Kini pria tampan yang berusia 30 tahun itu tengah termenung menatap Ponselnya, yang terdapat foto Gladys Saat baru menikah dengannya. Senyum yang nampak sebuah kebahagiaan yang ternyata berujung angan-angan Semu, karena pernikahan yang di impikan wanita itu tak pernah terwujud. "Sampai detik ini aku tidak tau bagaimana kabarmu dan anak kita, tapi aku bersumpah sebentar lagi kita akan bertemu Gladys Hadiatmaha." Nathan Tersenyum menatap wajah Cantik wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu, meskipun sudah empat tahun mereka tidak bertemu. "Tuan, Bolehkan saya memberi saran?" Tanya Yuda sembari melirik Nathan dari Kaca spion, karena saat ini ia tengah fokus mengemudi. "Heh, Bicaralah!" Ucap Nathan sembari mengangkat wajahnya. "Jika misi ini berhasil, Apakah Anda tidak takut jika Nona Clara curiga? Emm maksud saya, apakah anda tidak takut jika Nona Clara akan menghancurkan rencana kita jika ia tahu rencana pernikahan ini adalah siasat untuk memancing kembalinya Nona
den akan perceraian Putra Keluarga Collins Haditama sudah begitu sender terdengar, Apalagi Clara begitu vokal menyuarakan jika Sebentar lagi Putra Collins itu akan segera menikahinya. Di sebuah agensi model, Clara tengah bercengkerama dengan teman-teman seprofesinya. "Kapan Fashion Show dari prodak Onlifam akan di selenggarakan? Dengar-dengar designer Angela Swam juga ikut berpartisipasi dalam acara ini?? Clara tersenyum Smirk, Ia sangat bahagia karena ia sangat yakin kali ini dirinya lah yang akan memakai gaun utama rancangan Angel Swan. apalagi bintang utama prodak kecantikan Onlifam adalah dirinya sendiri. "Kalian tau, di hari pernikahan ku nanti aku akan memakai gaun rancangan Angela Swam! " ucap Clara dengan ponggah "Benarkah? memangnya kau akan menikah dengan siapa? bukannya kau sudah lama putus dari mantan kekasihmu yang pengusaha itu?" "Ya kau memang benar, Tapi sepertinya mantan kekasihku itu tidak bisa melupakan Aku hingga ia tiba-tiba saja kembali dan ingin langun
"Surabaya" Gladys menghela nafasnya dengan kasar. hanya dengan menyebut nama kota itu saja membuat hatinya sudah tidak karu-karuan. Nama kota yang membuatnya langsung teringat pada Seorang Nathaniel Collins Haditama. "Kenapa Nona?" Tiba-tiba Tiara muncul dari arah pintu, dengan membawa air berkas-berkas penting yang perlu ia tanda tangani. Gladys yang berdiri di depan jendela kaca ruang kerjanya langsung berbalik. "Kau bikin kaget saja," gumam Gladys sembari beranjak duduk pada kursi kerjanya. "Ehh Maaf Nona, Saya tidak sengaja." Ucap Tiara tak enak hati, Lalu ia kembali berbalik untuk keluar dari ruang kerja Gladys. "Kau mau kemana, Tiara?" Tanya Gladys hingga membuat Tiara langsung kembali pada Niat awalnya ya itu memberikan berkas yang perlu Gladys tanda tangani. Setelah Tiara meletakkan mab itu di meja kerjanya, Gladys nampak menatap Mab biru itu dalam-dalam. "Anda tenang saja Nona! Ini hanya Mab yang berusia perjanjian kerja sama dengan Onlifam, Anda perlu me
Beberapa hari kemudian, Revaldo Mahendra kembali menghubungi dirinya. Pria itu mengatakan jika Lima hari lagi ia harus segera terbang ke Surabaya. Wajah Gladys yang sejak awal pucat kini bertambah Pucat dj buatnya. Bahkan wanita itu sampai harus menelan ludahnya beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya saat ini. "Tidak, Aku harus bagaimana? Bagaimana caranya aku menyembunyikan Brian dari mereka?" Gumam Gladys sembari berjalan mondar mandir. Sejak tadi ia berusaha memikirkan cara bagaimana bisa menghindari mediasi kali ini. Namun apa daya kontrak kerja yang harus di tanda tanganinya menuntut nya harus segera terbang ke Surabaya, Apalagi Nathan mengancam tidak akan pernah mau menikahi Clara jika Gladys tak datang sendiri untuk menceraikannya. Pada akhirnya ia menemukan cara agar tidak perlu membawa Brian pergi ke Surabaya, Hanya saja ia membutuhkan waktu untuk merayu kedua orang tuanya untuk datang ke Amerika. Gladys Buru-buru mengeluarkan ponselnya, namun tiba-tiba ia
Mommy- suasana sarapan benar-benar berisik karena Brian terus memanggil nama ayahnya. Sedekat itu hubungan Brian dengan Revaldo Mahendra hingga jika ia menginginkan sesuatu yang pertama ia cari adalah ayahnya, bukan Mommy-nya. Para Maid di buat kelimpungan dengan sikap Brian yang sudah mogok sarapan jika tidak di suapi ayahnya seperti biasanya. Tup Tup Tup Suara sepatu Gladys memecah keheningan di saat Putranya tengah membuat seluruh penghuni mansion Kalang kabut. "Mommy" Teriak Brian sembari berlari setelah puas mengerjai para Pelayan di mansion itu. Para pelayan pun langsung bergegas mengejar langkah kaki Brian namun mereka kalah cepat, Kini Bocah berusia empat tahun itu tengah memeluk kaki Gladys dengan memasang wajah melas. "Ada Apa Bri? kali ini apa yang membuat Putra mommy marah-marah pada pengasuhnya?" Tanya Gladys sembari duduk berjongkok, memposisikan dirinya sejajar dengan sang putra. Wanita itu membelai wajah putranya penuh sayang, karena wajah putranya sel
Dua hari kemudian, Seorang perempuan tengah menuruni Anak tangga sebuah jet pribadi milik Seorang Pengusaha. Namun bukan itu yang menarik perhatian semua orang yang menyambutnya, Tapi Seorang Anak laki-laki tampan yang tengah berada dalam gandengan tangan nya. "Ayah... " Teriak bocah kecil itu saat mendapati sosok yang sangat ia rindukan sudah berdiri tak jauh darinya untuk menyambutnya. Valdo merubah posisinya menjadi duduk berjongkok sembari merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang Putra yang tengah berlari ke arahnya. Setelah dapat memeluk putranya kembali, Valdo begitu bahagia karena kali ini terasa berbeda. rasa yang sebelumnya hanya menjadi angan-angan untuk nya karena Gladys tak kunjung memberikan jawaban atas perasaanya, hingga ia hampir saja menyerah namun tiba-tiba Tuhan memberikan jawaban atas doa-doanya. Gladys tiba-tiba menerima pinangannya setelah hampir sepuluh tahun ia merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. "Bagaimana kabar anak Ayah? Apa Bria
Beberapa hari kemudian, Tepatnya hari ini adalah hari sidang cerai Gladys dengan Nathaniel akan di gelar. Wanita itu tengah menghias dirinya dengan meja riasnya yang ada di sebuah unit Apartemen yang di sediakan Valdo untuk dirinya. "Mom, Where are you going?" Tanya Bocah laki-laki yang baru berusia empat tahun itu dengan lantang, Bocah itu tengah berada di ambang pintu dengan kepalanya saja yang menyembul dari sana. Gladys menoleh ke arah sang putra sembari merentangkan kedua tangannya. "Ke Marilah!" Ucapnya dengan tersenyum lembut. Brian kecil menyambut uluran tangan sang Mommy dengan bahagia, kini ia berlari menyambut tangan Itu dengan ikut merentangkan kedua tangannya dan berakhir saling peluk. "I Miss you so much boy! Mommy sangat mencintai mu." Ucap Gladys seraya membubuhkan ciuman bertubi-tubi kepada sang putra semata wayang. Meskipun tak dapat meraih cinta Daddy-nya, Gladys sudah cukup bahagia dengan mendapatkan cinta dari Putranya yang bagaikan pinang di belah
Setelah Mengantarkan Brian ke sekolahnya, Gladys melanjutkan perjalanannya menuju Pengadilan Agama di temani oleh Tiara. Hari ini Valdo tidak bisa ikut mengantarkannya karena pria itu tidak mau jika Seluruh Keluarga Gladys mencurigai dirinya. Maka dari itu ia memilih menunggu Laporan tentang hasil sidang Hari ini dari pengacara yang sudah di tunjuknya untuk menangani Kasus perceraian Gladys bersama Nathaniel. "Anda kenapa Nona?" Tanya Tiara yang melihat wajah Gladys yang terlihat cemas. "Tidak apa-apa," Gladys memaksakan senyumnya agar Tiara tidak lagi mencurigai dirinya. "Apa aku salah jika aku merasa jika keputusanku pulang ke Surabaya dengan membawa Brian itu salah?" Imbuhnya seraya menatap Tiara lebih intens. Tiara menghela nafasnya dengan panjang, lalu ia mengambil tangan Gladys untuk ia genggam. "Dengar Nona! Cepat atau lambat anda pasti akan datang ke Surabaya , meskipun bukan karena urusan perceraian. Anda memiliki kontra yang teriakan untuk ikut serta dalam pagelar
Setelah kejadian di ruang rawat Valdo, Gladys mengajak Nathan untuk menemui anak mereka di apartemen yang ia sembunyikan selama ini. "Ini gedungnya?" Nathan mendongakkan kepalanya untuk melihat gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. sejenak ia takjub, Valdo benar-benar memperlakukan Gladys dan putranya begitu baik. Bahkan ia saja malu, ia yang merupakan ayah kandung Brian bahkan tidak menyadari keberadaan putranya selama ini. Pantas saja Valdo nampak begitu marah padanya, bahkan mengancam akan kembali memisahkan mereka jika sampai ia berani menyakiti Gladys dan putra mereka. "Ayo masuk!" Entah sejak kapan Gladys, keluar dari mobilnya, yang jelas Nathan melihat adik sepupunya itu sudah berjalan menjauh dari mobilnya. "Glad, tunggu!!" Nathan berteriak, mengejar langkah kaki Gladys sembari mempersiapkan hati bertemu dengan sang putra, untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar. Mengingat pertama kali mereka bertemu, ia tak mengenali jika Brian kecil adala
Tanpa keduannya sadari, Nathan ternyata berada di ambang pintu dan mendengar semua yang mereka bicarakan tadi. Meskipun sesak, ia yakin inilah saatnya ia menjelaskan semuanya kepada Gladys dan juga semua orang yang mempercayai kisahnya yang hilang ingatan. Ceklek Mendengar pintu di buka, Valdo reflek melihat ke arah pintu sementara Gladys, langsung mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah sumber suara. Pada saat yang bersamaan masuklah Nathan dari arah pintu dengan ekspresi wajah tengang. "Apa aku mengganggu? jika iya, aku akan pergi!" Ucap Nathan tak enak hati sudah mengganggu kebersamaan Gladys dan Valdo, Meskipun ia memiliki tujuan untuk menjelaskan kesalah pahaman dan kebohongannya selama ini, ia tak boleh egois untuk memaksakan keinginannya. "Tidak perlu dan kemarilah!" Pinta Valdo, sembari menggerakkan jari telunjuknya untuk meminta Nathan mendekat padanya. Melihat itu, Nathan melangkah mendekat meskipun hal itu malah membuat Gladys memalingkan muka tak ku
Setelah dua hari, Clara juga terbangun dari koma. wanita itu begitu terkejut saat mendapati kakinya tak dapat di gerakan sama sekali. apalagi kedua tangannya ternyata di borgol sehingga membuatnya semakin kesulitan untuk bergerak. "Tidak, Kenapa kakiku? kenapa aku di borgol?" Teriakan Clara membuat tuan Nando dan Nyonya Juita berlari masuk ke dalam ruang rawat Clara. Dan hal itu membuat Clara sempat shock hingga menghentikan tingkahnya. "Mom, Dad," Gumamnya sembari menahan tangis. sudah hampir enam tahun, Clara tak melihay kedua orang tuannya begitu pula tuan Nando dan Nyonya Juita, yang sudah begitu lama tidak melihat Clara setelah kejadian pengusiran enam tahun yang lalu. Di mana putri angkat mereka itu sudah bertindak di luar batas hanya demi memenuhi ambisinya. Clara yang ketahuan ingin meracuni kakaknya sendiri agar batal menikahi tunangannya yang tidak lain adalah Nathaniel, yang merupakan kakak sepupu mereka sendiri. Opsesi Clara terhadap Nathan membuatnya teru
Mendengar namanya di panggil, Gladys langsung menoleh ke arah Nicholas sama halnya dengan Nathan. Meskipun cukup terkejut dengan kemunculan Nicholas, namun Gladys bisa bernafas dengan lega karena lampu di atas ruang operasi berubah warna menjadi hijau. dan itu artinya jika operasi sudah berjalan dengan lancar. Gladys yang tak sabar menunggu Nicholas berjalan mendekat, Akhirnya memutuskan untuk ikut berjalan menuju Nicholas, hingga Akhirnya keduanya berdiri saling berhadapan dengan canggung. "Nick, bagaimana keadaan Kak Valdo?" Wajah Gladys memancarkan Aura kesedihan yang mendalam sehingga membuat Nicholas begitu Khawatir. "Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya nya sembari menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Apa maksudmu? Tentu saja Aku baik-baik saja." Sembari menjawab pertanyaan Nicholas, Gladys ikut menelisik tubuhnya sendiri seperti hal yang di lakukan Nicholas barusan. Namun entah kenapa Nicholas merasa jika Gladys tengah tak baik-baik sa
Gladys sempat membeku, meskipun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.. Namun telinga dan otaknya masih begitu peka mendengar setiap kalimat yang di lontarkan Yuda. "kau bilang apa tadi? coba ulangi!!" Perintah Gladys sembari bangkit dari kursinya dan kini sudah melangkah mendekati Yuda yang terkejut dengan keberadaan nya di sana. "Tuan," Gumam Yuda seolah membeku di tempatnya berdiri saat ini. "Mom," Panggil Brian. Dan panggilan itu sukses membuat Gladys kembali berbalik, lalu duduk berjongkok di depan sang putra dengan membelai kepalanya. "Sayang, Brian pulang dulu sama Aunty Tiara Ya!!" Ucapnya sembari melirik ke arah Tiara yang berdiri tak jauh darinya. "Tapi Mom, Brian ingin melihat ayah." Ucap bocah kecil itu sembari menahan tangis. "Nanti jika Ayah sudah siuman, Mom janji akan meminta Aunty Tiara dan Uncle Nicholas untuk membawa Brian ke mari! jadi, lebih baik Brian pulang dan beristirahat di apartemen saja ya!!" Setelah mengatakan itu, Gladys mencium k
"Brian," Teriak Gladys hingga membuat fokus Valdo teralihkan. Namun siapa sangka, Clara tiba-tiba menghujamkan sebuah belati tepat mengenai perut Valdo yang berakibat tumbangnya tubuh sang dokter ke atas tanah. Bruk Tubuh Valdo jatuh dengan bersimbah darah, sementara Clara yang tadinya di kira pingsan ternyata hanya berpura-pura agar Valdo lengah. "Ayah, " Brian berteriak memanggil Valdo. "Valdo," Sementara Nathan dan Gladys Nathan berteriak memanggil Valdo agar menghindar, namun sayangnya Clara lebih dulu menyerangnya hingga pria bertubuh tegap itu tak sempat menghindar. Nathan Memutuskan untuk berlari menuju ke arah Valdo, dan karena itu pula Clara yang terlanjur panik akhirnya memutuskan untuk kabur. Nicholas pun melakukan hal yang sama. Namun sebelumnya, ia memberikan Brian kepada ibunya agar lebih aman. "Nicho, selamatkan Valdo!!" Pinta Gladys dengan tangan memohon. Sementara Valdo hanya bisa menganggukkan kepalanya dan akan berusaha sebisa mungkin untuk
"Lepaskan dia!" Valdo berteriak membentak Clara yang sedang berusaha untuk menangkap Brian. Bocah itu menangis ketakutan sementara Clara terus berusaha untuk menariknya masuk ke dalam Mobil. Melihat itu, Valdo langsung bergegas mendekat demi bisa menyelamatkan Brian dari wanita gila seperti Clara. sementara Gladys, wanita itu baru saja keliat dari ruang kerjanya setelah melakukan meeting dengan beberapa Client yang ingin memakai jasa desainnya untuk di kenakan pada acara special mereka. "Nona," Tiara berteriak, sembari berjalan cepat ke arah Gladys. Hal itu membuat Gladys sedikit heran, mengingat wajah Tiara yang di landa kepanikan. "Ara, ada apa?" Tanya Gladys sesampainya Tiara di dekatnya. Sementara Tiara, Wanita tengah berusaha untuk menetralkan nafasnya karena terlalu panik. Melihat itu, Gladys tentu saja tidak tinggal diam dan memilih menggiring Tiara untuk masuk ke ruangannya dan mengambilkannya minuman terlebih dahulu. "Minum lah!" Ucap Gladys sembari ik
Nathan yang baru keluar dari toilet, memutuskan untuk berjalan mendekati Gladys yang masih terduduk di atas Ranjang dengan wajah Shock. "Kak, kau masih di sini? tumben." Celetukan keceplosan. Namun agaknya Gladys tak berniat meralat ucapannya karena merasa jika yang ia katakan memang lah benar, dulu Nathaniel selalu meninggal kan dirinya seusai bercinta. jadi, hal ini adalah hal langka yang baru pertama kalinya di lakukan oleh sang mantan suami setelah pernikahan mereka. Namun sayangnya hal itu terjadi setelah mereka berpisah, hingga Gladys tak bisa berbuat apa-apa jika sampai ingatan Nathan pulih sehingga melupakan memori tentangnya saat ini. "Kenapa? aku suamimu, kenapa kau bicara seperti itu?" Nathan duduk di bibir ranjang, Sehingga tatapan keduanya kini bertemu. Hati Gladys bergetar mendengar ucapan itu keluar dari bibir Nathan, ingin sekali ia berteriak jika mereka sudah bukan pasangan suami istri lagi. namun, Ia tak punya cukup keberanian untuk mengambil resiko
"Glad" Panggil Nathan, saat Gladys baru saja masuk ke dalam rumah mereka. "Ya" Jawab Gladys acuh tak acuh. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya sembari memegang bahu Gladys, lalu menelisik tubuh sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala, pria itu memastikan jika keadaan wanita itu baik-baik saja. "Aku baik-baik saja kak, jangan khawatir. Maaf, aku harus ke kamar!" Ucap Gladys, sembari menepis tangan Nathan dari bahunya. "Tapi Glad, Kata Tiara, tadi Clara datang ke butikmu. sebenarnya apa yang ia lakukan di sana?" Deg Gladys, langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. bukan terkejut karena Nathan tau jika Clara datang ke butiknya? namun terkejut karena Nathan menanyakan apa tujuan Clara datang ke butiknya. apakah itu berarti Nathaniel, sudah mengingat siapa Clara? Gladys, langsung berbalik kembali menatap ke arah Nathan dengan ekspresi wajah curiga. "Kak tau soal Clara?" Deg Kini giliran Nathan yang terkejut mendengar pertanyaan dari Gladys, pria itu b