Dinara berdiri tegang di depan pintu kamar utama. Kamar ini yang ia lihat terakhir kali memberikan kenangan buruk dan membuat ia nekat memutuskan pergi malam itu. Namun kali ini ia berusaha kuat. Kejadian itu harus ia lupakan. Ia sendiri yang tadi nekat kesini untuk melihat keadaan Bagas suaminya. " Mbok, apakah boleh masuk? sepertinya tuan masih tidur" Dinara berusaha berbicara dengan Mbok Sum yang masih berada di sampingnya. " Bentar nona, apa pintunya dikunci dari dalam? Assalamualaikum Tuan, ada tamu dari kantor mengantarkan makan siang, apakah boleh masuk?" Mbok Sum mengetuk pintu dan berusaha berkomunikasi dengan Bagas dengan suara yang lembut tidak berani terlalu kerasSekarang nyalinya ciut lebih baik ia kembali ke kantor. biar makanannya ia tinggal disini. " Maaf mbok, lebih baik saya balik ke kantor. Biar tuan bisa beristirahat dengan baik"Mbok Sum hampir saja menyetujui dengan usulan Dinara ketika tiba tiba terdengar suara dari dalam kamar. " Masuk mbok, tidak dikunci"
"Hai, mbak melamun saja dari tadi... Bagaimana keadaan bos, kami juga ingin tahu ceritanya" Boy menepuk pundak Dinara yang sedang duduk termenung di ruang kerjanya. Hari sudah sore dan ini waktunya ia berkemasTadi ia tiba dari rumah bagas pukul 4 sore setelah membuatkan masakan untuk makan malam. Bagas sangat manja kalau sedang sakit, Dinara juga baru tahu hari ini, dulu ia belum pernah merawat suaminya itu ketika sakit. Dinara ingat tadi ketika kedua bocah kembar itu hampir memergoki dirinya dan mencurigai kemiripan wajahnya dengan foto di dinding kamar. mereka memang anak anak yang cerdas. Dinara belum siap jika mereka mengetahui dirinya adalah memang istri papanya, Dinara takut mereka membencinya. Padahal kalau dari reaksi mereka tidak ada hal seperti itu, mereka anak yang polos dan ceria, mungkin hanya sedikit kecewa namun mereka pasti bisa memaafkan dan saling menyayangi dengan cepat. namun ketakutan Dinara masih saja membuatnya belum siap kembali secepat ini. Dan juga bagaiman
Pagi yang ditunggu pun tiba, hari ini cuaca sangat cerah, matahari bersinar dengan sangat terik tanpa ada awan mendung yang menghalangi. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Tadi Dinara mengantar Naya ke sekolahnya pukul 7 sekalian menitipkan Naya sampai 3 hari ke depan. Dinara bersyukur sekolah tempat Naya belajar ada sistem penitipan anak juga jadi ia tidak perlu khawatir. Kali ini Dinara akan mulai memikirkan ke depannya jika ia berencana kembali dengan Bagas, tentu Naya juga akan tinggal bersamanya. Naya akan mempunyai 2 orang kakak sekaligus. Membayangkannya saja Dinara sedikit pusing, Bagaimana kalau mereka tidak akur. Aduh sudahlah Dinara tidak mau mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi Dia akan berdoa saja semoga jalannya diberi kemudahan. Apa yang akan terjadi sedetik kemudian tidak bisa diprediksi manusia. Hanya doa dan harapan baik yang bisa membuat hati menjadi tenangDinara sekarang sudah berada di kantor HRD bersama Boy, mereka akan berangkat bersama ke bandara.
Bagas PovApa? Dinara datang kesini? Setelah kemarin menolak untuk kembali? Senangnyaa.. Alhamdulillah dia masih ada rasa khawatir terhadapku.Padahal hari ini aku hanya ingin sekali bermalas malasan. Tadi si kembar sudah berangkat sekolah. Lucu sekali Ratu bahkan ingin bolos juga karena ingin menemaniku dirumah dan merawatku namun tidak kuijinkan.Tapi hasil dari aku tidak masuk kerja ternyata membawa hal yang positif. Aku mengetahui kalo Dinara yang datang ke rumah karena baru saja Doni menelepon memberitahu kalau Dinara akan datang membawa makanan yang sudah terlanjur dimasak. " Mbok, apakah boleh masuk? sepertinya tuan masih tidur" Terdengar suara diluar sana, sepertinya suara Dinara, apakah ia ingin kembali kekantor? tidak jadi masuk? jangan....!!! " Bentar nona, apa pintunya dikunci dari dalam? Assalamualaikum Tuan, ada tamu dari kantor mengantarkan makan siang, apakah boleh masuk?" Mbok Sum mengetuk pintu dan berusaha berkomunikasi dengan ku dengan suara yang lembut tidak ber
Bagas PovKalian tahu bagaimana rasanya jatuh cinta lagi dan lagi, Sejak ditinggal almarhum Diana aku jarang tersenyum. namun dalam waktu singkat Allah mendatangkan jodohku yang dulu sempat terputus. Kenapa aku sangat yakin Dinara adalah jodohku, karena dulu gadis yang pertama membuatku jatuh cinta adalah dia. Dia gadis yang ceria secantik bunga kesukaannya bunga Daisy. Walaupun hanya pertemuan singkat namun pertemuan pertama itu sangat membekas dihatiku sampai aku rela mencari agar bisa bertemu lagi dan lagi. Namun sayang kami tidak bertemu lagi sampai aku salah mengira kalau Diana adalah gadis yang menggetarkan hatiku di taman itu. Jodoh punya jalannya sendiri. Tidak pernah terpikirkan olehku kelak bisa menikah dengan gadis bunga Daisy. Kali inipun demikian aku dipertemukan lagi setelah terpisah 4 tahun lamanya. Banyak wanita yang datang menghampiriku namun hanya dia yang selalu berada dihatiku.Semalam dia mengusirku dari kontrakannya, menyuruhku pulang saat hujan deras namun apa
" Alhamdulillah Boy, tugas kita berhasil untuk hari ini" Dinara sangat senang dengan kabar keberhasilan tugasnya kali ini. Setelah cukup istirahat dan menghilangkan rasa pusing di kepalanya ia dan Boy segera menuju tempat kerja. menyiapkan dan memasak menu dibantu koki hotel ini yang ternyata adalah hotel keluarga Wijaya. koki disini sudah mempersiapkan bahan bahan yang dibutuhkan, semua sudah di persiapkan dengan maksimal. Ia dan Boy tinggal mengeksekusi menu yang di inginkan. Dan sekarang semua sudah selesai kabarnya klien sangat memuji menu masakan yang disiapkan kali ini karena salah satu menu kesukaan beliau. Dan kabarnya setelah makan malam dan meeting penting semalam sudah mendapat kesepakatan langsung tender besar sudah di tanda tangani kedua belah pihak. Semua tim sukses ikut merasakan kebahagiaan. Dinara sangat senang bisa bekerja dengan banyak tim kali ini. " Iya mbak rara, dan kabarnya besok kita tidak usah masak lagi kita tinggal liburan sampai 2 hari disini. Waaah sen
Dinara telah selesai mandi, ia mengambil handuk kimono yang tergantung di dinding kamar mandi. Tadi siang sudah ia gunakan setibanya di Hotel. Handuk berwarna putih bersih itu menutup tubuh mulusnya, ia lupa tadi mengambil celana dalam dan branya di dalam koper. Badannya terasa segar, harum tubuhnya menenangkan, ia juga menyukai aroma mawar yang lembut. " Pandai sekali Hotel ini memanjakan pengunjungnya. aroma wangi sabun ini juga sangat menenangkan" ia melangkah keluar membuka pintu kamar mandi dan merasa ada yang aneh, tadi sepertinya lampu kamar menyala namun kenapa sekarang mati dan hanya terlihat remang remang lampu tidur. Waspada iapun berjalan berhati hati sambil menutup bagian dadanya lebih rapat. " Halloo apakah ada orang lain disini? apakah kamu maling? " Dinara berseru supaya orang yang bersembunyi mendengarnya. Ia takut dan berjalan mengendap mendekati pesawat telepon hotel. ia berniat mencari bantuan dan melaporkan situasi yang mencurigakan di kamarnya. Dinara menutup
Tok tok tok.... Terdengar pintu di ketuk dari luar kamarSamar samar Dinara mendengar namanya dipanggil" Mbak Rara, kok belum bangun sih sudah siang loo, jadi jalan jalan tidak?" Suara Boy dengan semangat membangunkan Dinara. Dinara membuka matanya perlahan, udara dingin mulai membelai tubuhnya yang hanya di lapisi handuk mandi. Ia menepis selimut yang membungkus tubuhnya. " Astaghfirullah, sudah siang ternyata, Ya Allah telat subuh.... Tunggu kenapa ini masih pake handuk mandi? Ya Allah... " Dinara menutup seluruh tubuh dan kepalanya dengan selimut lagi. Ia mulai mengingat kejadian semalam. Mulai dari ia selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, lampu kamar meredup dan ada seseorang yang berada di kamarnya malam tadi. Sungguh kejadian yang sangat mendebarkan baginya. Tapi tunggu, kenapa ia tidak merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, ia meraba dada, pipi, lengan, perut, sampai telapak kakinya pun tidak ada bekas luka atau nyeri sedikitpun. Apalagi bagian bawah tubuh nya tida