakin terbiasa dengan rutinitasnya di rumah sakit. Ia belajar lebih banyak setiap harinya, menghafal istilah medis dalam bahasa Jerman, serta memahami cara menangani pasien dengan profesionalisme yang tinggi. Namun, ada satu hal yang masih sulit ia hadapi—rasa rindu pada keluarganya. Suatu malam, setelah pulang dari shift sore yang melelahkan, Damira merebahkan diri di tempat tidurnya. Ia meraih ponselnya dan membuka galeri foto. Foto dirinya bersama ibunya saat perpisahan di bandara membuat dadanya terasa sesak. Sofia yang sekamar dengannya melirik. “Rindu rumah?” Damira mengangguk pelan. “Iya, Sofia. Kadang aku berpikir, apa aku membuat keputusan yang benar?” Sofia tersenyum. “Kalau kamu tidak ke sini, mungkin sekarang kamu sudah menikah karena perjodohan itu.” Damira terdiam. Ya, benar. Jika ia mengikuti kemauan ibunya dulu, mungkin ia sudah menjadi istri seseorang tanpa pernah mengalami semua ini. Ia mungkin tidak akan pernah tahu bag

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 35

    Damira duduk gelisah di kamar kosnya, menatap layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pengumuman hasil seleksi program pelatihan perawat internasional. "Apa aku lolos?" pikirnya sambil menggigit bibir. Pesan dari Sofia muncul di layar. Sofia: "Damira! Sudah cek pengumuman? Aku deg-degan banget!" Damira buru-buru membuka situs resmi rumah sakit dan mencari namanya di daftar peserta yang lolos. Jari-jarinya gemetar saat menggulir layar ke bawah. Dan di sana, ia menemukannya. Damira Azzahra – Lolos Seleksi Program Pelatihan Perawat Internasional Jantungnya berdegup kencang. Ia menutup mulutnya dengan tangan, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. "Aku... aku lolos!" serunya dengan suara bergetar. Teleponnya langsung berdering. Sofia menelepon dengan suara penuh semangat. “Damira! Kita lolos! Aku nggak nyangka!” Damira tertawa kecil, masih dalam keadaan setengah terkejut. "Iya, Sof! Ini beneran terjadi!" Sofia tertawa di sebe

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 34

    Setelah menerima kepastian bahwa perjodohan itu benar-benar batal, Damira merasa lebih ringan. Kini, ia bisa fokus sepenuhnya pada masa depannya tanpa bayang-bayang paksaan dari keluarga.Ia mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jika ingin bekerja di luar negeri, ia harus mempersiapkan diri dari sekarang. Ia mulai mencari informasi tentang peluang kerja di luar negeri untuk lulusan keperawatan, termasuk syarat, sertifikasi, dan jalur yang bisa ia tempuh.Malam itu, di kamar kosnya, Damira membuka laptop dan mulai mencari informasi lebih dalam.“Bekerja sebagai perawat di luar negeri… butuh sertifikasi tambahan?” gumamnya sambil membaca sebuah artikel.Ternyata, untuk bisa bekerja di luar negeri, ia perlu mengambil ujian kompetensi tambahan dan memiliki pengalaman kerja yang cukup.“Berarti, aku harus mulai dari sekarang,” pikirnya.Ia membuat daftar langkah-langkah yang harus ia lakukan:1. Menyelesaikan magang dengan hasil terbaik.2. Meningkatkan keterampilan bahasa asing, terutam

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 33

    Hari itu, setelah selesai dengan tugas magangnya, Damira duduk di balkon kosnya sambil menikmati secangkir teh hangat. Ia masih memikirkan pesan dari laki-laki yang dulu dijodohkan dengannya.Ia ingin bertanya lebih lanjut, tapi di sisi lain, ia ragu.Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama yang muncul di layar membuatnya terkejut—ibunya menelepon.“Assalamu’alaikum, Bu.”“Wa’alaikumsalam. Kamu sibuk, Nak?”Damira tersenyum kecil. “Tidak, Bu. Ada apa?”“Ibu hanya ingin bertanya… Kamu benar-benar sudah mantap dengan pilihanmu?”Damira terdiam. Ia tahu ibunya pasti sedang membahas perjodohan itu lagi.“Ibu…” Damira menarik napas dalam. “Aku ingin sukses dulu, Bu. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri. Aku tidak menolak pernikahan selamanya, tapi aku ingin menikah di waktu yang tepat, dengan orang yang benar-benar aku pilih sendiri.”Di seberang telepon, ibunya tidak langsung menjawab. Ada jeda yang cukup lama sebelum akhirnya ibunya menghela napas.“Ibu mengerti, Nak.”Jawaban itu membu

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 32

    Hari-hari Damira semakin sibuk. Selain kuliah, ia juga bekerja paruh waktu di restoran. Setiap pagi ia harus berangkat lebih awal untuk mengikuti kelas, lalu melanjutkan pekerjaan hingga malam hari.Terkadang rasa lelah menyerangnya, tapi ia terus mengingat tujuan awalnya—menjadi sukses dan mandiri.Suatu hari, saat sedang membersihkan meja, Sofia duduk di salah satu kursi sambil menatapnya prihatin."Damira, kamu tidak lelah?" tanyanya.Damira tersenyum kecil. "Lelah, tapi aku tidak boleh menyerah. Aku harus terus maju."Sofia menghela napas. "Aku mengerti. Tapi jangan sampai kamu jatuh sakit. Ingat, kesehatan itu penting."Damira mengangguk. Ia tahu Sofia benar. Ia harus lebih menjaga keseimbangan antara belajar, bekerja, dan istirahat.Namun, dalam pikirannya, ia terus bertanya-tanya: Apakah semua ini akan cukup untuk membuktikan bahwa aku bisa berdiri sendiri?---Mendapat Tawaran MagangBeberapa bulan berlalu, hingga suatu hari Damira mendapatkan email dari kampusnya."Selamat! A

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 31

    Minggu-minggu pertama di luar negeri terasa begitu menantang bagi Damira. Meskipun ia sudah mempersiapkan diri sebelum berangkat, kenyataan di lapangan jauh lebih sulit dari yang ia bayangkan.Di kelas, ia harus berkonsentrasi ekstra untuk memahami penjelasan dosen yang berbicara cepat dengan aksen yang berbeda. Ia sering mencatat lebih banyak daripada teman-temannya karena takut ada materi yang terlewat.Suatu hari, saat sesi diskusi kelompok, seorang mahasiswa lokal bertanya padanya, "Apa pendapatmu tentang kasus yang kita bahas tadi?"Damira terdiam beberapa detik, mencoba merangkai kata dalam bahasa asing. "Aku pikir... ini sangat penting untuk... melihat dari perspektif yang berbeda."Mahasiswa lain menunggu, seakan mengharapkan penjelasan lebih lanjut. Damira merasa gugup. Namun, salah satu temannya, Sofia, membantunya dengan mengembangkan ide yang ia coba sampaikan.Setelah kelas selesai, Sofia menepuk pundaknya. "Kamu sudah melakukan yang terbaik. Lama-lama kamu pasti lebih la

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 30

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Damira berdiri di depan cermin, mengenakan jaket tebal karena negara tujuan beasiswanya memiliki musim yang lebih dingin dibandingkan Indonesia. Sebuah koper besar sudah siap di sampingnya, berisi semua kebutuhan yang akan menemaninya selama beberapa tahun ke depan.Ibunya duduk di kursi dekat pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ada kebanggaan, tapi juga kesedihan yang tersirat di matanya."Kamu yakin tidak akan menyesal pergi sejauh ini, Nak?" tanya ibunya pelan.Damira tersenyum, mendekat dan menggenggam tangan ibunya. "Bu, ini adalah kesempatan terbaikku. Aku ingin belajar, berkembang, dan menjadi seseorang yang bisa mandiri."Ibunya mengangguk pelan. "Ibu hanya ingin kamu bahagia.""Aku bahagia, Bu," jawab Damira dengan mantap.---Perpisahan di BandaraSaat tiba di bandara, suasana terasa penuh emosi. Lisa, yang datang untuk mengantar, memeluk Damira erat."Kamu harus sukses di sana, jangan sampai melupakan kami di sini," ucap

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 29

    Setelah mengirimkan aplikasi beasiswanya, hari-hari Damira terasa lebih menegangkan. Setiap kali ada notifikasi email masuk, jantungnya berdebar, berharap itu adalah kabar dari pihak penyelenggara beasiswa. Namun, ia tahu bahwa proses seleksi tidak akan berlangsung dalam semalam.Selama menunggu, ia tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Bangun pagi, pergi ke rumah sakit untuk bekerja, lalu kembali ke kampus untuk mengikuti kelas dan menyelesaikan tugas. Di sela-sela kesibukan itu, ia terus mengasah kemampuannya, membaca buku-buku tentang dunia medis, dan berlatih bahasa asing yang bisa menjadi nilai tambah dalam kariernya nanti.Lisa, teman dekatnya di rumah sakit, sering memperhatikan perubahan sikap Damira."Kamu kelihatan lebih fokus akhir-akhir ini," ujar Lisa suatu pagi saat mereka duduk di ruang istirahat.Damira tersenyum, mengaduk kopi dalam cangkirnya. "Aku ingin memastikan semua persiapan berjalan dengan baik. Kalau aku dapat beasiswa ini, itu akan sangat membantu."Li

  • Menikah Setelah Kuat Berdiri Sendiri   Bab 28

    Pagi ini, Damira bangun dengan semangat yang berbeda. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa lebih ringan. Mungkin karena semua kerja kerasnya mulai membuahkan hasil, atau mungkin karena ia semakin yakin bahwa keputusan yang diambil selama ini adalah yang terbaik.Saat melihat kalender di meja belajarnya, ia tersadar bahwa sudah hampir dua tahun sejak ia meninggalkan rumah dan berjuang sendiri di negeri orang. Awalnya, semuanya terasa berat. Ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, menekan perasaan rindu pada keluarga, dan menghadapi tekanan akademik serta pekerjaan. Namun, kini ia mulai terbiasa. Bahkan, ia mulai menikmati ritme hidup yang sibuk namun penuh makna.Seperti biasa, ia memulai harinya dengan rutinitas pagi sebelum berangkat kerja. Setelah mandi dan sarapan sederhana, ia merapikan seragamnya dan bersiap menuju rumah sakit tempat ia bekerja sebagai perawat magang. Namun, kali ini ada tambahan dalam daftar kegiatannya: mengurus dokumen untuk beasiswa yang ingin ia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status