Pintu dengan tinggi empat meter itu terbuka lebar dan memperlihatkan para pelayan yang sibuk mempersiapkan makan siang di meja makan. Leyna tersenyum sinis kala menyadari bahwa tidak seorangpun pelayan menganggap keberadaanya di sini. Melihat itu, ia memiliki ide cemerlang. Leyna melirik kursi pertama di meja makan, di mana itu adalah kursi terdekat dengan ayahnya.
“Nona, mari saya antar anda ke ruang tamu.” ucap seorang pelayan kala meliahat Leyna duduk di jajaran kursi meja makan.
Leyna yang mendengar itu hanya mendongak dan mengangkat sebelah alisnya, memilih tak acuh dan kembali melanjutkan aktivitasnya dengan smarthpone miliknya. Itulah kebiasaan bodohnya di masa lalu, selalu menuruti perkataan orang lain tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. Bayangkan, kau adalah pemilik rumah, tetapi kau tidak bisa duduk di meja makan bersama keluargamu yang lain. Lelucon apa itu?
Merasa tak dihiraukan, sang Pelayan itu geram, “Nona cepat-“ ucapnya dengan menarik tangan Leyna kasar. Entah ini sejak kapan bermula. Leyna yang notabene putri sah dari keluarga Manston juga yang tertua malah diperlakukan seperti ini. Bahkan untuk makan bersama saja dipandang remeh bila berada di jajaran kursi meja makan. Lebay sekali menurutnya.
Tak tahan dengan sikap pelayan itu, Leyna menyiramnya dengan air minum yang sudah tertata rapi di meja makan. Pelayan lain yang lewat ataupun yang tadi menyaksikan hanya diam dan menutup mulut tak percaya.
Apa aku terlalu kasar? Namun, bibi ini di masa lalu juga menyiksaku juga.
Pelayan itu dengan tidak sopannya membelalakkan matanya ke arah Leyna seperti menantang.
Kali ini Leyna menghiasi pakaian pelayan itu dengan saos tomat di sampingnya. Pelayan itu telah kelewatan, batinnya. Sekali saja ia ingin melakukan tindakan kejam ini, meskipun mereka memang pantas mendapatkannya lebih awal.
“Jangan lupakan siapa aku! Kau, apakah Pelayan berani melawan majikannya? Apa itu dibenarkan, Bibi? Kau tahu siapa aku, bukan?” tanya Leyna dengan wajah yang mendekat pada sang pelayan. Tidak ada teriakan. Hanya ucapan yang lebih terdengar seperti gurauan.
“I-iya Nona. Saya salah no-nona. Maafkan saya.” Pelayan itu terus membungkuk sambil mengucapkan berlusin maaf.
“Pergilah.” Leyna melambaikan satu tangannya, isyarat menyuruh sang Pelayan untuk menjauh darinya. Hanya dengan satu kata itu, setiap pelayan terlihat menjauh setelah melihat nona mudanya. Nona muda yang dulunya sangat pendiam, lugu, dan bodoh itu berubah sedemikian rupa. Meskipun Nona mereka menegurnya dengan senyuman dan nada gurauan, tetap saja itu mengerikan.
Tentu saja Leyna harus berubah. Ia tak mau ditindas terus apalagi di daerah kekuasaannya sendiri. Hingga saat ia akan duduk kembali, ayahnya muncul dari lantai atas. Jangan lewatkan ekspresi terkejut mereka kala melihat Leyna berdiri di jajaran meja makan.
“Leyna?” tanya Logan, sang Ayah untuk memastikan. Tidak biasanya putrinya datang ke sini dengan penampilan baru seperti itu. Sungguh merubah aura Leyna menjadi 180 derajat. Dari yang dulu berpakaian rok dan sweater oversize, kini modis dengan celana jeans dan kaos oblong croptop bermerknya.
“Lihatlah dirimu, siapa kau? Apa benar kau putriku, Leyna?” goda Logan sembari memegang dagu Leyna seraya menggerakkannya ke kanan dan kiri. Wajah Leyna saat ini terlihat lebih cerah dan segar. Berbeda dengan yang dulu, kusam dan berminyak kerena ia tak memakai make-up apapun dan semua itu adalah perintah halus dari ibu tirinya dulu.
“Ayah.. Iya ini aku. Putrimu,” sebenarnya Leyna agak malas dengan ayahnya ini. Dimana beliau di masa lalu walaupun melihat sendiri putri kandungnya diperlakukan semena-mena oleh pelayan dan sang Saudara Tiri, ia tetap terdiam.
“Kau sudah datang. Kau tumbuh cantik seperti ibumu.” Timpal Logan sambil memegang pundak Leyna. Mendengar kata Ibu, Leyna jadi teringat sesuatu. ia akan melakukannya nanti.
“Tentu, kau yang memanggilku ke sini, Ayah. Ada apa?”
“Benar, ayo duduk di sana.” Tanpa basa-basi Logan dan Leyna bergegas duduk di bangku meja makan. Selang beberapa menit, tibalah orang-orang tersebut dari lantai atas. Leyna menghela nafas, ia adalah putri keluarga ini, tetapi di sini seakan-akan menyatakan, “Kau orang asing!”
“Ayah!”
“Sayang!” serunya bersamaan. Mereka adalah Olivia, adik tirinya serta Maya, Ibu tirinya. Dua orang yang selama ini mengatur hidupnya menjadi sedemikian rupa dengan kelicikan yang setingkat iblis.
Saat mendekati meja makan, keduanya terkejut dengan kehadiran Leyna. Baiklah, melihat ekspresi terkejut mereka semua menandakan jika tidak ada yang mengetahui bila Logan mengundangnya. Namun, khusus kedua orang itu, mereka juga terkejut karena penampilan Leyna saat ini. Tak menyangka bila Leyna akan mengabaikan pendapat mereka untuk mengenakan pakaian kuno. Mereka juga merutuki kecantikan Leyna yang terkuak dengan sedemikiannya.
“Kakak..kau di sini?” tanya Olivia. Tak mau membuang-buang suaranya, Leyna hanya membalas dengan anggukan semata. “Kak, bolehkah kau bergeser ke kanan? Itu tempatku.”pinta Olivia dengan manja. Inilah, kelicikan Olivia. Menggunakan sifat kekanakannya untuk topeng semata.
Sial, karakter polos licik seperti ini benar-benar ada rupanya
“Oh, benarkah? Apa namamu terukir di sini?” balas Leyna dengan mata yang menelisik setiap inci tempat yang ia duduki.
“Tapi Kak-“
“Maaf, Olivia. Tempat duduk ini milik siapa saja yang pertama kali datang. Bukan untuk yang baru saja datang. Bukankah itu aturan umum? Apakah kau tak tahu?” Leyna berujar dengan tetap tenang, sambil mengekspresikan wajah seperti sedang benar-benar bertanya.
Tak punya pilihan lain, Olivia dan Maya hanya pasrah dan duduk di kursi kosong dengan wajah yang masam. Ternyata melihat mereka seperti ini benar-benar menyenangkan untuk Leyna.
“Ayah, kenapa kau memanggilku kemari?” tanya Leyna. Sebenarnya ia tahu alasannya, hanya saja ia ingin bertingkah normal dengan berpura-pura tidak tahu apapun. Aturan pertama dalam kehidupan ini, bersikaplah tak mengerti tentang apapun yang akan terjadi.
“Ayah ingin mengenalkanmu pada putra rekan bisnis Ayah. Siapa tahu kalian akan cocok, bukan?” di sinilah awal mulanya. Perjodohan yang telah diatur oleh kedua belah pihak, yang nyatanya menyimpan beberapa realita yang sungguh tak terduga.
Aku juga masih belum mengerti. Apa tujuan Ayah sebenarnya dalam menjodohkanku dengan pria ini? Bila tujuannya dalam ranah bisnis, tentu keluarga Manston masih lebih unggul dari Faramond. Lalu, apa ada hal lain? Perjanjian, mungkin?
Leyna juga masih tak mengerti mengenai tujuan dari perjodohan yang jika dilihat dalam pandangan mitra bisnis tidak terlalu menguntungkan. Ia hanya mengangguk sebagai bentuk respon terhadap pertanyaan sang Ayah.
Selang beberapa menit kemudian, nama-nama yang sempat dibicarakan tadi telah tiba. Dua orang yang terlihat mirirp namun terpaut umur itu terlihat menawan dengan pakaian casualnya. Pria yang lebih tua mengenakan kemeja hitam yang tak dibentuk macam-macam, sedangkan yang lebih muda terlihat mengenakan sweater tebal turtle neck berwarna bronze serta celana jeans, persis seperti style korea. Mungkin, wajah yang lumayan tampan dan senyuman yang luar bisa menawan dari pria itulah yang dulu dapat membuatnya terjerat oleh pesonanya.
Leyna POV
“Hei, Logan. Maaf agak terlambat,” pria yang kuketahui namanya Marcos itu tersenyum lebar seraya berjabat tangan dengan Ayah.
“Tak apa, mari duduk,” tampak Ayah seperti biasa, ramah terhadap siapa saja.
Aku dapat merasakan dari sudut mataku, jika Edric sempat memandang ke arahku. Mungkin Leyna yang dulu akan belingsatan tak karuan jika ditatap Edric. Tetapi untuk saat ini, rasanya sangat menjijikkan hanya dengan berada di dekatnya.
“Ah, jadi ini Leyna? Putrimu benar-benar sangat cantik. kau mulai sekarang harus tegas terhadap rumor-rumor tak mengenakkan di luar sana tentang putri tertuamu, Logan,” saran Marcos yang entah kenapa membuatku senang. Marcos, biarpun aku telah membenci anaknya, ku tahu jika ayahnya ini berbeda. Dulu, sempat Marcos menasehatiku untuk mengawasi Olivia. Namun, karena aku terlalu buta oleh kebodohan dan cinta, aku tak menggubrisnya.
“Biarkan saja, lagi pula itu hanya rumor belaka, benar bukan, Leyna?” ujar Maya yang dengan seenaknya menanggapi. Nenek sihir ini, benar-benar definisi Ibu Tiri dari sinetron yang sering kutemui.
“Iya, kita tak bisa menyalahkan mereka. Mereka juga seperti itu karena terbujuk oleh omong kosong penyebar. Biar saja. Kita hanya bisa membuktikan saja. Entah itu benar, atau omongan bulat semata.” Aku memang sengaja mengatakannya panjang lebar. Kusempatkan juga melirik ke arah Olivia dan Maya saat berkata ‘Penyebar’. Biar saja, setidaknya mereka tahu aku tak sebodoh itu. Aku ingin semua orang melihat progres yang kulalui. Dari Leyna yang terkenal buruk dalam akademi maupun penampilan, menjadi Leyna yang baik dalam hal keduanya. Aku juga ingin diakui dengan sejuta penghargaan atas prestasi yang sejak dulu ingin kucapai.
“Aku suka pemikiranmu, Leyna.” Suara ini. Suara Edric yang dulu aku idam-idamkan. Kurasa alur kehidupanku ini sedikit berbeda. Meskipun Edric terkenal baik hati, ia tak menunjukkan respon apapun selama perjodohan dahulu selain anggukan dan senyuman saja.
“Terima kasih. Oh, maaf. Siapa namamu? Ayah belum memberi tahuku.” Dan yang terakhir, tunjukkan jika kau tak tertarik dengannya. Bersikaplah jual mahal, agar harga dirimu tak dijatuhkan.
Normal POV
Orang-orang di meja makan itu tampak terkejut mendengar pengakuan Leyna. Memang, Logan tak memberitahu putrinya itu. Karena semua orang di sana menyangka Leyna menyukai Edric, bahkan seperti terobsesi. Lalu ini, mengapa mendadak Leyna seperti tak mengenal pria idamannya?
“Ah, Aku Edric Faramond, panggil saja Edric. Kita sekampus,” ucapnya setelah menetralkan raut bingungnya. “Senang bertemu denganmu, Leyna,” sambungnya sambil menjulurkan tangannya guna berjabat.
Tak perlu terbengong seperti dulu lagi. Dengan raut yang ia buat setenang mungkin, ia menerima uluran tersebut. tak lupa memberikan senyuman kecil sebagai bentuk ramah tamah,”Senang berkenalan denganmu, Edric,”
Entah kenapa Edric hanya terdiam dan tak mau melepaskan ulurannya. Leyna yang melihat itu hanya mengerutkan alisnya seraya menatap Edric yang tetap melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Ehm, , Edric,” tegur Leyna sambil mencoba menggerakkan jari-jarinya. Mencoba untuk melepas genggaman pria itu yang luamayan erat.
“Ada apa dengan dirinya?” batin Leyna kesal.
Edric yang tersadar karena tusukan kuku Leyna dengan segera meminta maaf. Ia menatap canggung pada semua orang yang ternyata melihatnya dengan tanda tanya. “Ah, maaf. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu tadi,” ucapnya sembari menatap Leyna tak enak.
Melihat interaksi Edric yang tak biasa, Leyna sebenarnya bingung. Alur berubah. Apa berarti di kehidupan kali ini, ia bisa mendapatkan kebahagiaan, bukan? Ia sungguh berharap hal itu terjadi.
Sedangkan di sisi lain, terdapat seseorang yang menatap tak suka akan kedekatan keduanya.
“Edric tak boleh menyukai Leyna. Rencana itu harus terjadi. Aku tak mau melihat Leyna bahagia.”
Selepas dari rumah utama tadi, Leyna bergegas kembali ke apartemen miliknya. Ia tak nyaman berada di sana. Rumah itu, meskipun ia berhak tinggal di sana, tetapi saat kau merasa terasingkan, kau pasti tak akan nyaman, bukan? Itulah yang Leyna rasakan.Ia juga merutuki barang bawaannya yang kini terlihat memenuhi pergelangan tangan miliknya. Belanja gila-gilaan dalam satu hari yang dulu ia benci kini benar-benar ia lakoni. Ia juga harus menanggung resiko, tak hanya menjadi bahan tontonan, ia juga kesulitan untuk menekan tombol lift. Semua ini terpaksa ia lakukan demi misinya untuk ‘dipandang’.“Sial, Ish bagaimaimana aku menekannya?” gerutu Leyna sambil mencoba menggapai tombol dengan ujung jarinya. Dirasa ia tak akan mampu, ia menoleh ke samping, berniat mencari bantuan pada orang yang lewat. Namun, sebelum ia memanggil salah satunya, pintu lift sudah terbuka.Ia segera masuk ke dalamnya yang ternyata berisikan satu pria dengan pakaian serba hitamnya. Badannya tampak kekar, potongan
Leyna’s Apartement Terdengar bel apartemen terus berbunyi. Sang tamu tampak begitu khawatir hingga memencet bel itu tiada henti. Leyna yang tahu siapa itu, lantas membuka pintu. Sosok itu, sosok yang sudah lama ia ingin temui, yang sayangnya pergi meninggalkan penyesalan besar baginya. “Paman Rey” sapanya sambil memeluk erat pria itu. Berada di pelukan pamannya membuat ia merasa nyaman, ia bisa merasakan kehangatan yang tersalurkan dari kasih sayang pamannya itu. “Leyna, Oh My, kau membuatku seperti orang gila. Kau baik-baik saja, kan?” Reynand memeriksa wajah Leyna. Melihat apakah keponakannya itu baik-baik saja. Nyatanya, yang ia dapat adalah wajah sendu dan bekas air mata. “Sial, apa yang keluarga itu lakukan padamu? Apa kau sudah tahu rencana itu?!” Reynand tampak geram. Ia bahkan tanpa sengaja mengatakan hal yang sensitif, yang mungkin peluang Leyna sudah tahu hanya dua puluh persen. Leyna yang memang sangat fokus menekuk alisnya, tak mengerti satu kata yang terlontar dari p
Suasana ballroom di salah satu hotel keluarga Manston tampak begitu ramai. Tamu undangan di sana terlihat elegan dan tak main-main asalnya. Memang, mengingat yang di undang hanyalah kolega bisnis, selebriti, dan orang-orang ternama lainnya. Tak hanya tamu undangan, para awak media juga tak sedikit jumlahnya, terlihat sibuk untuk menyiapkan segala keperluan liputannya. Bagaimana tidak? Manston, salah satu keluarga yang terkenal sangat menjaga privasinya itu, kini malah menyiapkan pesta pengenalan anaknya semeriah ini. Meskipun begitu, kebanyakan dari mereka sudah tahu bila yang diperkenalkan saat ini hanyalah Anak Tiri. Mereka juga bertanya-tanya, apa Logan Manston tidak memiliki anak kandung dengan istri terdahulunya? Bellinda Evanthe. “Kudengar yang diperkenalkan ini bukan anak kandungnya, loh.” ujar salah satu kru yang meliput. “Ah, iya, aku tahu. Apa Pak Logan tak memiliki anak kandung dari pernikahan pertamanya? Sayang sekali. Padahal jika ia memiliki anak kandung dengan Bu Bel
Karena suasana semakin tidak kondusif, akhirnya pihak panitia harus turun tangan untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Semua tamu undangan yang tadinya penasaran dan bergerombol di tengah, kini kembali ke barisan kursi yang disediakan. Begitu juga dengan kru media yang tadinya meliput kericuhan itu, kini kembali ke tempat awalnya.“Oh, lihatah patung ini, Paman.” Tunjuknya pada patung emas itu. "Pasti sangat mahal. Ngomong ngomong siapa yang mengirimkannya?” Leyna bertanya dengan memandang satu persatu anggota keluarganya.“Aku, Kak. Aku memesan ini untuk Ayah,” jawab Olivia dengan senyum yang manis. Ia bahkan sengaja menyalakan mikrofon yang sedari tadi ia genggam. Sehingga, meskipun jaraknya lumayan jauh dari bibirnya, suaranya tetap terdengar keras.“Lihatlah, Leyna. Bukankah adikmu ini anak yang baik? Bahkan ia rela menghabiskan uangnya untuk membeli barang semewah ini,” Kali ini Edric menghampiri Leyna seraya memuji adik tirinya itu. Leyna tak habis pikir kalau ia sempat m
Logan berdehem pelan sebelum memulai kembali acara yang sempat tertunda, “Baik, mari saya lanjutkan prosesi yang sempat terhalangi. Saya, Logan Manston mengenalkan anggota baru keluarga Manston, Olivia Manston, pada hari ini, tepat pada hari ulang tahunnya. Ia akan mendapatkan hak dan perlakuan yang sama sebagai keluarga Manston. Sebagai hadiah pengenalannya, kuberikan satu cabang Hotel Manston, dan mulai saat ini Olivia akan jadi pemilik sah dari hotel tersebut.” Logan lantas menyerahkan dokumen untuk ditandatangani bersama pada Olivia. Para kru media sibuk memotret momen yang luar biasa itu.Sedangkan di sisi lain, Leyna berusaha sekuat mungkin untuk tegar. Ia tak menyangka sang Ayah akan memberikan satu hotel cabang kepada Olivia, Anak Tiri. Dia saja yang berstatus sebagai Anak Kandung tidak diberi satupun. Apartemen saja ia beli dengan uang tabungan sendiri.Leyna menghela napas panjang, yang ternyata diketahui oleh Reynand.“Logan sialan itu, tak cukupkah dia membuat Leyna mender
“Sungguh norak,” cibir Xavier saat melihat perempuan berambut pirang itu dengan bangganya memamerkan kepemilikan patung itu. Sebenarnya, jika bukan karena perempuan yang ia cari – cari, ia tak akan rela membuang waktunya yang berharga hanya untuk menonton drama keluarga tak bermoral itu.“Hei, itu patung emas, Xav. Pasti harganya mahal, itu tidak norak.” jawab Liam pada bos sekaligus sahabatnya. “Ah, kau kan lebih kaya, maka dari itu kau bilang norak, benar, 'kan?” goda Liam sembari menepuk pelan pundak temannya.“Jangan terlalu sering menyentuhku, Liam,” tegasnya. Xavier benar – benar merasa risih dan merinding saat seseorang menyentuh dirinya. Bisa dibilang ia alergi terhadap sentuhan. Kecuali, Ibu dan sang Ayah tentunya.“Hah.. kau belum sembuh juga dengan alergi anehmu itu, Xav,” Liam tak habis pikir pada alergi aneh yang diderita Xavier. Entah itu hanya parnonya semata atau memang sebuah kelainan, Liam masih belum mengetahuinya.Mendengar itu, Xavier menggelengkan kepala, malas m
Leyna POVAku tidak tahu, tetapi ini aneh. Entah kenapa aku merasa mengenali pria di depanku ini. Wajahnya tampak tak asing dalam memoriku. Aku merasa Xavier dekat denganku di masa lalu. Namun, aku sadar. Aku tidak boleh mengandalkan kata hatiku. Logikaku saat ini sangat diperlukan. Meskipun merasa sedikit nyaman, aura Xavier tidak main-main. Aku tak bodoh, melihat semua tamu tampak hormat padanya menunjukkan posisinya yang menakjubkan.“Lain – kali, ayo bertemu. Aku ingin lebih mengenalmu, Nona.” ucapnya di tengah-tengah dansa. Pandangannya yang terus menatapku lama – lama membuatku risih dan merasa terintimidasi. Aku menjadi lebih tak nyaman dengan ucapannya barusan.“Tidak ada lain kali, Tuan Xavier.” Balasku yang kebetulan selaras dengan berakhirnya sesi dansa ini. Karena sudah terlepas darinya, aku mengedipkan sebelah mataku dengan senyum termanis yang tak pernah kutunjukkan. Tak apa bukan Jika aku menggodanya? Aku ingin santai dan sedikit bermain – main untuk sekarang.NORMAL PO
Dua hari kemudian“Apa yang ingin kau katakan, Leyna?” tanya Logan.Saat ini Leyna tengah berada di ruang tamu keluarga Manston. Di sana, selain keluarga Manston, terdapat Edric beserta ayahnya juga. Semua tampak berkumpul setelah Leyna menelepon Logan untuk mengatur pertemuan ini.“Untuk perjodohan yang sebelumnya kita bahas, apa itu masih berlaku?” Leyna bertanya dengan santai. Nadanya tidak terkesan mengharap tetapi juga tidak terkesan menolak.Mendengar itu, semua pandangan kini beralih menatap Edric dan Marcos. Keduanya juga sedikit terkejut. Setelah seminggu tidak ada kabar lanjut, tiba – tiba saja Leyna menanyakan status perjodohan ini.“Itu tergantung pada keputusanmu, Ley. Jika kau setuju, mari kita lakukan.” Edric dengan mantap berkata sedemikian rupa. Dalam hati, Leyna sedikit bahagia, melihat untuk saat ini dia bukan di posisi yang mengejar.“Aku setuju, Edric.” Leyna tersenyum manis. Ia sengaja berdandan untuk menarik perhatian Edric. Ia memakai gaun di atas lulut berwarn
Aku, Leyna Manston. Ralat, Leyna Miller. Percaya atau tidak, keajaiban itu ada. Seperti halnya dengan apa yang telah aku alami ini. Aku diberi kesempatan hidup kedua, setelah di kehidupan pertamaku meninggal dengan kisah yang memilukan.Sungguh, Tuhan memang sangat baik. Ah, dan ya. Di sini, aku dapat memperbaiki setiap kesalahan dan kesalahpahamanku di masa lalu. Orang yang awalnya kukira jahat, ternyata baik. Begitupun juga sebaliknya. Sungguh, jika kalian tak melihat sendiri sifat dan sikap seseorang, jangan pernah percaya dengan omongan orang lain! Karena jika kalian salah judge, penyesalan akan datang di akhir, dan itu menyakitkan. Ah, iya. Di sini, aku juga lebih dekat dengan ayahku. Aku jadi tahu bahwa ayah yang selama ini kukira tak menyayangiku ternyata sangat perhatian. Aku bersyukur dapat memiliki momen-momen indah bersamanya. Meskipun di sini juga sempat ada kesalahpahaman, tetapi itu semua sudah terselesaikan. Paman Reynand, Kak Roy, dan Bibi juga sangat membantuku di sini
Akhirnya, setelah melalui tiga jam berdiri di altar pernikahan, kini pasangan pengantin baru itu berada di kamar Xavier, yang sudah didesain sedemikian rupa untuk pengantin baru. Kamar bernuansa abu-abu itu hanya diterangi cahaya dari beberapa lilin aromaterapi dan lampu tidur saja. Tak lupa, kelopak mawar yang membentuk love turut dihadirkan pula di atas ranjang itu.Leyna yang baru selesai mandi terkekeh geli melihat dekorasinya. Mengingat, ia dan Xavier sudah melalui malam pengantin itu terlebih dahulu, bahkan, berhasil menghadirkan malaikat kecil di perutnya saat ini. Lantas, ia memilih duduk di pinggir ranjang, dengan piyama bercorak lily ungu yang menempel di tubuhnya. Dengan kondisi yang sama, namun orang yang berbeda, Leyna jadi teringat kisahnya di kehidupan pertama. Di mana ia harus menunggu Edric, yang ternyata malah selingkuh dengan Olivia.“Ley..” ucap Xavier yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih setia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Hm?”Melihat L
Terhitung sudah tiga hari sejak penyerangan itu berlalu. Hari ini pula acara besar dan bahagia terjadi di sebuah gedung mewah bernuansa yunani. Pernikahan antara Leyna Manston dan Xavier Miller pada akhirnya dimajukan karena beberapa hal. Banyak kejadian yang mewarnai selang tiga hari itu, termasuk Olivia yang berakhir bunuh diri di ruang apartemennya. Dari hasil rekaman cctv, ternyata wanita itu menyimpan satu botol kecil yang berisi cairan beracun, yang awalnya ia niatkan untuk diberikan pada Leyna. Namunsayang, itu malah menjadi boomerang-nya sendiri. Tentu, berita bunuh diri itu menyebar dan mengejutkan publik. Mengingat dalam kabar kematiannya diselingi berita terkait penyerangan dan percobaan pembunuhan yang ia lakukan pada Leyna di kediaman Manston.“Kau sangat cantik, Nak.” Puji Logan yang menatap putrinya dengan mata yang berlinang.“Dan orang di hadapanmu ini adalah putrimu, Ayah.” Jawab Leyna dengan terkekeh. Mencoba untuk mecairkan suasana agar ayahnya tidak terus berlinan
Olivia berhasil masuk ke dalam apartemen miliknya dengan selamat. Satu-satunya tempat yang membuat ia merasa nyaman dan aman untuk sekarang ini. Walapun memang, di sepanjang langkah yang ia ambil tadi mengundang lirikan atau bisik-bisik dari orang-orang.Dengan sedikit tergesa, Olivia menekan kata sandi pintu itu. Dan terbuka, dengan kegelapan yang menjadi sosok pertama yang menyambut dirinya. Seperti biasa, saat ia pergi, ia lebih suka mematikan saklar lampu miliknya. Dan perlu diketahui, ia memakai tombol manual, bukan otomatis ataupun menggunakan AI. Hal ini karena apartemen yang ia pijaki saat ini sebenarnya hanyalah apartmen pelarian semata selepas kedua orang terpenting dari hidupnya meninggalkannya dengan banyak beban.Pintu apartemen itu segera ia tutup dan kunci. Olivia meminimalisir resiko adanya penyusup nantinya. Lampu yang mati itu, ia nyalakan. Niatnya, ia ingin segera berkemas dan pergi ke bandara untuk kabur sejauh mungkin dari sana. Namun, pemandangan pertama kali yan
“Kau luar biasa, Ley. Aku kagum dan bersyukur dirimu baik-baik saja,” gumam Xavier di tengah pelukannya dengan Leyna. Tangannya tak pernah absen untuk membelai surai Leyna dengan penuh kasih sayang.“Aku belajar banyak darimu, Xav. Thanks a lot.” ujarLeyna dengan senyum menawan.“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Kurasa, sudah saatnya kau melakukan pembalasanmu terhadapnya.” tanya Xavier tanpa mengalihkan pandangannnya sedikitpun dari wajah wanitanya itu.Benar, pembalasan Leyna pada Olivia masih belum maksimal. Jujur saja, awalnya, Leyna berniat ingin menyudahi semua ini. Namun, melihat Olivia yang masih berbuat nekat, ia rasa kali ini harus tegas dalam bertindak.“Buat dia melakukan sesuatu yang pernah ia rencanakan untukku di hotel itu. Selanjutnya, biarkan publik yang bertindak.” ucap Leyna yang lansung dipahami oleh Xavier. Dengan derakan tangan saja, Xavier memerintahkan anak buahnya untuk membawa Olivia yang sedang tak sadarkan diri.“Setelah itu?”Leyna teringat kala ia yang
LEYNA POVSungguh, aku memang sangat terkejut dengan kehadiran Olivia yang tak terduga. Rasa heran merasuki pikiranku, mencoba mencari jawaban bagaimana wanita ini dapat masuk ke kamar milikku dengan begitu mudah? Ah, kurasa kericuhan di depan tadi merupakan pengecoh saja.Gelas di taganku sengaja kujatuhkan. Begitupun dengan poci yang berisi air itu. Aku pura-pura terhuyung agar dapat memecahkan semua wadah air minum di sini. Bagaimana bila Olivia dengan segala pikiran liciknya ternyata mencampur sesuatu di air minum iitu? Tentu, aku tak mau mengambil risiko, apalagi dengan diriku yang kini tengah bebradan dua.“Bagaimana caramu bisa masuk?” tanyaku dengan raut wajah heranOlivia tampak menatapku dengan remeh. Mungkin, dia menilai pertanyaan itu sebagai pertanyaan yang tak perlu. Tak mau tahu, aku hanya penasaran dan ingin mengulur waktu saja sampai Xavier atau seseorang sadar akan penyerangan ini.“Meskipun kau pemilik rumah ini, ingatlah, aku tinggal di sini setiap hari dan lebih l
Leyna rasa, ia baru dapat memahami definisi dari badai tenang sebelum ombak ganas menerjang. Seperti saat ini, baru saja beberapa menit yang lalu ia mengira hidupnya di kehidupan ini sudah bisa berjalan dengan damai dan tenang. Namun, pemikiran itu tercoreng berkat kericuhan yang saat ini sedang melanda kediamannya. Suara bising tiba-tiba saja terdengar dari arah depan, tepatnya di halaman mansion kediaman Manston. Leyna yang awalnya ingin bertanya dan berbicara pada Xavier mengurungkan niatnya, lantaran mimik pria itu sudah menunjukkan kewaspadaan dan khawatir secara bersamaan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Leyna saat ini, rasa takutnya berkali-kali lipat. Tetapi, ia ingin tetap bersikap tenang seraya berhati-hati dalam bertindak. Ia tidak mau dirinya malah menjadi beban untuk pria di depannya dan penjaga di kediamannya.Xavier tampak menekan nomor di ponselnya, berusaha memanggil sang empu yang dapat Leyna ketahui itu Liam. “Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!” umpat Xavier ya
Satu pekan kemudian Kaki Leyna saat ini tengah berpijak di kediaman Manston, lagi. Ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama ayahnya, menemaninya, dan menghabiskan waktu yang sebelumnya tak dapat mereka ukir bersama. Setelah sekian banyak kejadian yang terjadi, ia tahu ayahnya ini sebenarnya sangat menyayanginya. Entah di kehidupan sebelumnya sama seperti ini atau tidak, tetapi dari sumber kepercayaan Leyna, Logan hanyalah berkamuflase untuk mencari bukti kematian Bellinda dan selama ini tetap memantaunya dari kejauhan. Selama ini, ia menunggu ayahnya mengatakan kebenaran itu sendiri, namun mungkin untuk sekarang, itu tak perlu. Leyna merasa cukup dan bahagia, kehidupan keduanya ini berjalan dengan ending yang bahagia. “Nak, Xavier kapan ke sini?” tanya Logan yang rapi dengan setelan kantornya, menghampiri Leyna yang tengah meminum jus apel seraya menikmati drama di kotak bersinar itu. “Mungkin lima belas menit lagi. Ia masih dalam perjalanan. Kalau Ayah mau berangkat, silahkan sa
Dalam salah satu ruangan di rumah sakit itu, suara televisI tampak mendominasi. Memperlihatkan kepada mereka tentang berita terkini yang berhasil memancing amarah publik. Wanita paruh baya yang biasanya terkihat glamour itu kini tengah tampil dalam keadaan yang jauh berbeda dari biasanya. Kantung mata hitam, wajah pucat, tubuh tanpa aksesoris, dan memakai baju tahanan. Mimiknya terlihat sayu sekaligus penuh amarah. “Maya Manston, istri kedua Logan Manston telah resmi menjadi tersangka dari kasus pembunuhan berencana terhadap Nyonya Bellinda Evanthe, Istri pertama dari Logan Manston. Laporan ini dibuat oleh Tuan Logan beberpa hari lalu yang membawa beberapa bukti yang sudah diselidiki dan ditutup dengan keputusan bahwa Nyonya Maya akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Diketahui, motif dari kasus ini adalah karena masalah pribadi dan obsesi terhadap narga Manston.” Leyna yang menatap televisi itu hanya dapat memberikan raut wajah datar. Ia baru saja diberi tahu oleh Xavier dan Lo