Khaysan meminta Melody agar menunggu di dalam kamar saja bersama Nathan. Namun, Melody lebih memilih ikut bersama suaminya keluar. Tentu saja ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian. Meskipun bocah itu masih tidur, Melody menggendongnya dan membawa sang putra saat menyusul suaminya.Khaysan sudah beranjak lebih dulu, beberapa meter di depan Melody. Tetapi, pantulan senter yang lelaki itu bawa membuat Melody dapat mengikuti langkah sang suami. Seluruh rumah benar-benar gelap gulita. Beberapa bodyguard Khaysan juga berkeliaran di sana, hendak keluar dan mengecek keadaan. Ketika Khaysan berbalik dan menatap ke arahnya, Melody spontan melebarkan senyum. Tampak jelas dari ekspresi sang suami jika lelaki itu kesal. Tetapi, Melody malah takut kalau berdiam di kamar dan hanya berduaan dengan Nathan dalam keadaan gelap gulita begini. “Aku malah tidak tenang kalau menunggu di kamar. Aku janji tidak akan macam-macam,” tutur Melody sebelum Khaysan membuka suara. Ia tahu suaminya pasti
Melody menatap satu per satu hidangan yang tersaji di atas meja makan. Keningnya berkerut samar melihat hidangan yang tersaji di sana. Roti bakar yang nyaris hangus separuhnya begitu juga dengan omelette yang hangus separuh sedangkan separuhnya masih setengah matang. “Kamu memakai semua bahan yang ada?” tanya Melody spontan. Melihat banyaknya menu yang tersaji di meja membuat Melody menebak jika Khaysan menghabiskan seluruh bahan makanan yang tersedia di dapur. Atau mungkin bahkan ada yang terbuang juga, entahlah. Padahal kalau dirinya yang memasak tadi, ia tidak berencana memasak sebanyak ini. Melody tak berani melirik dapur yang sepertinya sudah mirip kapal pecah. Apalagi sedari tadi terdengar suara barang berjatuhan. Entah apa saja yang Khaysan dan Nathan lakukan di sana. Khaysan melarangnya ikut serta, namun mengajak Nathan memasak bersama. “Ya. Ini yang tersisa. Sisanya sangat hangus. Aku takut rasanya pahit, jadi aku membuangnya. Sebenarnya ini juga separuh hangus. Seper
“Aku tidak punya waktu untuk bertemu denganmu. Katakan sekarang kalau ada yang ingin kamu bicarakan,” jawab Melody datar. Nada bicara sopan yang selama ini selalu ia pertahankan ketika berbincang dengan Rosetta telah hilang tak bersisa. Setelah mengetahui apa yang wanita itu rencanakan bersama suaminya, respeknya benar-benar lenyap. Selama ini Rosetta berpura-pura sedih di hadapannya. Padahal wanita itu telah mengetahui segalanya. Pantas saja Rosetta begitu mudah menceritakan kisah cinta yang berakhir pahit itu padanya. Rupanya itu adalah sindiran halus karena jelas-jelas wanita itu tahu siapa dirinya. Tadinya Melody mengiba melihat kesedihan Rosetta setelah ditinggal tiba-tiba oleh Khaysan. Padahal mereka akan menikah dalam hitungan bulan saat itu. Namun, ternyata dirinya lah yang lebih patut dikasihani.[“Benarkah tidak apa-apa kalau aku bicara sekarang? Padahal aku ingin bicara baik-baik padamu. Untuk waktunya terserah padamu saja. Kapan kamu punya waktu luang dan kita bisa
“Aku tidak punya waktu untuk bertemu denganmu. Katakan sekarang kalau ada yang ingin kamu bicarakan,” jawab Melody datar. Nada bicara sopan yang selama ini selalu ia pertahankan ketika berbincang dengan Rosetta telah hilang tak bersisa. Setelah mengetahui apa yang wanita itu rencanakan bersama suaminya, respeknya benar-benar lenyap. Selama ini Rosetta berpura-pura sedih di hadapannya. Padahal wanita itu telah mengetahui segalanya. Pantas saja Rosetta begitu mudah menceritakan kisah cinta yang berakhir pahit itu padanya. Rupanya itu adalah sindiran halus karena jelas-jelas wanita itu tahu siapa dirinya. Tadinya Melody mengiba melihat kesedihan Rosetta setelah ditinggal tiba-tiba oleh Khaysan. Padahal mereka akan menikah dalam hitungan bulan saat itu. Namun, ternyata dirinya lah yang lebih patut dikasihani.[“Benarkah tidak apa-apa kalau aku bicara sekarang? Padahal aku ingin bicara baik-baik padamu. Untuk waktunya terserah padamu saja. Kapan kamu punya waktu luang dan kita bisa
“Kalau saja kamu tidak sedang dalam masa pemulihan. Aku tidak akan berpikir dua kali untuk menyerangmu sekarang juga,” bisik Khaysan sebelum kembali tidur. Karena insiden tak sengaja ‘tersenggol’ barusan, suasana canggung pun tercipta tanpa bisa dicegah. Khaysan sudah mengatakan tidak masalah. Namun, Melody yang malu setengah mati. Sampai sekarang saja wajahnya masih merah padam menahan malu, padahal suaminya sudah tertidur pulas. Efek obat demam yang Khaysan konsumsi menyebabkan lelaki itu dapat tertidur cepat. Sementara Melody yang masih menahan malu tak merasakan kantuk sama sekali. Apalagi pikirannya ‘agak’ terkontaminasi karena insiden tersebut. Helaan napas pelan lolos dari bibir Melody. Setelah berusaha menenangkan hati dan pikirannya, wanita itu langsung mengubah posisi menjadi berbaring. Ia menoleh ke samping, menatap sang suami yang tertidur pulas. “Maaf, karena harus merawatku disela kesibukanmu, kamu jadi sakit begini. Harusnya kamu tidak perlu terlalu peduli padak
“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu
“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu
Khaysan meminta Melody agar menunggu di dalam kamar saja bersama Nathan. Namun, Melody lebih memilih ikut bersama suaminya keluar. Tentu saja ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian. Meskipun bocah itu masih tidur, Melody menggendongnya dan membawa sang putra saat menyusul suaminya.Khaysan sudah beranjak lebih dulu, beberapa meter di depan Melody. Tetapi, pantulan senter yang lelaki itu bawa membuat Melody dapat mengikuti langkah sang suami. Seluruh rumah benar-benar gelap gulita. Beberapa bodyguard Khaysan juga berkeliaran di sana, hendak keluar dan mengecek keadaan. Ketika Khaysan berbalik dan menatap ke arahnya, Melody spontan melebarkan senyum. Tampak jelas dari ekspresi sang suami jika lelaki itu kesal. Tetapi, Melody malah takut kalau berdiam di kamar dan hanya berduaan dengan Nathan dalam keadaan gelap gulita begini. “Aku malah tidak tenang kalau menunggu di kamar. Aku janji tidak akan macam-macam,” tutur Melody sebelum Khaysan membuka suara. Ia tahu suaminya pasti