“A-Zhen! pergi dari sini!” Ran Xieya berusaha bangkit berdiri dengan meremat erat gagang Sen Ya. “Pergi!” teriak Ran Xieya lagi pada gadis itu. "Tidak Bibi!" Ran Hua Zhen menggeleng, dia malah memanah pria itu walaupun tak berefek apa-apa padanya. “Eh ... Ada tikus kecil lainnya.” Ran Xieya, berusaha tetap bangkit. Dia harus bertarung, jika tidak Ran Hua Zhen akan habis ditangan pria gila berbaju zirah itu. “Kekuatannya tidak main-main.” Ran Xieya berucap sambil meringis kecil. Dia pun kembali bergerak. Satu ayunan pedangnya mengenai lipatan paha dan siku, karena pakaian zirah itu tak membalut bagian tersebut. Ran Xieya kembali melesatkan serangannya bertubi-tubi hingga luka-luka itu berhasil membuat pria berbaju zirah itu bertekuk lutut. “Ambisimu tak salah, hanya saja sasaranmu salah, namun kakakku dan keluarga kami tidak berhak menanggung nafsu kekuasaanmu," ucap Ran Xieya sambil bersiap dengan meluruskan pedang Sen Ya nya yang mengkilap berwarna magenta. Seiras dengan kedua
“Kau mengasihi orang yang akan mati. Menjijikkan.”Han Xue Tian duduk disebelah Ran Xieya, dia meletakkan lilin itu didepan mereka. Pemuda berraut datar itu menoleh ke arah Ran Xieya.Ran Xieya mengangguk sambil memengang tangan lebar Han Xue Tian. “Dugaanku benar, sebagai orang yang terkenal dengan kekuatannya. Kau tak mungkin mengalah dengan seranganku begitu mudahnya.”"Kau sengaja melakukannya!" bentak Xiaoying.Dalam keheningan yang membelenggu, ada jeda keheningan antara keduanya. Ran Xieya engga berucap namun hanya diam dengan pikiran berkecamuknya sendiri. Cahaya remang-remang dari obor langit-langit yang redup menyinari. Kedua mata Ran Xieya bercahaya magenta yang berkilau menatap Xiaoying.Xiaoying, di sudut sel sempit, dia duduk bersandar di dinding yang rapuh. Matanya yang pernah penuh ambisi kini terlihat redup, seolah kehidupannya telah dicabut dan dihunjamkan di balik jeruji besi. Kemudian ia menoleh mendapati sepasang iris mata bercahaya magenta tengah menatapnya, Pria
"Xieya, menangislah, tidak mengapa," ucap Han Xue Tian lembut. Ran Xieya mengangguk kemudian beralih menanggahkan pandangannya untuk menatap Han Xue Tian. "Aku mau pergi ke suatu tempat yang bisa membuatku tenang," ucap Ran Xieya. Bagi Han Xue Tian, itu seperti sebuah perintah baginya. "Baiklah," sahut Han Xue Tian mengangguk kemudian Pria Bermata Biru itu menggendong Ran Xieya seperti pegantinnya. "Kita pergi ke danau teratai." Han Xue Tian berucap sembari menggendong Ran Xieya dengan mudah. Kedua tangan Ran Xieya melingkari leher jenjang Han Xue Tian. "Hm," gumam Ran Xieya mengangguk. Wajahnya bersembunyi di dada bidang Han Xue Tian, membiarkan Pemuda itu membawanya keluar dari Istana kemudian melesat cepat menuju ke sebuah tempat. Di tepi danau yang tenang, matahari senja perlahan tenggelam di balik perbukitan, menyisakan warna jingga dan merah yang menghiasi langit. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut rambut Ran Xieya yang tergerai, masih tercipta suasana hening antara keduanya
"Xieya, kenapa?" tanya Han Xue Tian cemas.Ran Xieya menggeleng. "Tidak apa, aku baik-baik saja," jawab Ran Xieya dusta. Energi dari An Tian dalam jiwanya bergetar hendak keluar namun Ran Xieya menahan diri karena Ran Rinyou yang terluka itu sedang dalam ambang bahaya."Ayo, kita harus segera bergegas," ucap Ran Xieya dengan was-was.Racun itu, yang dulunya hanya sebatas legenda, tapi tampaknya kini mulai memengaruhi Ran Rinyou dan merusak sistem kekebalannya. Semua tabib dan dukun kerajaan sudah dikerahkan dengan segala cara untuk menyelamatkannya, tetapi racun tersebut begitu kuat sehingga sulit untuk diatasi. "Bagaimana ini bisa terjadi pada kakakku?" tanya Ran Xieya dengan nada meninggi.Dia murka, sebagai pewaris kedua setelah Putra Mahkota. Ran Xieya tak menerima takhta karena kematian kakaknya. Seluruh tetua di aula istana tak berani menatap Putri reinkarnasi An Tian itu yang tengah murka. "Itu semua karena siksaan oleh Tuan Xiaoying," ucap Penasehat Kerajaan."Bagaimana kau
Pria itu tersenyum kecil menatap Ran Xieya yang telah berkaca-kaca itu. Dia lebih mau menemani saudarinya tumbuh jadi ratu yang teladan. "Xieya dengar, Shizu Ran membutuhkanmu," ucap Ran Rinyou. "Hentikan, kumohon, hentikan ..." Ran Xieya menahan ucapannya saat tangan Ran Rinyou menyentuhnya. "Kematian akan datang menghampiriku," ucap Ran Rinyou tabah. "Titip Jia dan anak kami," ucap Ran Rinyou. Senyum yang dulu menghiasi wajahnya, kini pudar ditelan oleh rasa sakit yang menghantui setiap detiknya. Di dalam hatinya, Ran Rinyou sebenarnya juga merasakan ketakutan yang tak terhingga. Setiap detiknya dihabiskan dalam perang melawan penyakit yang merajalela di tubuhnya. Rasa takut akan kehilangan kendali, kehilangan masa depan, dan kehilangan dirinya sendiri membayangi setiap gerakannya. Terutama takhta yang sudah ada padanya harus segera tiada. "Suamiku, tidak! apa yang menimpamu!" jerit Jhan Jia. Permaisuri saat ini, istri dari Ran Rinyou yang tampak kurus dari sebelumnya, Jhan Jia
Di suatu malam yang gelap pada ruangan berdinding bambu. Ran Xieya duduk di depan meja petak rendah yang dikelilingi oleh gemerlap lilin-lilin yang redup. Wajahnya yang cantik kini dipenuhi dengan ekspresi kekhawatiran yang mendalam. Rambut panjangnya yang hitam seperti malam terurai dengan anggun, tetapi matanya memancarkan kelelahan."Jika aku memaksakan eksekusi, bagaimana jika sebenarnya Ayah bukan pelakunya?" Ran Xieya bergumam sendiri.Dia merasa pusing dan kelelahan, seperti beban dunia diletakkan di pundaknya sendiri. Pilihan yang harus diambilnya tampak begitu sulit, dan tiap keputusan membawa konsekuensi yang besar. "Bagaimana aku bisa menerima takhta dengan keadaan seperti ini?" "Xieya," ucap Han Xue Tian, belakangan merangkap jadi ajudan pribadinya.Ran Xieya menoleh mendapati Pria Rupawan itu tengah membawa nampan berisi teko teh yang masih mengepul, aromanya harum dan nyaman. "Kenapa bersusah payah?" Ran Xieya tersenyum hambar mendapati kekasihnya membawa teh hangat itu
Sosok yang manis bersurai hitam panjang tengah duduk disebuah gazebo, sambil menganyam sebuah kain ayaman dengan bersusah payah.“Aduh ...," ucap Ran Xieya untuk ketiga kalinya, jemari tangan kecil itu tertusuk oleh jarum. Akhirnya, dia meletakkan anyaman itu untuk menghela nafas. Kedua kelopak matanya pun dipejamkan, perlahan datang angin yang berhembus lembut. Di pagi hari yang cerah. Wanita manis itu menikmati paginya.“Xieya!" Putra Kedua Klan Han tiba tergopoh-gopoh, bahkan jubah biru tuanya tak lagi diangkat untuk melewati tanah becek sehabis hujan semalaman.Ran Xieya berdiri sedikit kesulitan, raut wajahnya meringis pelan. "Xue Tian," gumam Ran Xieya.“Jangan dipaksakan," ucap Han Xue Tian langsung memengangi kedua lengannya, kemudian membawa Ran Xieya kembali untuk duduk.“Hm~ aku baik-baik saja kok," sahut Ran Xieya menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Han Xue Tian yang lebar itu, kemudian membawa tangan besar Han Xue Tian menuju perutnya yang keram. “Ssssttt," Ran Xieya m
"Dengan ini perintah penahanan buron dikeluarkan, siapapun yang bisa menemukan mantan guru Verna akan menerima imbalan besar dari kerajaan Shizu Ran," ucap Ran Xieya akhirnya memutuskan. Ran Xieya tidak ingin ketimpangan hukum atas pelaku dari kematian Ran Rinyou, ia pun memutuskan untuk memperpanjang penyelidikan dan menahan Xiaoying. Satu tahun ini Ran Xieya memberi perubahan untuk Shizu Ran, ia memangkas pajak untuk rakyat, bekerja sama dengan seluruh Klan untuk memperkuat pertahanan di perbatasan Dunia manusia dan iblis. Ran Xieya satu-satunya orang yang diterima kehadirannya di dunia manusia maupun Iblis jadi ia sendiri yang harus memantau keduanya. Pekerjaannya jadi ganda sejak menaiki takhta dan seperti biasa, Lian Xia Tian yang seharusnya tetap memimpin Klan Iblis hilang bersembunyi. Pada malam yang tenang, ketika para prajurit dan penjaga istirahat, Ran Xieya duduk sendiri di ruangan kecilnya. Matanya memandang keluar jendela, membiarkan pikirannya melayang jauh, memikirka
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t