Di lain tempat. Ran Xieya bersama Han Xue Tian yang tengah bergulat dengan pikiran masing-masing tapi kemudian Ran Xieya angkat bicara. Ia memiliki ide untuk membuatnya berbincang berdua saja dengan Han Xue Tian. “Baise, bisakah kau carikan Lin May untukku, katakan padanya untuk membuatkanku teh hangat lagi," suruh Ran Xieya. Pemuda manis itu segera mengangguki ucapan Ran Xieya. "Baik, Yang Mulia." Disinilah mereka sekarang. Ran Xieya duduk diseberangan Han Xue Tian yang duduk bersila dengan tegap. Tampan dan berwibawa, itulah sosok ksatria langit bersalju yang selalu memasang raut wajah datarnya. “Aku sengaja menyuruh Baise pergi agar kita bisa berbincang berdua. Sejujurnya ada hal yang ingin kutanyakan padamu.” Ran Xieya memainkan ujung tusuk rambut gioknya. Dia sendiri sedikit malu untuk menatap paras tampan Han Xue Tian yang menatapnya. “Katakan," perintah Han Xue Tian. Ran Xieya langsung bertanya. “Apa yang dikatakan Alin itu benar?” “Hn.” Terdengar Han Xue Tian yang ber
“Lin May jika Ayah dan ibuku atau kakaku yang cerewet mencariku bilang saja aku sedang membujuk Han Xue Tian," ucap Ran Xieya yang sudah menunggangi rubahnya. Kini Ran Xieya tengah termenung sendiri sembari memengangi punggung berbulu Baise. Gadis itu hanya diam dengan pikirannya sendiri. Ran Xieya hanya diam diatas punggung Rubah itu yang melayang dengan mudah diangkasa, sebentar lagi akan mencitrus dengan terang. Tanda senja akan tiba. Kedua mata magenta Ran Xieya menangkap sosok yang dicarinya. Ran Xieya menatap Han Xue Tian yang berada di hutan tepat di depan Istana Ran. “Itu Han Xue Tian, ayo kita hampiri," perintah Ran Xieya. "Baik Yang Mulia." Angguk Rubah raksasa itu. Angin yang berhembus kencang mengganggu rambut hitamnya yang lurus. Semula dia berjalan dengan tegap sembari memengangi pedangnya. Kemudian angin kalut berhembus kencang namun Han Xue Tian meredamnya dengan raut yang datar. Kedua mata biru Han Xue Tian menatap seorang gadis yang baru turun dengan lompatan yan
Ran Xieya duduk bersipu bersama Pemuda Es itu. Ran Xieya hanya menatap dengan santai sementara Han Xue Tian yang duduk bersipu dengan elegannya, diam tak bergeming. Semua ini terjadi usai Ran Xieya dan Han Xue Tian mendatangi tempat Alin berteriak tapi ketika mereka tiba di sana, Yu sudah tewas mengenaskan. “Yang Mulia dia pasti membuat membunuh Yu, dia juga pasti membuat Alin gila. Dasar gadis terkutuk!” tuduh Selir Amani itu mulai menangis histeris. Jika tak dipegangi oleh Jian Li mungkin saja wanita itu akan menyerang Ran Xieya yang menatap dengan bingung.“Dia pasti membunuh puteraku?! Oh Yu anakku yang malang.” Lanjut Selir Amani lagi sembari memengangi dadanya.“Yang Mulia hukum dia seberat-beratnya, aku tak terima Alin menjadi gila karena ulah gadis terkutuk ini," sahut Selir Mye berapi-api.Sang Raja menghela nafas. Dia pun beralih menatap Han Xue Tian yang ada ditempat kejadian sekaligus mendampingi Ran Xieya. “Han Xue Tian, aku lebih percaya dengan apa yang kau lihat, cerit
Matahari baru terbit diufuk timur. Gadis itu tak tidur semalaman usai menerima kedatangan ibunya. Pagi-pagi buta itu juga digunakannya untuk segera berkemas. Ketika dirinya berjalan disebuah koridor, gadis itu pun berpapasan dengan Han Xue Tian yang sudah rapi dengan jubah biru tuanya.“Aku akan pergi," ucap Ran Xieya. Han Xue Tian langsung bertanya. “Kemana?”“Menyelidiki semuanya," jawab Ran Xieya sembari menatap kedua mata biru Han Xue Tian yang menatap datar. “Kau sendiri kenapa pagi-pagi sudah kemari. Apa kau sudah mendapatkan petunjuk?” Ran Xieya buru-buru memalingkan tatapannya. “Hm.” Han Xue Tian mengangguk. “Aku berencana untuk ke Kota Teratai Putih," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya terdiam sejenak karena sedang menimbang sesuatu. “Anu ... Xue Tian. Maukah kau menungguku? kudengar dari Lin May jika pagi ini akan melaksanakan upacara kematian Yu.” Ran Xieya berucap dengan nada sendu dari ucapannya yang lirih.Han Xue Tian langsung mengangguk paham. “Ayo bersama," ajak Han Xue
"Hidupku benar-benar berubah ya?" tanya Ran Xieya pada dirinya sendiri. Ia membayangkan betapa sulitnya hidupnya dulu. Banting tulang bekerja untuk biaya kuliah dan pengobatan neneknya belum lagi belajar disenggang waktu kerjanya. Ran Xieya tak sadar jika sudah menghela napas.Dia pun duduk dipinggiran jendela sembari memperhatikan sang dewi malam yang mendominasi kelam dikala itu bersinar dengan terang. "Aku ... benar-benar bereinkarnasi ya? tak kusangka hidup saat ini lebih mudah dibandingkan dulu," ucap Ran Xieya sembari memandangi bulan. Pikirannya melayang pada kehidupan lamanya. Ran Xieya harus berusaha keras untuk uang. Ia bahkan sering dicaci oleh orang-orang disekitarnya usai tahu lahir dari Wanita yang kini raib tidak jelas. "Tapi Ibu malah muncul di dunia ini, ah ... apalagi masalahku?" Ran Xieya menghela napas cukup panjang. Tak lama dia pun mendengar alunan Erhu yang digesek dengan merdu. Kedua alis Ran Xieya bertautan bertemu satu. “Siapa yang memainkan alat musik Erhu
"Bagaimana jika Anda jadi kekasihku saja?" tanya Lian Xia Tian.Ran Xieya tertegun. Kepalanya dipaksa memproses hal yang sulit ia cerna. Lian Xia Tian tadi bersikap pemaksa padanya namun tiba-tiba jatuh cinta padanya. "Cih, Pria tebar pesona sepertimu?" Ran Xieya mengarahkan telunjuknya pada Lian Xia Tian."Xieya, bangun ... kau bisa mendengarku bukan?" ucap suara Han Xue Tian tanpa raganya. Ran Xieya sontak melirik ke kiri dan ke kanan. Dia tak mendapati Han Xue Tian kecuali dirinya di sebuah tempat yang tak dikenali. Ran Xieya mulai mengingat-ingat dirinya yang terlempar kemari usai bertemu dengan Lian Xia Tian. "Oh, jadi ini masa lalu Ran Xieya?" Ran Xieya mulai dapat mencerna. Sementara itu Han Xue Tian memasuki kamar Ran Xieya karena mampu merasakan Energi asing dalam kamarnya. "Xieya!" teriak Han Xue Tian ketika menatap Ran Xieya yang tengah tak sadarkan diri dalam dekapan Lian Xia Tian."Ya, hai, Didi," ucap Lian Xia Tian saat itu tengah mencampuri alam bawah sadar Ran Xieya
Ran Xieya berjalan di samping Han Xue Tian. Mereka berjalan beriringan memasuki daerah Pasar yang riuh akan lalu lalang orang-orang. Ran Xieya tersenyum ringan dan rambut hitamnya diikat ekor kuda. Ran Xieya sengaja merubah tusuk rambut gioknya menjadi pedang kemudian meletakkannya di sabuk pinggangnya. Dia mengikuti saran Han Xue Tian jika itu akan memudahkan Ran Xieya untuk membela diri jika sesuatu yang buruk terjadi di depannya. Ran Xieya ingat petuah-petuah dari Han Xue Tian sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Wajah tampan Han Xue Tian boleh saja datar tapi sebelumnya sudah mengomeli Ran Xieya dengan kata-kata yang irit, alhasil Ran Xieya menggunakan instingnya untuk mengerti. Ran Xieya jadi tertawa sendiri.“Pppfffttt ....”“Apa yang lucu?”celetuk Han Xue Tian.Ran Xieya menggeleng. “Tidak, hanya saja lihat, mereka sedang terpana dengan ketampanan Tuan Han ini," goda Ran Xieya.“Tidak tertarik," sahut Han Xue Tian sembari berjalan cepat, bahkan meninggalkan Gadis itu dibelak
“Aku ... tidak tahu," ucap Ran Xieya. Kedua mata Ran Xieya memerhatikan kedua tangannya sendiri yang bergetar. Ran Xieya sendiri heran pada dirinya yang tahu-tahu mengeluarkan bakat kekuatan yang tak bisa ia cerna. Tubuhnya bahkan bergetar samar. Ah, menyeramkan sekali aku, bagaimana bisa aku melakukannya? batin Ran Xieya. Saat itu Han Xue Tian mendekati Ran Xieya, Pria itu berjongkok di depan Ran Xieya sembari memandanginya dengan kedua mata biru datarnya. "Xieya ... Yang Mulia, kerja bagus," ucap Han Xue Tian mengusap-usap puncak kepala Ran Xieya. Ran Xieya membelalakkan kedua mata magentanya. Ia palingkan pandangannya untuk menatap Han Xue Tian yang berjongkok di depan dirinya. "Terima kasih Xue Tian, jangan panggil dengan embel-embel Kerajaan ya." Ran Xieya berucap sembari tersenyum. Dasar Xue Tian payah, menghiburku seperti menghibur anak kecil, batin Ran Xieya. Fang Yi langsung mencebik karena dengki saat Kakak kesayangannya itu malah mendekati Ran Xieya. "Kakak, jangan ma
Srrrryashhhhhhh Kedua mata magenta Ran Xieya menatap Lian Xia Tian yang terkena sebuah sebilah pedang yang menghunus punggungnya hingga bagian perutnya mengeluarkan cn. "Tidak, tidak, tidak," ucap Ran Xieya berulang kali. "Xieya ... Xie ... lari," ucap Lian Xia Tian yang mengeluarkan cairan merah dari ujung bibirnya. Tubuh Lian Xia Tian ambruk seketika."Mengapa kau melakukannya?" tanya Ran Xieya dengan tatapan nanarnya. "Tuanku sangatlah bodoh," celetuknya sembari berjalan mendekati Guan Yu. "Ia merawatku sejak bayi namun yang ia lakukan setiap hari hanyalah mengangumimu, padahl Dunia Bawah membutuhkannya." Pemuda itu merubah wujudnya jadi seorang Pria Muda yang berjubah hitam. "Lu Fei, aku ... anak dari Guan Yu dengan salah seorang manusia, Ayah ... aku sudah menghabisi Iblis Bodoh itu apakah aku juga harus menghabisi Dewi Yue?" tanyanya sembari menatap Ran Xieya.Guan Yu tertawa puas menikmati Ran Xieya yang mematung menatap Lian Xia Tian yang sekarat itu. "Dia tak akan bisa di
"Jadi kau melepaskan hubungan dengan semua orang untuk misi bunuh dirimu ini, tapi semua itu tak berlaku padaku karena aku memang membenci Guan Yu sejak dulu ... kau pikir saja sendiri, kekasih mana yang terima jika selama ini wanitanya di segel oleh Dewa Keparat itu selama ribuan tahun?" omel Lian Xia Tian sembari menatap Ran Xieya dengan tajam. Ran Xieya tak mengubrisnya kemudian berjalan mendekati Gunung Rai. "Jika begitu terserah padamu dan lakukan sesukamu tapi jangan menghadang keinginanku untuk melenyapkan Guan Yu," ucap Ran Xieya pada Lian Xia Tian. Gerhana tak dirasa justru datang lebih cepat. Hal itu membuat Ran Xieya tertegun. "Aneh sekali, kenapa terjadi lebih cepat?" gumam Ran Xieya sendiri."Itu karena Guan Yu juga menipu alam semesta," sahut Jing Xiu sembari waspada. "Yue ... aku rasa rencanamu berjalan lebih cepat dari dugaan kita," ucap Jing Xiu sembari bercahaya terang yang hangat. Ran Xieya mengangguk. "Tolong ya, aku serahkan perlindungan padamu." Ran Xieya beru
"Aku bersamamu, dalam suka dan duka, Yang Mulia Hua Zhen ...," ucap Pria bermata ungu cerah itu. Ran Hua Zhen tersenyum namun tiba-tiba saja ia tak sadarkan diri. Ran Hua Zhen langsung berada dalam gendongan Shin Chen Jun. Ia mendengar derapan langkah namun tak lama sosok Han Suiren Hua muncul dengan telunjuk bercahayanya. Shin Chen Jun menghela napas."Hua Ge, melumpuhkan energinya bukanlah hal yang baik," celetuk Shin Chen Jun."Benar, selagi ini kekuatan baru Yang Mulia, dan guncangan jiwa dapat membangkitkan kekuatannya ... An Tian bukan sesuatu yang bisa Yang Mulia tangani, sebaliknya ... itu akan mempersulitnya," ucap Han Suiren Hua. "Kedatanganku kemari juga karena hendak berbincang denganmu Ketua Shin." Pria itu berucap sembari melipat kedua tangannya di belakang punggungnya dengan tenang. Shin Chen Jun beranjak berdiri sembari menggendong tubuhnya Ran Hua Zhen yang sudah tak sadarkan diri berkat Han Suiren Hua yang menghentikan aliran energinya untuk sementara, ini bukan p
"Tapi Yang Mulia, harap Anda memikirkan lagi mengenai tindakanmu ini," ucap Shin Chen Jun pada Ran Xieya yang tengah duduk dihadapannya menikmati secangkir teh.Ketibaan Ran Xieya membawa harapan bagi Shin selain berkat Ran Xieya yang memusnahkan Dewi Naga Kabut. Ia juga mengembalikan warga Shin yang terperangkap dalam kabutnya, insiden ini terjadi sejak Baosheng berhasil dikalahkan dan para pemberontak berhasil padam dan mengalah.Shin Chen Jun, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Ran Xieya, dia hidup akrab dengan Ran Xieya sejak masih muda tapi baru kali ini Shin Chen Jun merasakan ketenangan yang berbahaya dari Ran Xieya yang biasanya bersikap ceria, banyak bicara dan ceroboh itu. "Rencanaku sudah bulat A-Jun, aku memutuskan untuk mengakhiri peperangan ini ... maka dari itu, jika sesuatu terjadi padaku, aku mau kau jadi Penasehat Shizu Ran serta dampingi Ran Hua Zhen," ucap Ran Xieya menatap Shin Chen Jun dengan datar.Shin Chen Jun menggeleng. "Itu tidak bisa, anakmu yang
"Xieya ... kau memaksakan diri lagi ya?" tanya Lian Xia Tian sembari mendekati Ran Xieya. "Tidak, tidak sama sekali, ini pilihanku," jawab Ran Xieya tak ragu. Lian Xia Tian melirik Ran Xieya yang tampak terdiam tenang, ini bukan Ran Xieya yang ia kenal. Lian Xia Tian mencoba memahami perilaku Ran Xieya. Banyak hal yang dilalui oleh Ran Xieya bahkan ia telah mengorbankan banyak hal termaksud dirinya sendiri. "Aku tak butuh kau mengasihiku," terka Ran Xieya sembari beranjak pergi lebih dulu. Lian Xia Tian tertegun, ia tak menyangka jika Ran Xieya menjadi 'datar' saat ini. Tatapan dan sikap dingin seperti ini mirip seperti An Tian, tapi Lian Xia Tian sendiri sudah sangat yakin jika An Tian sendiri telah lenyap karena kehadirannya sirna digantikan oleh sebatas energi kekuatan pada Ran Hua Zhen yang sejak tadi membungkam. "Xieya, perjalanan kita lumayan panjang untuk tiba di Shizu Ran ... jika, kau ingin istirahat, Kediaman Shin terletak diperbatasan," ucap Lian Xia Tian menunggangi k
Ran Xieya berjalan dengan tenang, kala itu hari hendak menampaki fajar. Kedua mata magenta Ran Xieya bersinar terang. Wajahnya memasang raut serius. Ia berjalan belok memasuki sebuah ruangan usai menggeser pintu yang terbuat dari bambu itu. Ran Xieya menatap adiknya, Ran Hua Zhen yang tidak sadarkan diri. "Kau memutuskan jaringan kehidupanmu dari dunia fana, An Tian, tapi anak seperti ini yang kau pilih untuk melanjutkan harapanmu ... sebegitunya kau mau aku hidup bebas tanpa belenggumu lagi, ya?" Ran Xieya duduk dipinggiran ranjang kasurnya. Ia bisa merasakan energi gelap dan hitam pada Ran Hua Zhen namun energi itu tidak waspada padanya. Ran Xieya menatap kehampaan saat ini. Ia teringat saat-saat dirinya 'menyandera' jiwa An Tian pada tubuhnya. Kehancuran dan kehidupan bercampur aduk, Ran Xieya pernah menghancurkan perbatasan wilayah Iblis dan manusia bahkan pernah menyatukan kedamaian Iblis dan Manusia berkat An Tian yang ada pada dirinya. Kini semuanya sudah usai, Ran Xieya hidu
"Nak, keinginanmu kuat ... terimalah ...,""Tidak! tidak, jangan lagi lakukan hal seperti itu!" Lian Xia Tian langsung mendekap An Tian yang sudah perlahan-lahan berubah jadi abu. Ia tahu jika An Tian hendak memindahkan inti jiwanya pada Ran Hua Zhen meski tidak pasti keberhasialnnya."Percayalah Xia Tian, dia tetap hidup jadi dirinya bersama kekuatanku," sahut An Tian tak mengubris Lian Xia Tian. Melainkan membuat cahaya dari tangannya dan memberikannya pada Ran Hua Zhen. Ia tersenyum saat menatap Ran Hua Zhen yang mirip seperti Ran Xieya. "Hiduplah ... lindungi semuanya," ucap An Tian kemudian berubah jadi abu dan sirna.Ran Hua Zhen membeku kala cahaya itu memasuki tubuhnya sendiri kemudian kekuatan tinggi merasuki dirinya. "Ahhhh!" Ran Hua Zhen menjerit kemudian tak lama ia pun pingsan tak sadarkan diri. Lian Xia Tian mematung menatap abu dari An Tian dan Ran Hua Zhen yang sudah mengambil alih seluruh kemampuan An Tian. Jalan ini berbeda dari sebelumnya, Ran Hua Zhen tak perlu ke
"An Tian, tunggu, perlahan langkahmu," ucap Han Suiren Hua."Apa? kau mau aku menuruti kemauanmu dengan menipu Xieya? kau ... Kakak yang keji dengan membiarkan Lian Xia Tian menipunya jadi Han Xue Tian hanya untuk menenangkan Xieya," sahut An Tian. "Aku tidak sanggup melihatnya tidak tahu menahu jika Han Xue Tian juga dalam keadaan sekarat!" bentak An Tian."Ini bukan salahmu, An Tian." Han Suiren Hua menarik pergelangan tangan An Tian. An Tian menatap Kepala Klan Muda itu. An Tian menepis tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus melenyapkan wadah ini, karena apa jadinya jika Xieya menatapku dengan wujud yang membuatnya menderita," ucap An Tian sembari beranjak pergi. An Tian berlari keluar dari kediaman Han. Ia sempat berpapasan dengan Ra Byusha yang langsung mengenalinya. "Carikan aku wadah, aku ... aku tak mau Xieya menatapku menderita," ucap An Tian setengah memelas."Murid bodoh itu pemaaf," sahut Ra Byusha."Bahkan jika tahu suaminya kritis dan saat ini orang
"Lakukan! Hahaha ...," tawa Baosheng tak lama terhenti. Ia mematung dengan bayangan hitam yang pedar keluar darinya. "Xieya, tusuk jantungnya ... satu-satunya cara membuatku bebas dengan membunuh wadah ini sama sepertimu dulu," ucap Baosheng dengan nada suara An Tian."Aku ... tidak yakin," ucap Ran Xieya mendadak gemetar karena jika itu ia lakukan maka Baosheng akan tewas."Guan Yuu akan melemah karena ia menggunakan sebagian kekuatanku," ucap An Tian.Brukkkk ... Ran Xieya menoleh kala menatap nanar sosok An Tian yang mengulurkan tangannya itu. Ran Xieya mencoba meraihnya namun dirasanya percuma karena sosok Baosheng sudah kembali sembari menyerang Ran Xieya dengan membabi buta. Ran Xieya akhirnya bisa menahan serangannya dengan membuat pedang dari Baosheng terlempar kemudian memengang kedua tangan Baosheng. "Aku tak mau semuanya berakhir sia-sia," ucap Ran Xieya berusaha membujuk Baosheng."Hentikan omong kosongmu Anak Kecil," sergah Baosheng.Brukkkk ...Ran Xieya menoleh saat t