Aku menatap pesan pada surelku cukup lama. Tanggal pengirimannya adalah hari Kamis yang lalu. Tetapi aku sedang sibuk dengan urusan pasca kematian Jason, jadi aku tidak sempat memeriksa apa pun yang ada di ponsel. Aku hanya menjawab panggilan masuk. Pesan dan surel total aku abaikan.
Perusahaan lain yang juga aku kirim surat lamaran dan daftar riwayat hidup memanggilku untuk mengikuti psikotes pada hari Senin besok. Aku tidak tahu harus merasa bahagia atau sedih dengan kabar tersebut. Bahagia karena aku tidak terlambat membacanya, sedih karena aku terharu aku mendapatkan kesempatan kedua secepat ini.
“Kamu seharusnya bahagia. Mengapa kamu malah terlihat seperti orang yang baru mendengar vonis sakit yang mematikan?” ucap Jonah yang ikut makan siang bersama kami. Hari ini hari Minggu, hari kencan kami. Tetapi kami memutuskan untuk berada di rumah saja.
“Aku tidak yakin apakah aku akan siap untuk menghadapi psikotes besok.” Aku menerima ponselku dari Jonah dan m
Aku, Ayah, dan Bunda berada di ruang dokter keluarga kami dengan perasaan waswas. Seorang dokter spesialis forensik dan timnya juga berada di ruangan tersebut. Mereka sudah siap memberi keterangan mengenai hasil autopsi Jason.Penyebab kematiannya sudah tidak mengejutkan lagi. Jason meninggal di tempat kejadian akibat benturan keras pada kepalanya. Luka lain yang dialaminya dalam kecelakaan tersebut juga cukup fatal. Selain itu dia tidak punya riwayat penyakit apa pun. Dia adalah pria yang sehat. Tentu saja. Kami sekeluarga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setahun sekali.“Kami juga sudah memberikan laporan hasil autopsi kepada pihak kepolisian untuk mendukung penyelidikan mereka atas kecelakaan tersebut,” ucap dokter itu menambahkan.Mereka tidak membantu sama sekali. Aku berharap mereka menemukan sesuatu yang lebih dari itu. Theo dan timnya terpaksa melepaskan sopir truk itu beberapa hari setelah dia tidak mau buku mulut. Dua hari kemudian, di
Jonah sudah memiliki segalanya. Aku mencari beberapa barang yang cocok untuk dijadikan sebagai kado ulang tahun untuk seorang kekasih, tetapi tidak ada yang kelihatannya akan disukainya. Papa dan Kak Nevan sudah menyiapkan kado dari mereka sejak beberapa hari yang lalu.Akhirnya, aku menyerah dan memutuskan untuk memberikan apa yang paling dia inginkan. Iya, dia sering menggunakannya sebagai ancaman, namun aku yakin bahwa dia sebenarnya serius dengan keinginannya tersebut. Kami memang belum lama saling mengenal tetapi aku percaya kepada hatiku. Dia sudah memilih Jonah, jadi mengapa kami tidak meresmikan hubungan kami?“Aku juga mencintaimu, Celeste,” bisiknya. Aku tertegun mendengarnya. Apa? Apa yang baru saja dia katakan? Dia menciumku tetapi aku tidak membalasnya.Yang aku inginkan adalah memberinya kado yang tidak akan pernah dia lupakan. Tetapi dia malah memberiku sebuah kejutan yang besar. Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan mendengar dia me
“Selamat pagi, rekan-rekan semua. Saya Naura Putri Mahardika, mewakili perusahaan mengucapkan selamat datang. Kalian adalah orang-orang terbaik dari ribuan pelamar yang memilih kami untuk menjadi tempat dalam berkarya. Saya sangat berharap kita semua bisa bekerja sama dengan baik.” Naura adalah team leader-ku di perusahaan sebelumnya. Bagaimana bisa dia juga adalah direktur keuangan di perusahaan ini?Naura membacakan beberapa peraturan dasar bagi pegawai yang bekerja di perusahaan ini, lalu duduk dan Tyas yang mempresentasikan bagaimana kami menggunakan setiap aplikasi kerja yang ada pada komputer kami masing-masing. Kami mendapatkan masing-masing satu orang senior yang akan menjadi mentor kami selama satu minggu pertama. Aku sangat lega mendengarnya. Aku bisa belajar lebih cepat dan tidak perlu autodidak lagi.“Aku senang sekali saat tahu kamu juga melamar ke perusahaan ini!” ucap Naura yang mendekatiku usai briefingsin
“Sebaiknya kamu mulai mengakhiri hubunganmu dengan Celeste, Jo,” ucap Jovita saat kami sedang sarapan pada Senin pagi itu. Aku tidak meresponsinya dan memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutku. Seorang pelayan ingin menambahkan kopi ke dalam cangkirku, aku menolak.Ayah dan Bunda juga tampak tidak tertarik dengan ucapannya itu. Mereka hanya diam menikmati sarapan mereka masing-masing. Kami sudah tidak terkejut lagi dengan omongannya dan tingkahnya. Aku terus berkata kepada diriku sendiri agar bersabar. Waktunya akan segera tiba bagi kami untuk mengetahui semua kebenarannya.Sejak dia keluar rumah pada hari Minggu yang lalu tanpa diantar oleh sopir pribadinya, aku meminta Theo untuk mengirim orang agar membuntutinya ke mana pun dia pergi. Dan jika memungkinkan, menyadap ponsel dan memeriksa semua pesan atau surel yang ada di dalamnya.“Aku mengandung bayi laki-laki. Penerus Jason satu-satunya.” Kalimatnya itu menarik perhatian Ayah dan Bu
Aku tahu bahwa pegawai yang berurusan dengan administrasi sudah pulang lebih dahulu daripada pegawai yang berhubungan langsung dengan tamu restoran. Jadi, aku meminta Jonah untuk mengantarku ke rumah sahabatku. Aku hanya memberi lima menit kepada Pras, maka hanya itu yang dia dapatkan dariku.“Cel?” Nola melihatku dan Jonah secara bergantian dengan tatapan bingung.“Aku harap kamu dan adik-adikmu belum makan malam.” Aku mengangkat kantong plastik berisi makanan yang aku bawa. Dia tersenyum, lalu membuka pintu pagar rumahnya untuk kami.Kami makan malam bersama sambil berbincang dengan santai. Aku lebih banyak bertanya kepada adik-adiknya mengenai perkembangan mereka di sekolah masing-masing. Topik yang aman. Jonah seperti biasa, hanya diam saja dan menatap dingin kepada mereka.Karena itu setelah selesai makan malam, mereka langsung mengambil alih tugas merapikan meja dan mencuci piring. Lalu masuk ke kamar mereka masing-masing unt
Aku tidak terkejut mendengar suara wanita itu di rumah ini. Dia berani melakukan apa saja yang dia inginkan karena anak yang ada dalam kandungannya. Dia tahu bahwa tidak akan ada orang yang berusaha membantah atau menyakitinya sebab dia sedang mengandung penerus satu-satunya dari keluarga kami.Tetapi dia selalu lupa bahwa dia sedang berurusan dengan orang yang salah. Orang-orang takut kepadaku bukan tanpa alasan. Mereka yang pernah berurusan denganku tahu bahwa aku sanggup melakukan apa saja untuk membalas perbuatan orang yang sudah menyakitiku atau keluargaku. Aku tidak takut kepada apa pun atau siapa pun. Aku hanya takut pada satu hal. Kehilangan Celeste.Saat aku merasakan gadis ini tidak lagi membalas ciumanku, aku memindahkan kedua tangannya ke belakang leherku. Hanya dengan satu gerakan saja, aku mengangkat tubuhnya sehingga kedua kakinya melingkari tubuhku. Dan aku melakukan semua itu tanpa melepaskan ciumanku darinya.“Jonah, apa kamu mendengarkan
Aku baru saja keluar dari kamar ketika ponsel dalam tasku bergetar. Aku mengeluarkannya dan melihat nama Nola pada layar. Semalam kami tidak sempat mengobrol karena Jonah menginap. Apakah dia ingin bertanya mengenai apa yang kami lakukan semalam? Aku tertawa geli.“Selamat pagi!” kataku menyapanya.“Cel, apa yang terjadi? Kamu dan Jonah akan menikah, lalu mengapa berita yang beredar adalah rencana pernikahan Jonah dengan Jovita?” tanya Nola dengan nada bingung. Aku tidak mengerti.“Apa maksudmu, Nola?”“Aku akan kirim tautan berita yang sedang viral pagi ini. Beritanya juga ada di televisi.” Lalu aku merasakan ponselku bergetar sebagai tanda bahwa ada beberapa pesan yang masuk. “Aku tidak bisa mengobrol banyak denganmu. Aku harus bersiap-siap ke restoran.”“Baik. Sampai nanti.” Aku menjauhkan ponsel setelah dia mengakhiri hubungan telepon. Ponsel itu hampir terlepas dari tangan
Aku tahu bahwa hal buruk akan terjadi kepadanya lagi yang ada hubungannya dengan toilet. Aku sudah merasakan firasat yang buruk saat dia belum pergi terlalu lama. Pemandangan di hadapanku membuatku bingung. Apa yang dilakukan wanita itu bersama pria yang pernah menyakiti Celeste di Bali? Mengapa dia malah menahan tubuh kekasihku dan membiarkan pria itu mengganggunya?“Scarlett, sudah cukup. Lepaskan dia,” ucap wanita yang berdiri di belakang perempuan jahat itu.“Oh. Apakah itu kamu, Raven? Kamu yang diutus si bos pincang itu untuk menjaga perempuan yang selalu beruntung ini?” kata Scarlett, mantan pengawal pribadi Celeste. Yang aku pecat karena lalai menjaga kekasihku saat di Bali.“Jangan sebut Pak Theo dengan label itu. Dia adalah pria yang terhormat,” ujar Raven dengan geram.“Kamu menyukainya diam-diam selama bertahun-tahun, tentu saja kamu akan membelanya.” balas Scarlett. Aku mengambil keuntungan dari