Subuh yang diawali dengan hujan gerimis di bulan Oktober ini, membuat udara menjadi dingin. Semalam juga hujan mengguyur Ibukota. Beruntung tempat yang mereka tinggali terhindar dari banjir. Dinar terbangun di kamar anak si kembar, Dia dan mama Diandra semalam menemani dua bocah imut tersebut sampai tertidur disana. Mengerjapkan matanya yang agak mengganjal ketika dibuka. rasanya agak berat membuka mata, apa karena semalam dia menangis. Entahlah. Dia bergegas bangun untuk membersihkan diri dan menunaikan kewajiban ibadah subuh nya. menuju ke kamar mandi di kamarnya sendiri. Membuka pintu kamar perlahan takut penghuninya terganggu. Ternyata Bagas masih tertidur lelap disana. dengan langkah pelan dia mengambil pakaian di lemari dan masuk ke kamar mandi. Setelah 15 menit di dalam kamar mandi, Dinar keluar dengan keadaan wangi dan berpakaian lengkap. " Astaga, kaget mas ngapain didepan pintu kamar mandi? "" Tidak, Kamu mau sholat? "" Iya mas. maaf gak bangunin mas tadi"." Ok gak ma
Lia membersihkan mulut Raja, Bayi berumur 1 tahun itu selesai makan nasi lembut dengan sayur sop ayam, beberapa giginya yang sudah tumbuh dibersihkan dengan telaten. diberi air putih setelah makan. Raja anak yang aktif, tapi 3 hari yang lalu ketika adeknya sakit dia agak sedikit rewel. mungkin ikut merasakan, telepati mereka kuat. " Kaka Raja, sudah pintar, sudah maem jangan tingkah dulu nanti muntah. ayoo mainan disana yaa. Di gendongnya Raja menuju play ground yang ada di ujung ruangan depan kamar mereka."Anteng sini dulu ya. mbak Lia mau merapikan alat makan ke dapur dulu. cuma sebentar". Raja sepertinya paham, dia mengangguk lucu. Lia sedikit celingukan mencari rekan kerjanya Sita, pengasuh Ratu. "Dimana anak itu. kan sepertinya tadi gak jadi diajak ke Rumah Sakit sama Nyonya kok gak terlihat sih". gumamnya. " Dikamar tidak ada, apa dia mengajak Ratu ke taman belakang?".Berjalan cepat turun tangga menuju dapur. Dia meninggalkan Raja aman di dalam Playground yang di keliling
Di dalam lift sebuah gedung perkantoran beberapa orang terlihat sedang berbisik bisik, seseorang dengan baju setelan biru dengan rambut klimis berbicara dengan rekannya yang memakai baju berwarna coklat tua. " Hai, kamu dengar tidak berita yang lagi heboh di kalangan kantor kita. Ada komunitas pecinta bos Bagas kebetulan aku masuk didalamnya, bukan karena ikutan suka yaa, tapi pingin tau aja berita terbaru tetang si bos ganteng"." Berita apa lekas beritahu biar ikutan update". " Huss jangan keras keras, ada cctv di lift ini"." Ini berita bukan gossip dan dijamin kebenarannya, karena salah satu admin grub datang pada saat kejadian. jadi dijamin 100℅ bukan hoax"." Ih apaan cepat deh jadi makin kepo kan".Pria berbaju biru itu melihat ke kanan kiri untuk memastikan keadaan aman. di sebelah kanan di ujung lift hanya ada satu orang yang memakai masker dan kacamata hitam, di telinganya terpasang earpohone, bisa dipastikan kalo dia sedang mendengarkan lagu atau apa dari handphone nya. j
Diana dan mama Diandra sudah kembali dari Rumah Sakit, sepanjang perjalanan dia sedikit merenung memikirkan dirinya dimasa lalu dan yang akan datang. Apa benar setelah kecelakaan dia sempat hilang ingatan bahkan sampai saat ini tapi hanya sebagian saja tidak semua makanya keluarga maupun dia sendiri tidak menyadarinya. mereka hanya focus pada mata Dinara yang setelah kecelakaan menjadi tidak bisa melihat. Dokter sempat menjelaskan bahwa kemungkinan syaraf mata yang telah rusak masih bisa diperbaiki tetapi Dinara yang sudah terlanjur putus asa merelakan penglihatannya dan lebih memilih menepi dari kehidupan nya dahulu dan berdiam di kampung bersama neneknya. Dan untuk sekarang dia tak lagi mau memikirkan masa lalu. Dia mau focus menata masa depannya. Dinara ingin membuka kios bunga di dekat rumahnya. Yang bisa ia kelola sambil tetap bisa mengawasi perkembangan si kembar. Dia tak mau berdiam diri saja di rumah sesekali tetap belajar menjadi seorang ibu yang baik bagi kedua bayi imut t
Di taman belakang terlihat mbak Lia dan mbak Sita asyik mengawasi dua bocah bermain air di kolam renang plastik yang diisi air sedikit. Raja sangat senang duduk didalam kolam plastik dan melempar bola bola kecil mainan ke arah Ratu, yang dilempar malah tertawa lucu. Dinara mendekati mereka, di bagian belakang rumah terdapat kolam dewasa dan juga gazebo disana mama Diandra dan mbok Sum berbincang sambil menata cemilan. "Anak anak kalo sudah cukup puas mainan airnya bisa segera dibilas mbak" teriak mama Diandra ke kedua mbak. " Belum ma, baru saja Dinar maen air juga kok sudah mau dibilas"." Sini adek Ratu maen sama mama"" Kata si mbok belum sampai 30 menit kok mainan airnya. lagian ini pake air anget yaa kan dek" Lanjutnya masih mau maen air. " Mama nya kaya masih bocah yaa" " Yeee biarin, biar awet muda wlleee" Dinar menjulurkan lidah mengejek mama.Semua yang ada disana tertawa melihat interaksi keduanya kecuali mbak Lia, hanya sedikit saja. "Nak, kamu mau makan siang apa bia
Bagas semakin mendekati Dinara yang masih terdiam. Terlihat semburat pink di pipi mulusnya, jantungnya berdetak tak beraturan. Telapak tangan kanan yang kokoh itu meraih lembut pipi Dinara yang memerah lucu. Sedangkan tangan kiri meraih pinggang ramping gadis dihadapannya ini semakin merapat ke tubuhnya. " Hmmmm wangi, aku suka" Dengan suara serak. Tak ada jawaban, seseorang sibuk menahan nafas karena gugup. Wajah nya semakin mendekat ke arah pipi gembul Dinara, menempelkan hidung mancungnya dan menghirup kuat aroma nya. Dari pipi turun ke leher jenjangnya. Di kecupnya pelan leher jenjang itu. Merinding, itulah yang saat ini dirasakan Dinara, sentuhan di pinggang dan ciuman itu membuat sekujur tubuhnya menegang, serasa mendapat sengatan listrik namun tidak sakit dan malah rasanya nyaman dan bikin ketagihan. Entah apa yang sedang dalam pikiran Bagas, seakan ia lupa kalo yang di hadapannya kini adalah istri barunya, dia masih seorang gadis yang belum pernah tersentuh pria manapun.
Malam hari di kamar si kembar. sepasang ibu dan anak ini sedang berusaha menidurkan masing masing bayi, Mama menidurkan Raja, dia tidur miring dengan bokong yang menggemaskan ditepuk pelan. bibirnya mengerucut lucu, sepertinya ia telah bermimpi minum susu. terlihat damai. Sambil mengelus tubuh mungil itu mama memutar memori kenangannya ketika merawat sendiri bayi kembarnya Diana dan Dinara, dua bayi imut yang kembar identik sangat cantik. Pengalaman memiliki bayi kembar dulu telah ia sampaikan langsung pada Diana, saat itu Diana sangat bahagia dikaruniai dua anak sekaligus. Ia sangat bersyukur. Namun kehadiran bayi kembarnya membuatnya terlalu bersemangat menjadi seorang ibu sehingga hampir semua pekerjaan dikerjakan sendiri. walaupun sudah ada pengasuh masing masing bayi. Sepertinya Diana benar benar memanfaatkan waktunya selama ia masih hidup untuk bisa lebih dekat dan menyayangi kedua bayinya dengan tangannya sendiri. Diana kecil lebih anggun dan keibuan. Ia menjadi kakak yang b
Pernah melihat sesuatu yang indah? dengan melihatnya membuat hati berbunga bunga. Dinara sangat mengagumi kecantikan dan kebaikan hati saudari kembarnya. Walaupun mereka kembar identik tetapi dia merasa Diana jauh lebih cantik. terutama jika melihat kelembutan dan kebaikan hatinya. Dinara adalah pengagum rahasia saudara kembarnya sendiri. Aneh kan. mereka sangat rukun dan saling menyayangi. Hari itu keduanya menemani mama Diandra ke Rumah Sakit untuk cek kesehatan secara rutin. "Dek, kamu punya idola?""Tentu""Siapa? tampan kah? "" Jadi, apa pertanyaanya kak? Idola atau orang yang di sukai hmmm? Dinara membalikkan pertanyaan dan menatap Diana sambil memainkan pipinya yang lebih tembam. mata bulatnya ia kedip kedipkan lucu. " Keduanya. Idola dan orang yang disukai?" " Waah kalo itu...... hmmm gimana yaa... "" Ayolah jangan main rahasia sama kakak" rengeknyaDinara tersenyum, Ia sangat suka menggoda kakaknya ini. " Kenapa kok kakak merengek dek?" Mama Diandra ikut nimbrung perc
" Gila, tadi benar Dinara yang kemaren kita bentak? Kenapa tadi dia jalan dibelakang bos? Apa yang terjadi? Hah" Seorang wanita mengamuk, ia mengoceh sendiri mengeluarkan kekesalannyaDia adalah Sari pegawai personalia yang sempat membentak Dinara ketika Dinara ijin untuk cuti waktu itu. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat hari ini. berbeda dengan Mayang, yang sejak awal mengetahui kalau Dinara adalah wanita yang sedang dekat dengan Bagas.Mayang geram, hatinya panas. Ia mengumpat dalam hati. Ia sudah tau kalau hari ini pasti terjadi, namun ia tidak menyangka akan secepat ini. Pensil yang ia pegang sampai patah dalam gengamannya" Mayang, kamu kenapa? Kamu tidak kaget dengan apa yang kita lihat tadi? Kamu sudah tau ya? Hah" Seorang wanita menyerang Mayang dengan pertanyaan bertubi tubi, Mayang tersadar dan langsung merubah ekspresinya menjadi biasa saja. " Oh.. Gak mbak, saya juga kaget kok beneran.. Ternyata bos kita sekarang sudah ada yang memikat hatinya.. Waah kita kalah
Suasana di perusahaan langsung hening. Semua karyawan dan staf kantor melongo melihat rombongan yang baru saja melewati mereka. Bagas sudah mulai masuk kerja tapi masih menggunakan kursi roda. Istrinya, Dinara berjalan dibelakangnya. Ia mendorong kursi roda milik Bagas. Dinara yang merasa diperhatikan cukup risih namun ia bertahan.Tidak lupa dua orang pengawal berbadan kekar selalu berjaga disampingBagas masih dalam mode siaga karena masih banyak musuh yang mengincar keselamatannya. Keduanya sudah masuk kedalam kantor utama milik direksi. Bagas dengan perlahan pindah dari kursi roda kursi kerjanya. "Sayang, kamu disini saja temanin aku kalau bisa jadi sekretaris pribadiku" Dinara diam, ia membantu Bagas berpindah. "Kenapa ya tadi para pegawai melihat kamu seperti itu? Apakah mereka kagum dengan kecantikanmu? "Dinara paham apa yang dimaksud Bagas namun ia masih diam. Sekarang ia berada di kantor sudah tidak bekerja sebagai ahli gizi lagi. Bunda bilang sudah ada ahli gizi baru ya
"Mama, papa, Ratu seneng banget akhirnya keluarga kita kumpul banyak lagi.. Ratu juga sekarang punya adek yang cantik.. Ya kan Naya? " Ratu menguyel wajah Naya yang tembam"Alhamdulillah ya dek kalau adek senang"Dinara dengan cekatan mengambilkan makanan kesukaan Bagas dan meletakkan piring berisi makanan penuh di meja depan Bagas langsung. Raja, Ratu sudah bisa mengambil sendiri perlahan dibantu mbok Sum dan Ayu. Giliran Naya yang diambilkan oleh Dinara. " Aku harus berpura pura baik baik saja di depan mereka, hanya istriku yang tahu aku hilang ingatan. Kalau berita ini tersebar tidak baik untuk keberlangsungan posisi saham di perusahaan" bagas mengunyah makanan dan berbicara dalam hati. Bunda datang, beliau datang bersama paman. " Nak, ada hal penting yang akan bunda bicarakan setelah selesai makan ini. Kalian berdua nanti kita bicara di ruang kerja Bagas. Karena ini hal yang sangat penting. Tentang keselamatan keluarga kita dan juga keberlangsungan perusahaanKeduanya menganggu
"Mama... Mama Rara, Naya pulang.. " Suara cempreng Naya membuat Dinara kaget. Saat ini dia sedang melamun. Dengan masih mengenakan mukena ia bangun dari sajadah dan menghampiri Naya, anak angkatnya itu. Dinara tadi sedang sholat maghrib di kamar atas. Ia duduk lama di hamparan sajadahnya entah berdoa atau melamun. Ia tersenyum melihat anak kecil yang menganggapnya ibu sejak ia kecil. " naya sudah pulang?" Mama... Naya kangen deh, maa Naya mau cerita tadi Naya dapat teman baru namanya Farel.. Dia baik banget Ma, coba mama bisa ngantar Naya, nanti naya kenalin Ma" Naya dengan semangat bercerita tentang kegiatannya di sekolahNaya gadis yang pintar, ia pandai membaca situasi ia tahu mama angkatnya ini sedang sedih dan banyak pikiran jadi ia menjadi lebih cerewet untuk mengalihkan kesedihannya. " Ma.. Papa Bagas sudah pulang ya, tadi Naya mau ketemu tapi ada dua paman di depan kamarnya.. Naya gak berani masuk, besok saja".Dinara hanya mengangguk saja. Pikirannya belum sepenuhnya kem
"Bagas kangen Diana bun, sudah lama walau gak ketemu seminggu ini kok rasanya seperti setahun yaa" Ia tersipu malu mengungkapkan perasaannya.Bunda yang tepat duduk disebelah Bagas sedikit kaget, beliau membelalakkan matanya ke arah pintu masuk ruang tamu dimana Dinara sudah berdiri bersama si kembar. Mereka semua melongo mendengar ucapan Bagas barusan. Bunda yang cepat tanggap langsung mencairkan suasana dengan memanggil kedua cucu nya"Eh cucu kesayangan princess sudah pulang, sini nak papa sudah balik dalam keadaan sehat. Sini mendekat nak, papa kangen katanya" bagas di sebelah pun ikut menoleh.Aura sumringah langsung terpancar ketika melihat kedua buah hatinya. Ratu yang pertama berhambur ke pelukan Bagas. Sedikit membuat Bagas terpentel ke punggung sofa, ia tertawa. "Pelan pelan dek, papa sampai terpental ini loo". Ratu masih membenamkan wajahnya di dada bidang Bagas, ia menangis tanpa suara."Papa, hik hiks.. Papa baik baik saja kan? Mana yang sakit? " ratu yang sudah menegak
Suara kran air di nyalakan.. krucuk krucuk Ia menggosok tangannya yang tadi kotor terciprat kuah sayur ketika membantu rekan kerjanya di kantin ketika jam makan siang. Sejak pagi ia kurang fokus. Sebelum ia berangkat tadi bunda sudah memberitahu kalau Bagas akan landing hari ini. Bunda menyarankan agar Dinara libur dan menunggu dirumah untuk menyambut kepulangan Bagas. Namun Ia tidak mau. Perusahaan belum mengetahui posisi nya sehingga ia tidak ingin berbuat seenaknya. Apalagi beberapa hari yang lalu ia berselisih dengan bagian personalia. Jika ia seenaknya libur tentu akan memberburuk citranya di kantor. Lagipula ada sesuatu hal yang membuatnya ingin pergi ke kantor. Sesuatu yang penting. Ia mencurigai seseorang di perusahaan yang telah sengaja mencelakai Bagas ketika ia sedang dinas di luar.Deg deg deg deg... Suara detak jantung nya sampai dapat ia dengarkan sendiri. Dari tadi ia tak berani melihat ponselnya. Jadi sengaja ia matikan. Dok dok dok...Suara ketukan di pintu ruang
Bagas turun dari kursi roda dipapah pengawal. Ia berusaha sangat keras untuk hanya sekedar berjalan duduk disofa ruang tamunya. Si mbok mengintip dari balik tirai penghubung ruangan. Ada Bunda yang menyambut kedatangan Bagas. si kembar belum pulang dari sekolah begitupun Dinara. Ia masih di kantin kantor membantu menyajikan makan siang untuk para karyawan. Dari pagi hatinya gelisah. Ia sudah tahu mengenai kabar kepulangan Bagas.Tapi ia sengaja tetap masuk kerja untuk menghilangkan rasa gugup, gelisah yang dari pagi ia rasakankembali ke Bagas. Mata Elang itu menyusuri seluruh sudut ruangan. Raut wajah heran dan bertanya tanya sedang tercetak jelas di wajahnya. " Minum, ambilkan minum. Bunda" Seketika tenggorokan nya terasa keringBunda menoleh ke belakang. Mbok Sum langsung dengan cekatan datang menghampiri bunda sebelum beliau mengeluarkan kata dari mulutnya. Konyol sekali. Terlihat jelas sekali mbok Sum dari tadi menguping. Padahal tidak perlu. Mereka semua baik asisten rumah tan
Ting.. Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari HPnya. Dinara mengambilnya dari saku rok yang ia kenakan saat ini. Sedang berada di kantin perusahaan, semua tugasnya baru saja ia selesaikan. Ia melihat beberapa koki dan asisten sudah mulai membereskan makanan yang tersisa. Kali ini tidak banyak tersisa. Mereka senang kerja keras dari pagi terbayar dengan baik." Bagas akan pulang" Pesan yang singkat namun bisa membuat hati Dinara bergemuruh hebat.. Dadanya terasa panas. Merambat ke kedua bola mata indah warisan dari Diana yang kini melekat bersatu dengan tubuhnya. Setitik air mata menggumpal jatuh melewati pipinya.Tak bisa berkata kata ia segera berlari menuju toilet untuk menenangkan diri. Dan sembunyi dari rekan kerjanya. " Hah hah hah, Tenang Ra tarik nafas dan hembuskan perlahan" Ia bergumam sendiri di depan kaca wastafel. Menoleh kanan kiri memastikan bahwa ia hanya sendiri tak ada orang lain di dalam toilet yang bisa mendengar ia menangis. " Benar kan, Bagas pasti baik b
Tap tap tap... Langkah kecil manusia paling menggemaskan si dalam rumah itu terdengar perlahan. Ia membuka pintu sebuah kamar yang sengaja tidak dikunci pemiliknya. Mengendap endap melanjutkan langkah mungilnya menghampiri seseorang di dalam ruangan tersebut. Lengan kanannya mengayun hendak menepuk pundak kecil di depannya namun suara dingin mengejutkannya. " Sudah kaka bilang kalau masuk kamar kakak ketuk pintu dulu dek, jangan seenaknya dong" Raja yang duduk di kurai meja belajarnya berucap dengan dingin tanpa memalingkan wajahnya. " Heeh" Ia melengos kesal. Lalau melanjutkan aksinya menepuk pundak kakaknya. Plaaak... Suara tepukannya lumayan keras terdengar diruangan yang lumayan hening itu. " Apaan sih dek, sakit tau" raja mengusap usap kasar punggungnya yang kena tabok Ratu. " Biarin, kaka gak tau kalau Ratu kesal haa" Si cewek mungil itu tiba tiba memposisikan diri tiduran di atas kasur milik Raja. " awas iih.. Nanti bau dek. Kamu terlalu girly gak suka aku. Jangan tidura